12. Stuck with You or Stick with You?

64 10 5
                                    

10th December

Mark Lee kini tiba di sebuah rumah besar dengan pagar kayu kecil didepannya. Kebetulan sekali pagar itu tidak tertutup, jadi Mark segera masuk ke dalam rumah. Mark segera membuka pintu utama yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang keluarga. Jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga Mark dapat melihat siapa yang saat ini duduk diatas sofa rumah Berlyn.

Well, dapat Mark lihat dengan jelas sosok Jungwoo yang sedang memainkan ponselnya sambil sesekali tertawa sendiri seperti orang gila. Perlahan, Mark menghampiri Jungwoo yang sedang asyik sendiri dengan dunianya.

"Hei, Jungwoo!" sapa Mark sambil menepuk bahu laki-laki itu. Sementara yang ditepuk pun terkesiap dan langsung mematikan ponselnya.

"Loh, Mark? Kapan datengnya?"

"Baru aja, kayaknya kamu keasyikan main deh, hahaha."

"Sorry, hahaha.. aku pikir kamu nggak akan dateng secepat ini."

"Yeah, sengaja cepet biar bisa ketemu Berlyn. Udah lama aku nggak nyentuh tugasku." sahut Mark sambil merenggangkan otot tangannya, kemdian bersandar pada sandaran sofa.

"Pas banget, kita ngelembur aja yuk buat tugasnya. Kebetulan juga Kakaknya Berlyn ada disini."

"Kakak Berlyn? Maksud kamu Jaehyun?"

"Iya, Jaehyun." sahut Jungwoo, "kamu tahu dia?"

Mark mengangguk. "Tahu,kok. Bahkan aku sering diajakin join mau bareng gengnya dia."

"Sedeket itu?" Jungwoo bahkan sampai lupa fakta bahwa Mark Lee sudah kenal dekat dengan Jaehyun. Bahkan Jungwoo juga lupa bahwa tadi Jaehyun sempat menyebut nama Mark ketika berbincang dengan Berlyn.

Mark mengangkat bahu, "entah, semuanya terjadi gitu aja."

"Aku jadi curiga. Jangan-jangan...."

"Jangan-jangan apa?" balas Mark ingin tahu. Laki-laki itu sampai mendekatkan diri pada Jungwoo, dengan wajah yang ditekuk karena antusias ingin tahu.

"Jangan-jangan nih..." lagi-lagi Jungwoo menggantungkan kata-katanya.

"Jangan-jangan apa sih..." rutuk Mark.

"Ya menurut kamu?"

"Gak jelas banget."

"Hahahaha..." Jungwoo langsung memukul bahu Mark sambil tertawa terpingkal-pingkal. "Ya ampun, Mark, polos banget sih kamu. Nih ya aku kasitau, jangan-jangan si Jaehyun udah setuju kalo semisal kamu dan Berlyn itu deket lebih dari temen."

"Lebih dari temen? Maksudnya sahabat?"

Jungwoo menjitak kepala Mark, pelan. "Bukan gitu, hei! Ya, masa kamu gak ngerti, sih?"

"Ya, ngerti. Masa kayak gitu?"

"Ya ampun, nggak nyangka kamu cetek juga masalah ginian." Jungwoo tertawa sekilas. "Mark, aku kasitau, sebagai seorang kakak⸺walaupun cuma kakak sepupu⸺ pasti dia bisa bersikap protektif juga ke adik sepupunya. Apalagi kasusnya kayak Berlyn. Dan aku lihat kayaknya Jaehyun emang udah kenal banget dan ingin lebih mempercayai kamu buat ngejaga Berlyn."

Mark menghela napas, "aku belum berpikir sampe sana. Aku cuma pengen jadi temen buat Berlyn."

"Hei, Mark! Seriously?" ujar Jungwoo sambil menepuk bahu Mark, "maksud aku... kamu serius cuma temenan doang sama dia?"

"Aku pikir saat ini bukan waktu yang tepat buat Berlyn cinta-cintaan. Dia lebih butuh perhatian dari seorang teman."

"Oke, oke... aku nggak akan ikut campur lagi. Itu urusan kalian, oke?" kata Jungwoo, mengalah. Ia sudah kehabisan akal untuk membalas kata-kata Mark. "Aku cuma mau kasitau kamu aja. Aku harap kamu nggak sakitin Berlyn nantinya."

DelicateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang