22nd November
Hari kedua Mark Lee menjadi mahasiswa di Seoul. Berbeda dengan kemarin, Mark Lee kini melangkahkan kakinya ke dalam kelas⸻dia sudah lumayan hapal dengan lingkungan fakultasnya, berkat Berlyn. Ah, omong-omong soal Berlyn, Mark lupa minta kontak gadis itu kemarin. Dia berniat ingin mengirim artikel terkait tugas kemarin, tapi Mark baru ingat kalau dia tidak punya kontak Berlyn. Tak masalah, hari ini mereka akan bertemu lagi, kan? Sekalian saja Mark akan memberitahu Berlyn mengenai artikel itu.
Begitu memasuki kelas, Mark terkejut melihat penampakan kelas yang rusuh⸻mereka sangat ribut, sampai terdengar hingga ke luar ruangan. Tentu saja Mark tidak menganggapi kerusuhan itu, dia langsung mencari tempat duduk yang nyaman. Tidak lama setelahnya, Mark merasa ada yang ikut duduk disebelahnya, lalu menepuk pundaknya juga.
"Hai?" sapa orang disebelah Mark. Dia laki-laki berkulit putih, dengan senyum yang merekah.
Mark hanya mengangguk singkat sambil tersenyum pada orang itu. Sedetik kemudian Mark melihat orang itu mengacungkan tangan padanya, tentu saja Mark tahu maksud laki-laki itu. Mark pun balas menjabat tangan laki-laki itu.
"Aku Jungwoo, kalo kamu butuh bantuan tinggal bilang aja." kata si laki-laki bernama Jungwoo itu.
Mark tersenyum tipis, "yeah, thanks." sahutnya.
"By the way, kamu nggak keliatan kayak orang barat, lebih ke Asia gitu. terus juga Bahasa Korea kamu lancar banget. Kamu ada keturunan Asia, ya?"
"Ibuku dari Korea, ayah orang Kanada."
"Oh, pantesan" jawab Jungwoo sambil mengangguk. "Kamu tinggal dimana selama disini?"
"Di dormitory kampus, dibelakang."
Jungwoo kembali mengangguk. Terdiam sebentar, lalu Jungwoo bekata, "by the way lagi, akhir minggu mau ikut nongkrong nggak? Bareng anak kelas." ujarnya laki-laki itu sambil menunjuk teman-temannya di belakang dengan dagu.
"Sorry, kayaknya gabisa, lagi ngurus beberapa dokumen kampus." Sahut Mark menolak. Sebenarnya dia ingin sekali pergi di akhir minggu nanti, apalagi sekarang dia sudah punya teman baru sekarang.
"So, next week? Ayolah, yang lainnya pengen kenal sama kamu. Nanti aku kenalin juga sama anak exchange, namanya Vernon. Dia udah setahun disini, jurusan Teknik Informatika."
Mark cukup excited mendengar bahwa ada anak exchange lain di kampus ini. Lingkar pertemanannya menjadi lebih luas.
"Boleh, kabarin aja."
Sedetik kemudian Mark terlihat celingukan, setelah melihat jam tangan. Sudah hampir masuk jam perkuliahan, tapi Berlyn belum datang juga. Apa gadis itu biasa datang terlambat? Oh, Mark baru ingat, sebelum masuk kelas kemarin, gadis itu sempat menangis. Apa jangan-jangan...
"What's wrong?" tanya Jungwoo kala melihat Mark celingukan, seperti mencari sesuatu. "Are you looking for something?"
"Where is Berlyn?" tanya Mark akhirnya.
Jungwoo menaikkan kedua bahu. "Dia udah ambil matkul ini semester lalu, jadi hari ini kemungkinan dia libur atau ada kelas lain."
Mark sedikit menganga, dia baru tahu ada sistem seperti itu disini.
"Dia orangnya pinter, tapi sayangnya anti sosial." celetuk Jungwoo tanpa menoleh pada Mark. Dia fokus mengaduk-aduk tas, mencari alat tulis. "Padahal kalo dia mau bergaul sama kita-kita, dia pasti jadi anak populer."
Mark mengerutkan dahinya. Kenapa tiba-tiba Jungwoo curhat?
"Ah, sorry, kamu mungkin nggak nyaman. Nevermind, anggap aku nggak pernah ngomong apa-apa." kini laki-laki itu tersenyum tipis ke arah Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicate
FanfictionAwal pertemuan, Mark Lee tanpa sengaja mendapati Berlyn ;si gadis blasteran; menangis sendirian disebuah ruangan kosong. Laki-laki itu bukan orang yang suka ikut campur urusan orang lain, jadi ketika dia mendengar gosip aneh tentang Berlyn, Mark mem...