EPILOG

1.1K 78 8
                                    




Hanbin melangkahkan kakinya pelan menuju sesosok bidadari yang menatap sayu danau dalam suasana matahari terbenam. Dengan dress tipis polos berwarna putih dan rambut yang tergurai menambah kesan anggun padanya.

Disentuhnya bahu wanita itu dengan amat pelan hingga menoleh anggun ke arah yang menyentuh.

"Kak Hanbin ya?"
Dengan senyuman lembut dia menyebutkan nama seorang laki-laki yang rela menghabiskan waktu dua tahunnya menjaga tanpa mengasihani dirinya sendiri.

"Iya sayang"
Hanbin menyentuh lembut surai Jennie yang disambut dengan senyuman sayunya. Melihat reaksi Jennie, mendadak gurat muka Hanbin menampakkan kesedihan.

"Kamu kok diem?"
Jennie mengangkat tangan kanannya mencoba menyentuh muka Hanbin. Dilihatnya Jennie yang kesusahan Hanbin menggapai tangannya dan menuntunnya menuju pipinya.

"Enggak kok. Aku cuma capek aja kan baru pulang kuliah"
Hanbin memejamkan mata menikmati tangan lentik Jennie yang menyapu pelan pipi Hanbin dengan kasih sayang.

"Duduk sana yuk. Kasihan kamu capek berdiri"
Hanbin menarik tangan Jennie dan menuju ke kursi panjang yang ada di samping pohon di tepi danau.
Dengan tongkat panjang, Jennie mengetuk-ngetukkan pelan ke tanah.
Melihat Jennie yang kesusahan, Hanbin meraih tongkatnya dan menuntun Jennie dengan pelan.

"Kamu kalo sama aku gak usah pake tongkat. Kan ada aku yang nuntun kamu, kemanapun kamu pergi"
Kata Hanbin yang hanya di jawab senyuman canggung oleh Jennie.

Hanbin memapah Jennie menduduki kursi, dengan pelan dan sabar tanpa meninggalkan pandangannya menuju perempuan yang di cintainnya. Jennie menoleh dengan senyuman hangatnya, menatap Hanbin meskipun dia tak bisa melihat wajah laki-lakinya itu.

"Makasih ya kak"
Pipi tembemnya yang mengembang tak menghentikan tangan Hanbin untuk tidak mencubitnya pelan.

Mengingat penderitaan Jennie yang harus bertahan hidup atau mati dalam kurun waktu dua tahun yang meninggalkan dirinya sendiri, betapa senangnya dia dua bulan yang lalu saat Jennie mulai membuka matanya perlahan dan denyut jantung yang normal. Dengan tubuh yang merespons usaha dokter yang di berikan pada tubuhnya dan semua upaya pemeriksaan pada tubuh seseorang yang koma selama dua tahun.
Meskipun Jennie kembali namun semua keluarga dan teman-temannya harus menerima kenyataan bahwa Jennie yang mereka tunggu harus kehilangan penglihatannya untuk selamanya. Entah apapun itu Hanbin tetap bersyukur Jennie yang dia sayangi masih bertahan hidup untuknya.

"Aku tau ini semua masih baru buat kamu. Tapi aku yakin kalo kamu bisa kamu kuat melewatinya sayang"
Hanbin membelai lembut rambut coklat dan menatap lekat Jennie.

"Hm... Iya kak aku gak papa kok. Kakak gausah khawatir"
Jennie menghadap lurus dengan tatapan kosongnya. Sedangkan tangan kirinya yang mungil mengusap pelan punggung tangan Hanbin.

"Iya sayang aku janji gak gini lagi ke kamu"


Cup



Hanbin mengecup lembut dahi Jennie. Menyisakan keheningan antara mereka, terlihat jelas bahwa di balik senyuman Jennie terdapat buliran bening yang sengaja ditahannya agar tidak meruntuhkan pertahanannya setiap menikmati waktu dengan Hanbin.

"Eh... Udah mau gelap nih. Pulang yuk?"
Ajak Hanbin yang menyematkan rambut Jennie yang tersapu angin.

"Ah udah gelap ya? Pantesan agak dingin. Ayuk lah"
Jennie berdiri dan berbalik badan meraba-raba kursi, mencari tongkat yang akan di pakainya.

"Tongkatnya aku bawa yang"
Hanbin menggapai tangan Jennie dan di tariknya pelan mengikuti langkah kakinya. Jennie hanya terdiam dan mengikuti pelan langkah kaki Hanbin.

Asrama Putri [IKON X BLACKPINK] (JenBin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang