Pagi yang cerah dan indah, cahaya mentari menyelinap dibalik sela-sela jendela, tak membuat seorang gadis blasteran Arab-Indonesia-Jepang itu bangun.
Ia semakin menyamakan posisi nya dan menutup wajahnya agar tidak terkena cahaya mentari. Lalu seseorang membuka gorden dan semakin luaslah sang mentari menembus jendela kaca itu, membuat seisi ruangan terang benderang.
"Hanum, bangun sayang," suara lembut serta guncangan halus dari tangan seseorang mampu mengusiknya.
"5 menit mah...." jawab Hanum sambil memeluk tangan Aisyah—mamahnya dan menyamankan posisi nya lagi.
"Gak ada lima menit lagi, ayo cepet mandi nanti kamu telat lho,"
Dengan sabar dan penuh kasih sayang Aisyah membuat sang anak duduk di atas kasur nya, walaupun dengan mata masih tertutup.
"Ayo sayang, cepet mandi.... Mau uang jajan nya dipotong sama papah,"
Seketika Hanum membuka mata nya dan menyambar alat mandi yang sudah disiapkan oleh Aisyah, Ia berlari menuju kamar mandi. Ia ingat ancaman papah nya jika dia bangun telat, maka uang jajan yang diberikan oleh sang papah akan dipotong separuh nya.
Aisyah yang melihat tingkah ajaib sang putri cuma geleng-geleng, kemudian ia beranjak dan mempersiapkan seragam sekolah Hanum.
"Sayang, mamah udah siapin baju kamu, nanti kamu turun ya ke bawah sarapan dulu," Kata Aisyah sebelum pergi.
"Oke mah!" jawab Hanum setengah berteriak dari dalam kamar mandi.
Sepuluh menit berlalu, Hanum sudah rapi dan sekarang sedang sarapan bersama keluarga tercinta nya.
"Pagi Mah, Pah," sapa Hanum dingin plus singkat dan langsung duduk di meja nya.
"Pagi sayang, "jawab Farrel—papahnya bersamaan dengan Aisyah.
"Yak elah dek, cuma mamah sama papah doang yang disapa, kebiasaan. Kita nya enggak,"sarkah Devano sang kakak
Hanum cuma melirik sekilas ke arah Devano lalu ke arah adik nya, Calinda.
"Pagi kak, pagi dek," kata Hanum dengan ekspresi sama datar dan dingin.
"Pagi kak Hanum," jawab Calinda tersenyum manis.
"Kalau nyapa senyum napa, tuh wajah gak ada ekspresi lain apa!" balas Devano.
"Ssst! Devan, kamu tuh ya. Udah tahu adik kamu yang ini emang begitu kelakuannya, gak usah dibahas," jawab Farrel menegur Devano.
Devano pun diam dan tak berani menjawab, dia tau kok emang adik nya ini agak berbeda dari nya dan juga dari adik bungsu nya, mungkin ada alasan lain dibalik sifat nya ini.
"Mah, pah, Hanum selesai, assalamualaikum," kata Hanum saat selesai memakan sarapan nya.
Setelah pamit dan menyalami tangan kedua orang tua nya dia bergegas menuju garasi dan mengeluarkan mobil Lamborgini hitam kesayangannya, lalu berjalan menuju sekolah SMA ELIT ALBERT YUKI, Sekolah milik kakek nya yang merupakan orang terkaya nomer 7 di dunia dan nomer 1 di Indonesia.
Saat sampai Hanum menyerahkan kunci mobil nya untuk diparkirkan di parkiran khusus keluarga Albert Yuki.
Lalu, Hanum berjalan melewati koridor yang ramai dipenuhi para siswa dan siswi, mereka menatap Hanum yang berjalan santai melewati mereka tanpa menoleh ataupun tersenyum.
"Eh-eh, itu cucu pemilik sekolahan kita?"
"Tuh, Hanum? Anggota cool girl dan cucu pemilik sekolahan ini?"
"Datar amat ya tuh muka"
"Cantik sih, tapi sayang... Dingin plus jutek"
"Eh, kata nya.... Tuh si Hanum yang paling biasa, maksud nya yang gak terlalu bad girl gitu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRI ELEMEN (Tamat) <Revisi Ulang>
ФэнтезиHanum, Cloe, Bella, Adara, Zafyra, dan Neva 6 gadis SMA yang sangat terkenal atau fomoust di sekolahnya, mereka adalah 6 orang gadis dari keluarga Albert Yuki kakek mereka sekaligus pendiri atau pemilik sekolahan yang sekarang mereka tempati. 6 ora...