🎀 8 🎀

327 35 2
                                    

Setiap hari tak putus asa Queen tetap membuat sarapan walau Ken tak pernah menyentuhnya sama sekali seperti saat ini.

Ken duduk di meja makan dan mengambil roti kemudian mengoleskan selai di sana.

"Apa kamu tak bosan terus makan roti?" tanya Queen sebab sejak mereka tinggal di rumah ini sejak satu bulan yang lalu, Ken lebih memilih makan roti ketimbang makanan yang ia siapkan.

Dia bergeming tak mau menjawab pertanyaan Queen.

"Makanlah makanan di meja ini walau hanya sedikit, itu tidak akan menjatuhkan martabatmu."

Ken menatap Queen kesal tapi ia tetap bungkam.

"Apa roti itu memiliki gizi? Jangan salahkan aku jika kamu jadi kurang gizi," gerutu Queen.

"Walau aku tak yakin manusia patung sepertinya akan mengalami hal itu," sambung Queen.

"Mengingat aku hanya terus bicara sendiri sejak entah kapan, aku rasa sebentar lagi aku juga akan berubah menjadi patung jika terus bersamanya lebih lama lagi."

Ia berjengit terkejut saat Ken bangun dengan kasar dari duduknya kemudian bersiap berangkat kerja.

Queen yang juga kesal melangkah keluar rumah lebih dulu untuk berangkat kerja kemudian membanting pintu di depan laki-laki itu agar dia tahu jika ia juga bisa marah bukan hanya dia saja yang bisa marah.

***

Queen yang baru pulang kerja dengan lelah melangkah memasuki rumah kemudian bergegas naik ke atas untuk mandi sebab saat ini sudah malam.

Saat selesai mandi ia kembali melangkah ke kamar Ken untuk melihatnya karena begitu ingin segera membersihkan tubuhnya hingga ia tak menyadari apakah Ken sudah tidur atau belum.

Dirinya sedikit mengerinyit saat menemukan jika laki-laki itu ternyata belum tidur tapi ia tahu jika dia sudah pulang sebab mobil dan sepatunya sudah ada di rumah.

Ia mencari dan menemukannya berada di ruang kerjanya sedang sibuk bekerja.

"Apa kamu sudah makan?"

"Hmmm."

Queen menatapnya heran karena mau menjawabnya padahal bahkan biasanya dia benar-benar seperti patung.

"Ini sudah malam sebaiknya kamu istirahat."

"Pergi!"

"Kalau kamu sakit, urus dirimu sendiri."

"Pergi! Wanita gila!" ujarnya masih terus sambil bekerja.

"Aku waras, bodoh, karena itulah aku menyuruhmu istirahat. Sepertinya yang gila di sini adalah Anda. Gila kerja!" gusar Queen, dirinya seketika ketakutan saat Ken bangun dari duduknya, menatapnya marah tapi ia menghembuskan napas lega saat Ken hanya berlalu dari hadapannya.

Queen segera menyusulnya tapi ia menghentikan langkahnya saat Ken membanting pintu kamar dengan keras karena marah.

Queen mendesah lelah akan sikap laki-laki itu walau perlakuan laki-laki itu padanya selalu seperti itu tapi perasaannya tetap terluka. Ia sungguh berharap suatu hari Ken akan melihatnya sebagai istri walau mungkin itu semua hanya di dalam mimpinya.

Hanya saja ucapan Mama agar ia tak menyerah dengan mudah membuat ia mencoba untuk terus bertahan dan berusaha meluluhkan hati batu laki-laki itu. Walau mereka menikah bukan karena cinta tapi yang ia inginkan adalah menikah satu kali dan berharap mereka akan saling mencintai suatu hari.

Meski mungkin hal itu tidak akan terjadi, setidaknya ia akan merasa cukup puas jika mereka hanya akan saling menyayangi serta menjadi keluarga yang seutuhnya.

Captivated You by Yessy Lie (Inspirated By A True Story Series, #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang