🎀 12 🎀

422 32 4
                                    

Ken menatap marah saat menemukan jika ibu tirinya ada di rumah dan istrinya yang kurang ajar tak meminta izinnya untuk membawa wanita itu ke rumah ini.

"Suruh wanita itu keluar dari rumah ini!"

"Kenapa?" tanya Queen walau sudah tahu sebabnya tapi ia tak akan diam saja jika mereka ingin menindas mertuanya di hadapannya.

"Aku tak sudi dia ada di sini dan melihat wajahnya membuatku muak!"

"Aku akan membawa Mama pergi tapi jaga ucapan Anda karena jika Anda lupa aku tak akan menerima jika seseorang menghina mamaku," ujar Queen tajam.

"Sekarang!"

"Tidak usah berteriak, aku tidak tuli! Dan jika tidak ingin aku melaporkan Anda karena membuat kerusuhan sebaiknya kecilkan suara Anda," balas Queen sudah muak akan sikapnya.

"Ini rumahku!"

"Jika Anda lupa ini juga rumahku!"

"Wanita ini sudah berani mengaku-ngaku rupanya. Hari ini rumah, besok semua hartamu," ujar Sheila sinis.

"Bisakah Oma diam dan jangan memperkeruh suasana. Jika Oma tidak mencuci otaknya, aku yakin dia bisa melihat siapa iblisnya di sini. Sebaiknya Oma bertobat sebelum Tuhan murka akan semua perbuatan dan ucapan Oma," ujar Queen tak ingin menahan diri lagi.

"Dan Anda Tuan, aku akan membawa pergi wanita ini dari hadapanmu. Wanita yang sudah merawat dan membesarkanmu dengan air mata dan keringatnya, wanita yang menghabiskan berpuluh-puluh tahun berusaha menjadi ibu yang baik bagimu meski bukan dia yang melahirkanmu. Jika mendiang Mama Diana masih hidup, dia pasti akan merasa malu sudah melahirkanmu!"

Plak!

Queen membiarkan rasa sakit itu meresap melalui pipinya saat untuk pertama kalinya suaminya yang bahkan bukan suaminya yang sesungguhnya menamparnya. Walau ia menyadari mungkin ucapannya sudah keterlaluan tapi sikap laki-laki tidak lebih baik karena sudah bersikap begitu jahat pada wanita yang membesarkannya.

"Jaga bicaramu jika tidak ingin merasakan rasa sakit yang lebih perih dari ini!"

"Aku sudah belajar dari pakarnya," sinis Queen menatap Ken tak kalah tajamnya.

"Apa pun yang aku katakan tak akan mampu membuatmu melihat semua kebenarannya bukan? Di matamu semua wanita terlihat buruk, kecuali dia tentu saja, dan semua kaki tangannya," sambung Queen sinis menatap Sheila.

"Pergi!" bentak Ken semakin marah.

"Aku juga tidak sudi berada di dekatmu lebih lama, tapi jika Anda lupa Papa yang membeli rumah ini jadi Mama berhak di sini. Jika Anda ingin menyeret Mama keluar dari rumah ini maka langkahi dulu mayatku," ujar Queen menatap kedua mata Ken hingga dengan kesal laki-laki itu berderap keluar dari rumah bersama omanya dan ia bisa menghembuskan napas lega.

Queen kemudian menatap Amber yang sejak tadi menangis melihat pertengkaran mereka dan di dalam hatinya ia bertekad jika Ken tak menceraikannya setelah ini maka suatu hari ia akan membuat Ken mengakui wanita itu sebagai mamanya.

"Harusnya Mama tidak ke sini hingga menyebabkan kalian bertengkar jadinya."

"Jangan salahkan diri Mama sebab kami memang selalu bertengkar," ujar Queen tersenyum masam.

Ia memohon pada Amber untuk tidak merasa bersalah lagi dan memintanya mandi agar mereka bisa segera berangkat ke rumah sakit sebelum Ken dan omanya kembali hingga akan menyebabkan mereka bertengkar lagi.

***

Tiga hari berlalu sejak kejadian itu dan setiap hari ia menghindari Ken semampu yang ia bisa agar tidak sampai bertemu dengannya walau berada di rumah yang sama.

Captivated You by Yessy Lie (Inspirated By A True Story Series, #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang