2. Tercyduk

3.6K 143 2
                                    


Selamat membaca ^_^
.
.
.
.
.

"Serius lo gak inget"

"Nggak."

Bara yang sudah diselimuti amarah, hanya menatap Naya tajam. Bola matanya seakan menusuk tepat di jantung Naya. Bara kemudian memegang pergelangan tangan Naya.

"Ikut gue," ucap Bara

"Apaan sih lo, lepasin gue!!"

Sedangkan dari tadi ada seseorang yang memperhatikan kejadian itu, dan sekarang datang menghampiri keduanya.

"Lo apa-apaan sih, Bar?" tukas Rio sambil melepas paksa tangan Bara dari lengan Naya.

"Lo gak usah ikut campur urusan gue!"

"Lo gak boleh kasar sama cewek."

"BACOT LOO!!"

Bughh

Bughh

Bara membogem wajah Rio hingga tersungkur ke lantai. Bara tak memberi celah sedikit pun untuk Rio.

"Sialan," desisnya tertahan.

Bara kembali menyeret Naya, laki-laki itu membawanya ke belakang sekolah.
Namun sialnya di belakang sekolah ada siswa dan siswi yang sedang berduaan.

Bara berdecih ketika melihatnya, kemudian membawa Naya pergi dari tempat itu.

"Lo apa apaan sih?"

"Lo udah ganggu hidup gue." Bara menghentikan langkahnya, tepat di samping wc pria.

"Ya terus, mau lo apa?"

"Gue mau....." Bara mengunci pergerakan Naya dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajah nya ke wajah Naya, dengan tatapan yang membuat Naya was-was.

"L-lo-lo mau...ngapain," ucap Naya, terbata-bata.

Bara tak menjawab dia terus mendekatkan wajahnya ke Naya lalu membisikan sesuatu.

"Gue mauu.. Lo-"

"NGAPAIN KALIANNN?! "

Keduanya sama-sama kaget, terlebih untuk Naya. Sedangkan Bara masih bisa mengatasi keterkejutannya dengan ekspresi datarnya.

"Bu Sri "....

"Kalian ikut saya keruang BK SEKARANGG!!

Mampus nih gue Naya membatin.

"Gara-gara lo nih," kata Naya.

Keduanya pergi mengikuti ibu Sri- gala keruang BK.

***

"Duhhh bener-bener ya tu guru, ngasih hukuman gak liat-liat kondisi, keliling lapangan 15 kali itu 'kan capek," keluh Naya sambil berlari mengelilingi lapangan.

Bara sama sekali tak menghiraukannya, ia malah mempercepat larinya agar hukumannya juga cepat selesai.

"Dasar orang aneh," guman Naya pelan.

"Gue denger."


Setelah beberapa putaran Naya menghentikan larinya. Bara hanya meliriknya sekilas, kemudian berlari lagi.

"Gue capek."

1 detik.
2 detik
3 detik


Bara terkejut melihat cewek yang sedang bersamanya beberapa menit lalu, sekarang jatuh pingsan di hadapannya. Dengan segenap jiwa dan raga, akhirnya Bara memberanikan diri mengangkat cewek itu ala bridal style.

Untung saja sekarang sudah masuk jam pembelajaran, jadi tidak banyak orang yang melihat dirinya. Bara segera membawa Naya ke UKS.

Sesampai di depan UKS Bara mendorong pintu dengan bahunya, dan pintu itu terbuka.

Setelah masuk ke UKS Bara dikejutkan oleh seseorang pria yang tadi sempat berurusan dengan nya.

"Minggir," ucap Bara sambil membawa Naya ke atas brankar.

"Lo apain dia hah!" tanya laki-laki tersebut.

"Pingsan."

"Kenapa dia sampai pingsan gini, lo apain dia?" ujarnya lagi, menaikan satu oktaf nada bicaranya

Bara hanya menatap Rio dengan tatapan datar dan sebuah ide muncul di kepalanya.

"Gue perkosa," jawab Bara enteng. Membuat amarah Rio naik sampai ke ubun-ubun.

"Anjing!"

Setelah itu aksi saling tinju terjadi, hingga beberapa menit berlalu suara seorang gadis membuat keduanya berhenti. Bara dengan cepat keluar UKS, sebelum benar-benar keluar, Bara memberikan sebuah pernyataan yang semakin membuat Rio naik pitam.

"Terlalu mudah kemakan omongan orang, cih."

Bara tidak memperdulikan ocehan laki-laki itu lagi, Bara beranjak keluar UKS, meninggalkan Naya dan pria itu berdua.

"Eughh.. Gue dimana?" tanya Naya, ia berusaha bangun dari atas brankar.

"Ehh lo udah bangun?"

"Lo-siapa? "

"Em kenalin gue Rio."

"Gue Naya."

"Mau roti?" tanya Rio sambil mengangkat sebungkus roti coklat. Naya yang memang lapar, menerima roti itu dengan rasa senang hati. Kapan lagi ia mendapatkan makanan gratis seperti ini? Sayang sekali kalau ditolak.

"Kelaperan ternyata, eh btw sekarang kita temenan ya..." Gak papalah sekarang temenan dulu.

"Iya iya, masa temenan mesti bilang sih, temenan-temenan aja," jawab Naya di sela-sela mengunyah. Rio yang mendengar itu tersenyum dengan sangat lebar, mungkin sebentar lagi akan robek saking lebarnya.

Rio melihat selai coklat di ujung bibir Naya. Sebelum tangan Rio menyentuh bibir Naya, sebuah bantal menimpuk wajah tampannya.

"Iya tau kok, pasti belepotan."

Rio sedikit meringis, ternyata cewek itu ganas juga. Pikirnya.

Keduanya masih sama-sama hening, tak ada yang mau membuka pembicaraan.

Suara dobrakan membuat keduanya terperanjat kaget. Naya pun hampir tersedak roti, dengan sigap Rio mengambil air di atas nakas.

"NAYA LO GAK PAPA KAN??" tanya dua orang cewek secara bersamaan.

"Ishhh, gak usah teriak juga kali, berisik tau gak sih, gue gak papa kok," kesal Naya, cewek itu meletakkan kembali cangkir yang airnya sudah tandas di teguk.

"Kita berdua khawatir tau sama lo."

"Iya Nay, kita cari'in kemana mana lo gak ada, eh tau taunya malah disini, lo kenapa bisa pingsan gini sih, lo mau gue bawa kerumah sakit Nay? Mana yang sakit, siapa yang nyakitin lo sampai kaya gini?!" tanya Safira panjang lebar, semua orang mungkin ingin muntah melihat wajah Safira sekarang.

Naya, Rio dan Audy hanya menatap Safira.

"Satu satu kali nanyanya," sahut Rio.

"Namanya juga orang khawatir," gumam safira pelan. Ia sedikit salting ketika Rio menatapnya.

"Gue gak papa serius deh."

"Lo hutang cerita sama kita kita." Wajah Audy berubah drastis menjadi sangat garang.

"Iyaa! Lo tega ya, sahabat lo cuma denger cerita lo dari gosipan cabe-cabe sekolah".

"Iya-iya nanti gue ceritain deh."

.
.
.
.

ANAYA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang