lusa
satu-satu lampu dimatikan
termasuk yang watt nya paling besar diruang depan
mengubur terang untuk jiwa yang dipendam dalam-dalam
tapi gagal untuk rasa jadi tidak kabur-kaburan
tut tut tut
barusan adalah koin terakhir untuk mendengan suaranya yang bingung juga takut
telepon umum ini akan dicabut
entah dengan apa lagi bisa bertemu si kabut
bisa jadi ini kali terakhir bertemu
besok mulai dengan yang baru
ditahun yang serba mudah
saat tulang baja bisa hanya tinggal sentuh saja
dimana manusia tak kunjung penuh suap nya
tak juga habis porsi nya
takut nadi dunia
sebentar-sebentar mau pulang ke pencipta
sebentar-sebentar salahkan rasa
sebentar bilang begini sebentar lakukan begitu
sebentar ini hari minggu
sebentar-sebentar marah karena wanita pms mengganggu
sebentar-sebentar sindiran begitu
sebentar-sebentar ingat masa lalu
sebentar-sebentar salah kan waktu
sebentar-sebentar buru-buru
sebentar itu otak atau tahu
pelan-pelan satu-satu jangan terburu
nah begitu
kereta bawah tanah akan tiba pukul tiga
dapat panggilan antar muka
dari chip yang di tanam kemarin lusa
wajah nya muncul di permukaan epidermis
dengan rambut klimis
tut tut tut
barusan panggilan terakhir dari si bingung dan penakut
9 Februari 22:24 (lintang)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari- Lari di Kaki Sendiri
Poetrykumpulan puisi saya. Terimakasih Banyak yang sudah meluangkan Waktu untuk membaca atau sekedar lihat-lihat. salam Lintang