Ini cerita pertama ya gais jdi maaf kalo banyak typo dan kesalhan dlam penulisannya, jangan lupa vote, makasihh 😂
Selamat membaca ^_^
.
.
.
.
."Woy lo pada mau gue pesenin apa?" tanya Audy setelah mereka bertiga mendapatkan meja di kantin yang sekarang nampak sangat ramai.
"Gue mi ayam!" jawab Safira cepat.
"Udah tau! Lo kan mi ayam lovers."
Safira yang mendengar itu hanya memutar bola matanya. Percuma menjawab kalo akhirnya pasti akan kalah sama ratu debat yang ia hadapi saat ini.
"Lo?" tanya Audy pada Naya yang sedari tadi hanya diam.
"Gue beli sendiri aja." Setelah itu Naya berlalu lebih dulu meninggalkan mereka berdua.
Hari ini, tepat 2 minggu Naya bersekolah di SMA Garuda. Selama itu pula, semua masih berjalan mulus. Naya bertemu Audy dan Safira saat MOS hingga sekarang mereka bertiga bersahabat. Ternyata Audy dan Safira sudah berteman sejak jaman ingusan. Mungkin sudah belasan tahun lamanya.
Naya berjalan mendekati meja sahabatnya tadi setelah membeli roti dan air mineral, entah apa sebabnya, semua orang tiba-tiba berdempetan semakin rapat membuat Naya mau tak mau ikut berdesak-desakan juga. Sesak napas, itu yang dirasakan Naya sekarang. Setelah beberapa menit jalan kembali renggang.
"Emang ada apaansih tadi?!" gumam Naya dengan kesalnya.
Ternyata tadi ada keempat orang ternama sekolah yang lewat. Seisi kantin hanya bisa menunduk dan memberi jalan kepada mereka, karena takut akan terkena sial.
Naya yang sudah tak tahan lagi segera membuka bungkusan roti yang ia beli tadi, dan memakan setengah rotinya. Ia benar-benar sudah kelaparan.
Bukh...
Seseorang menyeggol bahu Naya dari arah belakang, roti yang Naya pegang tadi pun terlempar, sialnya roti Naya mendarat mulus di mangkok berisikan bakso seseorang yang tidak berada jauh dari tempat ia berdiri.
Orang itu langsung menggebrak meja dengan kencang. Membuat seisi kantin terdiam dan harap-harap cemas.
"SIAPA YANG BERANI GANGGU ACARA MAKAN GUE!!!"
Laki-laki itu adalah Bara, pria tampan namun galak, hingga ia diberi gelar si Bara Api. Siapa yang berani mengganggu nya akan terkena sial. Bara akan terlihat seperti monster dengan muka merah ketika marah.
"Hahahaha... makanan baru tuh? Roso!! Hahaha..." Tawa Devon terdengar sangat nyaring karena semua penghuni kantin tiba-tiba membisu. Hanya sahabat Bara yang berani tertawa dalam keadaan seperti ini.
"Hah? Roso?" tanya Devan dengan raut wajah bingung.
"ROti BakSO! Hahaha..."
"Gue kira kuku bima energi! "
Balas Adit."ROSOOOO!" ucap Devan dan Devon lagi berbarengan.
Sebagian ada yang cekikikan mendengar itu, sebagian lagi tertawa tanpa suara. Mereka tak mau ikut campur dengan apa yang terjadi, tapi mereka cukup kepo untuk mengetahui kelanjutannya.
Sedangkan sahabat Naya, hanya bisa berdo'a, berharap Naya bisa lenyap dari sini dengan sekejap mata. Tentu saja itu mustahil!
"LO! Lo kan yang lempar roti ke makanan gue!" Laki-laki itu berdiri kemudian mendekati Naya sambil menunjuk tepat di wajahnya.
Naya yang melihat itu segera menepis tangan Bara. Semua orang langsung menganga melihat kejadian itu. Baru kali ini ada yang berani melawan seorang Bara yang di kenal menakutkan.
"Bangunin singa tuh orang," celetuk Adit, yang sedari tadi hanya fokus dengan batagornya.
"Kok gue kek pernah liat ya tu cewek," gumam Devan seraya mengamati Naya dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Ohh iya gue inget!"
"Lo...?" tanya Devan sambil mengingat ingat sesuatu.
"Kenapa?"
"Lo inget gue gak?"
Naya menggelengkan kepala nya. Ia merasa tidak pernah bertemu dengan laki-laki yang ada di dekatnya ini, atau mungkin saja ia lupa.
"Gue yang malam waktu itu."
Flashback on
Seorang gadis tengah duduk di teras rumah kontrakannya, menatap langit yang penuh bintang, merenungi nasibnya yang beradu di atas ombak. Sudah hampir 2 bulan ia tinggal di kota besar ini-Jakarta. Ia akan memulai kembali sekolahnya, lebih tepatnya ia akan menjadi murid baru.
Berbekal kepintaran, Naya berhasil masuk disalah satu sekolah terkenal di Jakarta. Itu yang membuat Naya dan ibunya pindah dari Bandung. Entah apa yang akan terjadi nanti.
"Naya! Naya!!" Teriak seorang wanita berumur sekitar 40-an.
"Iya bu! Naya lagi di luar!" jawab Naya setengah berteriak. Naya pun bergegas ke dalam rumah, sebelum wanita tadi kembali memanggilnya.
"Apa, Bu?" tanya Naya ketika sudah berdiri di dekat Santi-Ibu Naya.
"Kamu beli mi sama telor ya, buat makan malam kita, bahan makanan udah habis ternyata."
"Hm okedeh." Naya pun memutar tubuhnya setelah Santi memberikan uang berwarna hijau.
Berbekal sepeda yang baru ia beli dengan uang tabungannya, Naya terus mengayuh menuju warung yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.
Angin malam menjadi teman perjalanan pulang Naya dari warung. Naya menatap sekeliling nya dengan semangat. Gemerlap cahaya malam Jakarta membuatnya kembali ceria. Naya terus menelusuri sekelilingnya. Hingga matanya menangkap seorang pria tinggi. Pria itu berdiri di pembatas jembatan sambil merentangkan tangannya. Membuat Naya memikirkan hal-hal yang mengerikan. Dengan segera Naya menepikan sepedanya.
"Ehh lo mau bunuh diri ya?!"
"Ihh kok lo diem aja sih, lo manusia kan!?"
Pria itu tetap diam. Menoleh saja ia tidak.
"Lo....lo pikir pikir dulu deh sebelum ngelakuin itu! Lo punya masalah atau gimana sih? Lo inget ya, semua masalah itu pasti ada jalan keluarnya, dan ini bukan jalan keluarnya. Gue yakin pasti ortu lo lagi nyariin lo, dan lo..." ucapan Naya terhenti ketika melihat pria itu kehilangan keseimbangannya.
kantong kresek berisikan telur dan mi instan pun sudah bertemu dengan kasarnya aspal.
"Bara, Bar! Sadar!"
Untung saja ada dua pria lain yang menahan tubuh pria itu. Mungkin mereka temannya, pikir Naya. Karena mereka tahu nama pria yang sedang mabuk itu.
"Ehh kok lo diem aja sih liat orang udah mau terjun gini!" Naya yang masih syok kembali tersadar karena bentakan dari salah satu di antara mereka.
"Ehh apa? Ini anu, kan tadi..." Naya gugup melihat raut wajah laki-laki itu yang terlihat kesal.
"Udah Van..mending kita pulangin Bara, capek gue dari tadi megangin dia," potongnya yang sedang menumpu tubuh Bara agar tidak terjatuh.
"Ngomong ngomong kok mereka mirip ya?" batin Naya, tanpa sepatah kata lagi kedua pria tadi berjalan menuju mobil di seberang jalan, dengan memapah tubuh Bara yang lemah.
"Ngomong ngomong belanjaan gue mana?!" Naya yang tersadar kembali menengok sepeda yang berada tepat di sampingnya.
"Kok ga ada sih."
Naya mengedarkan pandangannya dan menemukan sebuah kantong kresek tergeletak di aspal. Kemudian Naya mengambil kantong itu.
"Yahh pecahh...masa makan mi doang?"
Flasback off..
.
.
.
.
.Cerita ini dibuat sebelum tau tentang cara kepenulisan yg benar!!
Dan cerita ini belum direvisi!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAYA (HIATUS)
Teen FictionCERITA INI TIDAK DILANJUTKAN!! Dengan jangka waktu yg belum diketahui. (Dibuat sebelum tau tentang KBBI, EYD, PUEBI atau penulisan yg benar, harap maklum!) . . . "Rio! Rio! Kalo lo bisa masukin tuh bola dalam satu kali lompatan, gue cium lo!" Rio ya...