[tiga puluh satu]

26 1 0
                                    

sejak pertemuan minggu lalu, saya jadi semakin yakin bahwasanya mengiklaskan bisa jadi jawaban dari wujud tenang. Saya lihat dari berbagai sudut pandang, nyata nya benar juga segala tindakan yang akan saya ambil jawaban nya cuma ada di saya. Saya baru belajar setelah 19 tahun hidup, kosa kata kecelakaan yang tidak secara harfiah bukan cuma bisa merenggut fisik tapi rasa bisa jadi lebih sakit. Hari ini saya jadi makin yakin kalau semua yang terjadi kemarin bisa disebutt apa ya... hm

memoar.

Emosional jadi bayangan saya saat itu, beneran ngikutin kemana saja saya berada. Nangis mulu kerjaan saya, sebab gatau mau lari kemana (ya kecuali ngadu kalo lagi ibadah yang beneran ibadah). Trus juga istilah teman tuh jadi makin jauh dari arti sebenarnya, saya gatau mana yang bisa saya sebut teman. Saya benar benar seperti orang yang sedang berkabung.

Saya sempat juga upaya cari pelarian atau pelampiasan ke manusia lain. Mengiyakan setiap ajakan, pergi jalan dengan yang lain upaya pengalihan pikiran juga perasaan. Tapi tuhan kasih saya kesadaran sangat cepat. Bukan itu yang saya cari, ditampar ribuan kali saat suara lain bicara hati ke hati dengan saya, kalau saya akan lebih jahat memasuki rasa lain jika niatnya hanya sekedar memperbaiki isi hati sendiri. Walaupun mungkin rasa lain akan ikut seiring waktu tapi bukan begitu seharusnya saya gabisa.

Saya mulai nulis Blog, kembali pada puisi, juga cerita lama yang sempat saya tinggalkan. Dannn upaya nyaaa

Bekerja

Lumayan sekali rasanya cukup menenangkan. Tapi pernah satu hari dibulan Oktober saya sedang ada janji pergi ke suatu tempat wisata edukasi, tapi saya masih bawa-bawa ingatan lama juga sesuatu yang dulu saya sebut masalah ditas. Niatnya mau tambah tulisan di buku harian yang sudah 2 tahun saya miliki, kepikiran kali saja saya dapat ide saat jalan-jalan ditempat kemarin. Tapi nyatanya pukul 2 Siang saat duduk-duduk diketinggian menatap kepala Monumen Nasional saya merasa sesak saat mengeluarkan buku harian itu, dengan cepat kilat saya titip dengan teman yang sedang bersama saya. Saya bilang "bawa saja, saya titip gatau bakal diambil kapan. Kalau kamu mau baca ya silahkan. Pokoknya kamu bawa pulang " dan hebat nya, sampai sekarang buku itu ga lagi sama saya. Sesekali saya bertanya kabar si buku itu, iya saya tau ini gila tapi beneran memastikan buku itu aman jadi buat saya makin tenang.


Saya kubur cerita hidup beberapa tahun lalu disana... dibuku itu. Makanya saya suka ga kuat lihat barang hanya sampulnya saja. Dulu saya mati-matian mau buku saya balik ke tangan saya tapi pas balik dipikiran saya cuma mau buang dan bakar. Habis saya jadi selalu ingat 'ibu sakit, kakak menjengkel kan, gebetan ngejauh, cape latihan, rindu keluarga, bertemu manusia aneh, tugas-tugas, sampai cerita dipaling akhir'. Semua jadi satu kesatuan.

Tapi ini serius, saya sudah baik-baik saja sekarang. Walaupun kejutan akan terus datang.

Balik lagi di paragraf paling awal, sampai akhirnya diakhir minggu kemarin saya bertemu manusia yang paling saya tunggu. Mendengar, membaca, menerka, memahami, belajar, mengetahui, tebak-tebakan. Jadi terlihat titik terang mulai datang, saya jadi semakin matang untuk benar tenang. Ekspresi wajah macam-macam, tapi senang jadi penutup waktu yang telah menujukkan setengah delapan malam.


Terimakasih banyak mungkin yang sekarang akan lebih baik untuk memulihkan hati yang butuh pertolongan, kira nya ia akan mampu memberi bahagia bukan seperti yang sudah-sudah.


Terimakasih kepada telinga-telinga yang masih setia mendengar tangisan saya bahkan saat di kamar mandi kantor sekalipun.


itu saja.


Ps; ini sedang angin juga hujan, makanya saya menulis ini. Semangat ya!!






Tertanda: Sri Lintang Pamungkas - Alea - Rosi- Oci- Lintangen- Mba tang- Tuna - Mentangley- Adek- Ra - Juny - Tatan - Teteh - Anak Kecil - Bintang - Rapunjel Lolipop - Jejel - Virgo. Salam buat bintang di ketinggian sana salam nya masih sama kok assalamualikum saja sebab saya bukan dilan yang bisa buat kata-kata manis tambah satu bilang padanya sering-sering ingatkan saya untuk melihat ke langit kok sekarang sombong sekali untuk melihat bintang saja sekarang jarang. hihihi.

Lari- Lari di Kaki SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang