Kalian pasti tau cara menghargai karya seseorang...
Cukup pencet bintang
Gak ribet kan? Hehe :)Selamat membaca ^_^
.
.
.
.
.*jangan bingung sama part ini, baca aja dulu biar ngerti!
London, Inggris
"Thank you" Ucap seorang wanita berumur 39 tahun kepada seorang sekretaris di sebuah perusahaan besar. Ia berjalan mengikuti instruksi sekretaris tadi. Hingga ia berhenti di depan sebuah pintu besar yang terkesan elegan untuk sebuah perusahaan yang terkenal sukses itu.
Wanita bernama Katania itu, mengetuk pintu di depannya dengan perasaan yang tak karuan.
"You may enter" Balas orang yang berada di dalam ruang itu dengan suara yang terkesan tegas dan berwibawa. Setelah mendapat balasan, Katania membuka pintu dengan perlahan.
"Excuse me" Ucap Katania dengan pelan. Sedangkan pria itu tak kunjung membalikkan badannya. Ia masih tetap setia duduk di kursinya menatap suasana di luar perusahaannya.
"What do you need?" Ucap pria itu, kemudian membalikkan badannya. Ia sedikit mengingat wajah wanita di depannya ini. Tapi ia lupa entah dimana dan kapan ia bertemu dengannya.
Katania menelan salivanya dengan sangat sulit. Wajah pria di depannya masih sama dengan saat mereka masa sma dulu, hanya terlihat sedikit kerutan di dahi dan matanya. Serta janggut dan kumis tipis yang membuatnya terkesan berkelas.
Terlalu berat untuk dia mengatakan ini. Sesuatu yang terus mengusik hidupnya, lebih dari 15 tahun yang lalu lamanya.
" ..... Mahendra saya perlu bicara dengan anda"
Menyadari wanita di depannya berbahasa indonesia, Mahendra baru menyadari kalau wajahnya tak seperti orang London. Lebih terkesan ke wajah asia.
"Bicara sekarang"
Katania menggelengkan kepalanya. Cukup sulit berbicara di tempat seperti ini.
"Tidak bisa! Ini sangat penting"
"Soal sesuatu yang sudah kau buat 15 tahun yang lalu" Lanjut Katania lagi. Mahendra berpikir sejenak. 15 tahun yang lalu adalah tahun yang paling menyedihkan baginya. Istrinya meninggal karena penyakit ganas yang menggerogoti tubuhnya. Kejadian yang sudah lama ia kubur dalam dalam.
Dan karena itulah, ia sekarang berada disini, London. Untuk menenangkan pikirannya yang sangat kacau. Semua yang ia lakukan di Indonesia, lebih tepatnya di Bandung selalu membuat dirinya merasa terpuruk. Ia memikirkan masa depan kedua anaknya. Dan ia pun memilih London untuk menjernihkan pikirannya.
"Baiklah kau silahkan pergi ke *******. Aku akan segera menyusul"
"Baik" Katania berjalan menuju pintu. Ia segera pergi ketempat yang ditentukan oleh Mahendra. Pikirannya melayang jauh. Apakah Mahendra menerima 'dia' sebagai anak kandungnya? Atau mungkin Mahendra tidak mau bertanggung jawab? Memikirkan itu membuat Katania semakin pusing.
Setelah sampai di tempat yang ditentukan, Katania duduk dipojok kiri ruangan. Ia sudah memesan minuman dan makanan yang menurutnya cocok untuk saat ini.
Beberapa menit menunggu, seorang pria datang dengan jas hitam pekat yang membuatnya terkesan sebagai orang yang berada. Pria itu berjalan menghampiri lalu duduk didepan Katania. Dan sekarang posisi mereka saling berhadapan.
"Apa yang mau kau bicarakan?" Tanya nya.
"Mohon maaf sebelum nya tuan Mahendra Arsalan, saya kesini berniat untuk meminta pertanggung jawaban atas apa yang anda lakukan 15 tahun yang lalu. Maaf saya baru bisa mengatakannya sekarang, karena saya saat itu juga masih syok dengan apa yang seharusnya tidak terjadi. Apa kau ingat kejadian malam itu? "
Jelas Katania panjang lebar, sungguh ia sangat takut sekarang. Takut karena berbicara kepada orang yang berada didepannya ini, dan juga takut akan orang ini tidak percaya apa yang dia katakan.Mahendra terlihat nampak berpikir, kejadian 15 tahun lalu adalah masa yang paling sulit baginya.
"Aku tidak mengingatnya"
"Kejadian diclub pada malam itu?" Tanya Katania lagi, ia harus bisa membuat Mahendra mengingat apa yang terjadi 15 tahun silam.
Mahendra nampak terkejut. Ya, ia sekilas ingat apa yang terjadi malam itu, walau saat itu ia sedang dalam kondisi mabuk berat.
"Maafkan saya atas kejadian malam itu, saya sungguh dalam keadaan tidak sadarkan diri" Ucap Mahendra sambil memijat pelipisnya yang serasa berdenyut.
"Beberapa minggu setelahnya saya dinyatakan hamil, dan itu adalah anak anda, tuan Mahendra" Jawab Katania sambil menatap tajam pria didepannya ini.
Mehendra yang mendengar penuturan Katania langsung terkejut bukan main, ia mempunyai anak dari wanita ini? Astaga ia melupakam semuanya.
»*»
Ruang keluarga rumah Mahendra terasa mencekam. Hawa ruangan ini terasa lebih dingin dari biasanya. Suhu diluar memang sedang dingin. Tetapi bukan kerena itu. Ini semua karena tiga laki laki yang saling diam.
Mahendra menatap kedua anaknya. Anak yang dianugerahkan Tuhan kepada ia dan istrinya. Anak yang tumbuh besar tanpa kasih sayang seorang ibu. Anak yang sudah ia besarkan seorang diri. Anak yang menjadikannya bangkit dari masa keterpurukannya. Ia bingung harus dari mana menjelaskan semuanya. Anaknya sudah cukup dewasa untuk mengerti hal ini.
"Ayah tau ini sulit untuk dipercaya. Tapi ayah mohon terima dan yakin" Ucap Mahendra memecah keheningan. Anak pertamanya yang bernama Gilang menegakkan kepalanya. Sepertinya ayahnya ingin berbicara hal yang penting. Begitupun Gio--- anak kedua Mahendra.
"Ayah minta maaf" Gilang dan Gio saling pandang, kemudian kembali menatap ayahnya. Ayahnya terlihat frustasi. Keduanya hanya diam dan menunggu kelanjutannya.
"15 tahun yang lalu, lebih tepatnya tahun kematian Ibu kalian. Ayah merasa sangat kehilangan. Hidup Ayah kacau. Dan Ayah sangat frustasi. Ayah pergi ke tempat hiburan malam. Dan minum alcohol dengan banyak kemudian mabuk berat. Dan...dan... ayah..." Lidahnya terasa kelu untuk melanjutkan perkataannya sendiri. Ia takut anaknya akan membencinya. Tak ada yang paling berharga di hidupnya selain Gilang dan Gio.
"Just say it" Ucap Gilang yang sudah tak tahan lagi.
"Ayah menghamili seorang wanita. Dan ia melahirkan anak Ayah" Lanjutnya dengan pelan.
"What the hell?!" Gio sangat amat tak percaya. Dirinya terpancing emosi dan berdiri. Gilang juga sangat terkejut. Tetapi ia yakin, Ayahnya punya sesuatu yang harus dijelaskan lagi. Ia menenangkan Gio dan menyuruhnya untuk duduk lagi. Dan Gio menurutinya.
"Dimana dia sekarang? Dan siapa namanya?" Tanya Gilang serius. Mahendra tak menjawab. Ia memanggil nama seorang wanita dan menyuruhnya masuk.
Katania yang memang berada di balik pintu, terperangah ketika namanya dipanggil. Mahendra yang menyuruhnya kesini dan menunggu di luar ruangan sampai ia memanggilnya untuk masuk.
Katania membuka pintu perlahan dan berjalan dengan sangat hati hati. Gerakannya tak lepas dari dua pasang mata yang menatapnya penuh tanda tanya. Ia duduk di samping Mahendra setelah disuruh sang pemilik rumah.
"Ini Katania"
Ucapan Ayahnya membuat Gilang mengingat sesuatu. Namanya sama dengan nama belakang kekasihnya di Indonesia. Dan lagi, wajahnya juga sedikit mirip. Hingga sebuah spekulasi terpikir di otak cerdasnya.
"Ayah! Katakan dimana dia dan siapa namanya?!" Mahendra paham apa yang ada dipikiran Gilang. Ia menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya berat.
"Ayah jawab Gilang! Jangan bilang dia.." Gilang sudah tak bisa berfikir jernih. Beragam fikiran buruk sudah menghinggapi kepalanya.
"Iya. Dia Anaya Putri Katania, pacar kamu di Indonesia"
Hehe :)
Masih abu abu ya kan?
Tunggu kelanjutannya ya ges!Jangan lupa vote and comment! Bye!
Maaf ya ada sedikit kesalahan.... Udh diperbaiki kok :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAYA (HIATUS)
Teen FictionCERITA INI TIDAK DILANJUTKAN!! Dengan jangka waktu yg belum diketahui. (Dibuat sebelum tau tentang KBBI, EYD, PUEBI atau penulisan yg benar, harap maklum!) . . . "Rio! Rio! Kalo lo bisa masukin tuh bola dalam satu kali lompatan, gue cium lo!" Rio ya...