3. Bully

3.1K 134 0
                                    

Selamat membaca ^_^
.
.
.
.
.

                                 ***
Akhirnya bunyi yang ditunggu tunggu para murid SMA Garuda berdering nyaring. Semua murid sudah berhamburan keluar kelas. Naya dan sahabatnya sibuk membereskan buku mereka. Juga mereka tidak ingin ikut berdesakan keluar.

In my dreams your with me~

Lagu imagination melantun merdu di tengah keramaian. Safira merogoh kantongnya, mencari benda pipih berlogo apel digigit tikus yang berdering.

"Halo, Pah"

"..."

"Beneran?! tunggu bentar ya, Pah".

"Girls, gue cabut duluan! Bokap udah di depan! Bye!" pekik Safira sambil berlari meninggalkan dua gadis yang masih berdiri, keduanya melihat tas Safira menganga lebar, menampilkan beberapa buku. Semua terlambat. Safira sudah hilang dari penglihatan di antara kerumunan siswa-siswi.

Gadis ceroboh. Batin Naya dan Audy bersamaan.

"Kuy lah kita ke depan, udah agak sepi," ajak Audy yang hanya diangguki Naya. Mereka berjalan santai menuju gerbang sekolah.

Sementara itu.

Di balik tiang tinggi terdapat empat orang laki-laki berpakaian SMA. Mereka tengah mengikuti gerak gerik dua gadis di depannya.

"Saatnya memulai misi kecil," gumam salah satu di antara mereka.

Audy dan Safira terus berjalan. Audy memegang tengkuknya, ia merasakan ada orang lain yang sedang menguntitnya.

"Eh Nay, lo ngerasa gak sih kaya ada orang yang ngikutin kita?" tanya Audy setengah berbisik.

"Gak tuh, mana ada coba hantu siang bolong begini!"

"WOOYYY!!!" Suara seorang laki-laki begitu nyaring hingga memekikkan telinga. Naya dan Audy pun menoleh ke belakang mencari sumber suara. Namun hasilnya nihil, mungkin hanya orang iseng, pikir Naya.

Mereka menoleh ke depan hendak kembali berjalan. Tak disangka dua buah kaki mengait kaki mereka, tubuh mereka langsung tersungkur ke depan. Tepat setelah itu, air sampah tumpah mengguyur tubuhnya.

Byuuur

Orang-orang yang berlalu lalang hanya menatap keduanya prihatin. Laki-laki yang mengguyur mereka tertawa puas.

"Sorry manis, kemarin lo udah buat si Bara api marah, cabut kuy," ucap Devon dan Devan hanya menganggukinya.

Ya, mereka adalah orang yang mengait kaki Audy dan Naya. Sementara Adit, bertugas mengalihkan pandangan kedua gadis yang sekarang tengah menunduk.

"Tunggu kelanjutannya Anaya Putri Katania," ancam Bara dengan tatapan mata yang berhasil menusuk jantung. Naya berdecak kesal karena mereka sekarang menjadi tontonan gratis sedangkan Audy hanya diam, gadis itu masih syok. Ini baru pertama kali dirinya merasakan pem-bully-an.

Setelah keempat laki-laki tadi pergi, Audy dan Naya berdiri. Lekuk tubuh mereka menjadi santapan gratis para siswa. Sebagian mereka bahkan sudah mengeluarkan ponsel ingin memotret apa yang mereka lihat. 

Seorang laki-laki lain berlari menerobos kerumunan. Diikuti satu temannya. Laki-laki itu langsung melepas sweaternya dengan cepat.

"Hoshh...hossh Pake Nay!..Lo gak papa kan?!" Nafas ngos-ngosannya sangat terdengar jelas di telinga Naya.

Naya segera memakai sweater hitam milik Rio. Sedikit kebesaran tapi cocok untuk keadaan saat ini. Ia menoleh ke samping dengan raut wajah khawatir.

Kebetulan, Rio memang orang yang peka.

"Vid, pinjem jaket lo." David melepas jaketnya dan memberikannya pada Audy.

"Ayokk gue anter pake mobil," ajak Rio.

"Gue bawa mobil."

"Gue bawa sepeda," sanggah mereka bersamaan. Rio yang mendengar itu hanya mengembuskan napas kasar.

"David lo setirin Audy, biar gue yang  nganter Naya," suruh Rio.

David dengan cepat mengangkat tangan seperti orang yang sedang hormat.

"Siap bos!" Audy ditarik paksa oleh David. David hanya menulikan telinganya ketika mendengar ocehan tak berfaedah daro Audy.

"Terus kalo gue sama lo, sepeda gue gimana?" tanya Naya dengan wajah polosnya.

Naya merasa badanya ringan. Rio menggendong Naya bukan ala bridal style tapi ala tukang angkut karung goni. Naya meronta-ronta sambil memukul punggung Rio. Namun, itu sama sekali tidak mempan pada tubuh kekar Rio.

"Berenti mukulin gue, udah sampe." Naya terkesiap, Rio berhenti di samping mobilnya dan menurunkan badan Naya.

"Masuk," titah Rio membuat Naya mematuhinya. Rio menutup pintu. Ia berjalan mengutari mobil dan masuk di tempat kemudi.

Sedari tadi Rio hanya fokus dengan jalanan yang ramai. Sedangkan Naya menunduk. Bunyi klakson dan mesin mobil menjadi teman perjalanan kali ini.

Naya akhirnya buka suara. "Rio..,makasih tapi maaf juga".

"Maksudnya?"

"Makasih udah nolongin gue sama Audy, dan maaf karna gue sweater sama mobil lo jadi bau sampah. Entar sweter-nya gue cuciin deh... janji!" kata Naya merasa bersalah.

"Santai aja kali, ngomong-ngomong dari tadi kita cuma muter muter loh." Matanya masih fokus menatap jalanan.

"Eh iya ya..."

"Jangan jangan lo sengaja kam biar bisa lama-lama sama gue, gue juga laki-laki normal loh Nay..."

Naya terdiam, ia mencerna kata demi kata yang diucapkan Rio. Seketika, mata Naya melotot.Naya melihat seksama pakaiannya saat ini. Air tadi membuat rok Naya basah sehingga terlihat jelas postur pahanya, dengan cepat Naya menarik nariknya berusaha menutupi.

Rio yang melihat itupun terkekeh pelan.

                                  ***

Sementara itu, kamar Adit yang biasanya bersih mengkilap kini hancur bak kapal pecah. Adit merasa sangat terganggu dengan kedatangan sahabat-sahabatnya. Beberapa kali ia mengambil benda-benda kecil di meja belajar, dan melemparnya tepat di wajah Devan ataupun Devon. Teriakan mereka membuat konsentrasi belajar Adit terganggu. Sementara Bara hanya duduk di sofa memakan semua snack dan membuang bungkusannya sembarangan.

"WOYY!!!" teriak Adit membuat ketiga sahabatnya terdiam. Sudah sampai sini kesabaran Adit. Devan dan Devon yang tengah asyik bermain play station pun ikut menoleh.

"Santuy dong Pak Ketos yang ganteng, tapi gantengan gue.." jawab Devon dengan nada alay, membuat Adit semakin kesal.

"Lo berdua gak sakit tenggorokan apa?! Dari tadi teriak-teriak gak jelas! Sekali lagi lo berdua teriak gue usir kalian semua!"

Lo, Bar!! Lo punya mata kan? lo gak liat ada bak sampah? Atau kaki lo sakit, sampe gak bisa buang sampah!" teriak Adit lagi menceramahi ketiganya panjang lebar.

"Iya deh iya,nanti gue beresin."

"Lo pms, Dit? "Tanya Devon yang dibalas dengan tatapan tajam oleh Adit, Devon yang ditatap seperti itu hanya menunjukan dua jari tangannya membentuk huruf v.

"Ehh belut-belut sawah, menurut lo kita tadi keterlaluan gak?" Semua mata tertuju pada Bara.

"Kenapa emangnya? Jangan bilang lo...."

.
.
.
.
.
.
Segitu dulu ya..
Tunggu next nya:v

ANAYA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang