Queen terus membiarkan air matanya menetes untuk melampiaskan semua rasa sakitnya. Ia terisak kencang dan mengerang dalam tangisnya.
"Queen," panggil Amber pelan kemudian duduk di dekatnya.
"Anakku, Ma," lirih Queen saat Amber mendekapnya. Ia kembali menangis kencang di dalam pelukan Amber.
"Aku baru saja memilikinya tapi wanita itu merengutnya. Kenapa, Ma? Kenapa Tuhan mengambilnya dariku padahal aku sudah berkorban begitu banyak."
"Setiap cobaan membuat kita lebih tangguh dari sebelumnya dan yakinlah suatu hari hal terindah akan menjadi milikmu," ujar Amber membelai pipi Queen lembut, mengusap air matanya yang terus turun.
"Ma, Aku mau pulang, tolong, Ma," lirih Queen memohon.
"Kita akan bertanya pada dokter dan jika dia mengizinkannya maka kita akan pulang."
"Tidak! Tidak!" ujar Queen menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tak ingin lagi kembali ke rumah itu. Aku mohon bawa aku pulang ke rumah Mama," lirih Queen. "Aku ingin kembali ke Manchester saja.""Queen jangan begini, nanti Mama minta izin sama Ken dulu," lirih Amber begitu sedih melihat menantunya.
"Ma, tolong aku tidak kuat lagi, aku tak sanggup lagi menjalani semuanya," isak Queen pilu.
Amber mendekap Queen ke dalam dekapannya dan wanita itu menangis sejadi-jadinya melampiaskan semuanya.
Queen tertidur saat obat tidur yang dokter berikan sudah bereaksi dan Amber terus duduk di sana menemaninya.
Ia terbangun saat mendengar suara orang berbicara.
"Ma, tolong mengerti, aku tidak bisa berpisah dengannya."
"Tapi dia butuh menenangkan pikiran Ken dan jika dia terus seperti itu maka batinnya akan tertekan."
"Kalau begitu biarkan aku ikut pulang bersama kalian ke Manchester," ujar Ken.
"Tapi bagaimana dengan perusahaan yang ada di sini."
"Biarkan Rich yang mengurus semuanya."
"Kamu tahu jika dia tak tahu apa-apa."
"Rich juga anak Papa, Ma, dan aku yakin dia akan belajar dengan cepat. Aku mohon, Ma."
"Baiklah," ujar Amber hingga Ken menghembuskan napas lega.
Ken kemudian pulang ke rumah untuk membereskan semua barang miliknya dan Queen. Sejak Queen terbangun dan mengamuk, ia tak berani mendekatinya karena tak ingin dia kembali bersedih.
Keesokan harinya mereka kemudian segera berangkat dan Queen benar-benar tak mau menatap Ken. Entah kenapa ia merasa sangat membenci suaminya dan tak bisa ia jelaskan penyebabnya.
Bahkan saat sampai di rumah mertuanya ia tetap tak mau bicara pada Ken walau dirinya tidak mengamuk lagi.
Setiap hari Ken akan dengan sabar mengurusnya walau Queen tak mau berbicara padanya sepatah kata pun dan hanya mau berbicara pada Amber. Hingga seminggu sudah berlalu dan Ken begitu sedih saat terus menemukan istrinya menatap hampa.
"Ayo, makan," ujar Ken yang membuat wanita itu tersentak mendengar suaranya.
Saat sadar jika itu Ken, ia kembali tak menggubrisnya dan hanya menatap hampa pada dinding di kamar itu.
"Queen, tolonglah jangan terus seperti ini."
"Ceraikan aku, Ken!" ujarnya tanpa memandang wajah suaminya.
"Tidak akan pernah."
"Hanya itu yang aku inginkan!" pekik Queen mulai marah.
"Sekali tidak maka selamanya tidak akan pernah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Captivated You by Yessy Lie (Inspirated By A True Story Series, #2)
Roman d'amourJuga terinspirasi dari kisah nyata. Teman dari Mr. America & Floretta (bukan nama sebenarnya) Sequel My Husband is Mr. America *** Queen, gadis berumur 23 tahun harus terpaksa menikah dengan laki-laki yang membencinya demi kebahagiaan ayahnya. Diaba...