22. Surprise

1K 70 8
                                    

Vote!!!!!!! Makasih!

•••••

"Naya lo dipanggil!!!" teriak salah satu laki-laki, teman sekelas Naya yang berada tak jauh dari arah pintu kelas.

"Siapa?" Tanya Naya saat sudah berada didepan pintu kelas, mencari sosok yang katanya tadi memanggil dirinya. Dan ternyata orang itu adalah Rio.

"Kenapa? Nyariin gue?"

"Iya, pulang sekolah lo ada waktu gak?"

Naya berfikir sejenak. Setelah terdiam sebentar, Naya menggelengkan kepalanya.

"Berarti lo bisa dong temenin gue ke suatu tempat?"

"Tempat apaan nih? Kalo ke club gue gak mau ya?"

"Ya nggak lah! Ngarang lo, intinya lo harus ikut!" Setelah mengucapkan itu, Rio melambaikan tangannya hendak pergi ke kelas karena suara bel masuk sudah berbunyi.

•••••

S

etelah bel berbunyi, semua murid nampak berhamburan keluar kelas. Dan entah kenapa, Safira langsung pergi begitu saja tanpa menyapa ataupun sekedar untuk menoleh pada Naya.

Huft, lo kenapa sih Fir?

Naya dan Audy berpisah di samping lapangan karena parkiran mobil dan sepeda berbeda. Naya berjalan biasa, seakan tidak ada yang ia lupakan. Baru saja Naya menaiki sepedanya, suara Rio menghentikannya.

"Lo mau kabur ya? Hayo lo ngaku" Tuduh Rio sambil memicingkan matanya menatap Naya. Sedangkan Naya langsung melepas cekalan Rio perlahan dan turun dari sepedanya.

"Kabur apaan si? Orang mau balik ke rumah kok"

"Enak banget ya lo ngomong gitu! Lo lupa kit-"

Naya menepuk jidatnya membuat Rio terkekeh gemas. Gadis dihadapannya ini ternyata seorang pelupa. Atau yang lebih menyakitkannya adalah ajakan Rio yang diabaikan begitu saja oleh Naya.

"Hehe lupa gue" Ucap Naya sambil senyum senyum tak enak pada Rio.

"Yaudah ayo!" Rio pun langsung menarik tangan Naya.

"Ta-tapi sepeda gue"

"Tenang aja say, pas gue anter lo ke rumah, sepeda lo udah nyender manjah di samping rumah" Naya hanya pasrah tangannya di tarik Rio. Dan satu lagi yang membuat Naya tak habis pikir, sejak kapan temannya yang satu ini jadi ngomong lemah gemulay? Jangan bilang Rio sudah hilang haluan alias belok?

"Silahkan naik ratu!"

Naya memegang bahu Rio agar mempermudahnya menaiki motor besar ini.

"Siap?"

"Siap!"

•••

S

eorang laki laki termenung di atas kursi rodanya. Dengan topi, ia bisa menyembunyikan rambut kepalanya yang semakin menipis. Dengan masker, ia bisa menutupi wajahnya yang pucat pasi.

Dia sungguh tidak suka duduk di kursi roda. Kakinya sehat, tapi tubuhnya lemah. Ingin berdiri pun rasanya tidak mampu. Rasa mual sudah menjadi suatu hal yang ia rasakan sedari tadi.

Tubuh yang dulu nya terlihat bugar dan sehat, kini tampak lesu tak berdaya. Tak ada sumber penyemangatnya di tempat berbau obat obatan ini. Setelah melalui serangkaian kemoterapi dan beristirahat total, ia diperbolehkan pulang.

ANAYA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang