[dua puluh sembilan]

13 1 0
                                    

LARI-LARI DI KAKI SENDIRI


Semesta terus-terusan mengkukung, mau menyerah, mau menyerah saja. Tapi tak tau caranya, Nyawa terus menolak dipaksa dan diri menyeret badan nya minta pulang tapi waktu minta jalan atau setidaknya merangkak. Ibu, ibu kembali menangis disela-sela malam nya. Aku terjaga sepanjang malam sebelum ditarik pada kenyataan, mereka siapa? memandang nanar juga iba tapi meninggalkan sendirian. Dikendaraan umum aku pengap, tangis tak bisa lagi jatuh sebab selalu saja hanya sampai hitam kelopak. Aku bukan manusia hebat macam Ibu ku, aku masih suka diam-diam menangis dibalik tirai biru juga lampu sebagai saksi bisu. Keparat! Sungguh Keparat! sampai pagi datang tangis masih memaksa keluar padahal mata minta di istirahatkan. Aku rasa, jiwa ku mati muda. Tapi tolong jangan kasihan tolong jangan.




2 September 2019

Lari- Lari di Kaki SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang