okay udah hampir sebulan gue ga nulis, ini beneran ga nulis di media apapun. Bukan karena sibuk banget sampe ga bisa nyempatin nulis tapi emang hilang kata aja. Kali ini gue mau nulis random yang ada dikepala, cerita amburadul yanggg akhirnya setelah lama gue kepikiran nulis juga. Ide ini muncul sebab.................
Bapak Proklamasi Muncul menghadiahi pengelihatan ajaib yang tak pernah didapatkan manusia lain. Mata-mata itu menusuk ku erat, Bala tentara berdiri tepat didepan ku, teman ku yang lain sibuk tertawa sampai Rakwani teman Perempuan ku maju menyodorkan telepon genggam nya dan menunjukkan hasil jepretan Raden dan aku ditaman lusa lalu. Tapi aku menjerit saat melihatnya. Dan pandangan jauh menerawang. Ada apa gerangan Tuan?
Naik ke lantai tiga sekolah, semua berkerumun. Menarik setiap celah ingatan yang terjadi, terduduk dilantai dekat mading, muncul teman ku Akbar, ia berkata tak jelas tapi sungguh menyakitkan hati namun aku tak ingat kata-katanya. Lalu aku berlari menyusuri setiap siluet yang ada disetiap lorong.
"Kamu"
Aku berhenti tapi tak berbalik.
"Sungguh, aku minta maaf sumpah demi tuhan aku tak cinta dia. Tapi aku sungguh minta maaf"
Aku tergerak melangkah, tapi bukan ke belakang tapi kembali menyusuri Hutan.
Hari semakin gelap, disini dingin. Seorang Pangeran mendatangi ku, tanpa Jubah emas tanpa pula kuda. Ia memperhatikan ku yang tengah menangis sesegukan lalu pengusap rambut ku lembut. Sedang ia pangeran yang sudah cukup usia dari pangeran-pengeran yang pernah ku temui sebelum nya. Rambutnya telah memutih, gigi putih belum ada yang tanggal, ia berkata kepada ku bahwa ia adalah dokter gigi pada perang dunia ke 1.
"Ndak perlu terlalu dipikirkan, nduk... mungkin ada yang ia butuh tapi ndak ada di kamu begitupun sebalik nya"
Gambar diri berubah, bukan Raden yang sedang berada dengan ku di foto itu.
"Rakwani bagaimana si itu kenapa mata Raden berubah begitu"
Tapi ia tak Menjawab, saat ku dongkakkan kepala. sial sekali
Mata Rakwani sama persis dengan Raden di Foto itu. Seram Sekali. Tapi saat ku alihkan pandangan, semua manusia disini telah berubah, termasuk bala tentara dari perang dunia ke 2 itu.
"Kau kenapa? apa yang berubah dengan mata Raden" Rakwani berupaya mengajak ku komunikasi tapi aku tak mengerti. Mereka semua kenapa?
Bapak Proklamasi masih berdiri disamping ku, ia tersenyum dengan khas nya. Tapi tak ada 1 katapun yang keluar, tapi mata nya menyorot ke saku jaket ku. Lantas saja aku meroggohnya dan menemukan secarik uang jaman dulu dengan gambar pahlawan yang ku kenal.
"itu aku"
dengan mata membelalak aku sekarang benar merasa ketakutan.
"mungkin tak sekarang, mungkin pula bukan nanti. Tapi nama mu berulang kali"
Aku berada dikegelapan, berharap Supernova mendatangi. Atau setidaknya Watti kakak dari Elektra. Mengeyahkan pikiran bintang jatuh juga setiap warna abu di langit nusantara. Pekerjaan ku baru akan usai sehabis lebaran, tanggung jawab masih akan ada disetiap bulan. Pulang ke rumah cerita jadi perjalanan panjang sebab alamat nya jauh disela-sela mulut Bumi.
"kamu, lagi apa di lorong sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari- Lari di Kaki Sendiri
Poetrykumpulan puisi saya. Terimakasih Banyak yang sudah meluangkan Waktu untuk membaca atau sekedar lihat-lihat. salam Lintang