40

1.2K 123 14
                                    

Murid lain mulai meninggalkan tempat dan menyisakan Hanbin yang sendirian terdiam tanpa beranjak sedikit pun.

Hanbin tak percaya bahwa kenyataannya Lee Hayi sudah meninggalkan dia untuk selama-lamanya.
Dia tak percaya bahwa Lee Hayi mengakhiri hidupnya hanya gara-gara dia.
Hanbin tak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran gadis mungil itu.

Seketika dia beranjak dan berlari menuju Asrama putri. Perasaannya yang tak percaya bahwa Hayi sudah tiada membuatnya berfikir kalau perempuan itu hanya sedang sakit dan tidak pergi ke sekolah.

Di bukanya pintu asrama dengan kasar dan langsung berlari menuju lantai dua.

Sesampainya di depan pintu kamar nomor 69, Hanbin refleks mengetuk pintu dengan keras.

DOR

DOR

DOR

"SA-SAYANG BUKAIN PINTU. INI AKU"

"...."
Tak ada balasan dari dalam menjadikan Hanbin semakin resah.

DOR

DOR

"SAYANG... AYOLAH BUKA PINTUNYA"

"...."

"Udahan dong ngambeknya. Iya iya aku yang salah. Aku minta maaf. Bukain dulu dong pintunya. SAYANG"

DOR

DOR

DOR

Tubuh Hanbin gemetar, dia sadar dia hanya mengikuti egonya. Dia tak seharusnya membuat Hayi seperti ini. Andai dia tak mengabaikan Hayi. Bukan, yang Hayi inginkan hanya Hanbin mendengar penjelasannya tanpa meminta lebih dari Hanbin.

Hanbin menyesal betapa bodohnya dia sampai tak tahu jika kapan saja Lee Hayi bisa berbuat nekat.
Perasaannya bercampur aduk, kenyataanya pahit yang di sadarinya adalah dia yang membuat Hayi seperti ini. Dia yang menyebabkan Hayi bunuh diri.

Hanbin mendobrak pintu kamar Hayi dan memasukinya dengan langkah gontai.

Pandangannya menatap nanar seluruh sudut ruangan yang penuh kenangan akan dirinya dan Lee Hayi.
Sampai manik matanya menangkap jendela yang pecah dan pechannya yang berserakan di lantai tak lupa ada noda darah yang menempel di lantai tersebut. Mata Hanbin membulat dan menghampiri jendela tersebut.

Tak sengaja kakinya menginjak sebuah gumpalan kertas dengan bercak darah di kertas tersebut. 
Tak perlu berpikir lama Hanbin menjongkok lalu memungut kertas itu.
Dibukanya dengan perlahan dan betapa terkejutnya saat melihat bahwa tulisan tersebut di tulis dengan darah. Sepertinya ini surat akan di berikan pada Hanbin tapi tidak jadi lalu di rematnya.

Sayang.
Kenapa kamu begitu kejam?
Kenapa kamu nggak coba dengerin penjelasanku dulu?
Hatiku sakit.
Aku pernah sakit.
Tapi tak pernah sesakit ini.
Kamu menuduh tanpa bukti.
Aku sama Taeyong bahkan tidak sekalipun pernah berfikir untuk menjalin hubungan di belakangmu.
Kamu kira aku sama Taeyong ciuman? Kamu salah. Taeyong hanya membantu meniup mataku yang kelilipan. Hanya masalah sepele kamu memutuskanku?

Hanbin meremat kertas itu dan membuangnya keluar Jendela.

"ARGH... IYA BENAR KATAMU. SEMUA MEMANG SALAHKU. SALAHKU"

Hanbin berteriak, menangis sejadi-jadinya. Pertahanan yang di bangunnya runtuh seketika.


Jukgessda tto eogimeopsi noui heuinjeogi....

Asrama Putri [IKON X BLACKPINK] (JenBin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang