Happy reading
.
.
.
Di chapter ini kubikin kusus untuk mengenalkan Hanbin gaes. Jadi kalo ada yang ga suka boleh skip.
.
.
.
.
.
.
.
Kim Hanbin, 24 tahun. Seorang Dokter muda yang bisa dibilang sangat pintar dan sukses. Hanbin, begitulah sebutannya. Ia telah menyelesaikan kuliah kedokterannya dua tahun lalu. Ia lulus dengan predikat Cumlaude dari Seoul National Univercity. Universitas yang terkenal paling susah dimasuk. Bukankah sangat membanggakan? Bisa masuk SNU dan lulus dengan predikat Chmlaude?
Tentu saja, siapa yang tidak bangga jika memiliki anak yang lulus dengan predikat lulusan terbaik seperti Hanbin ini. Bahkan dengan nilai sempurna. Namun sayangnya, kedua orang tuanya tak bisa menyaksikan kesuksesan putra nya ini.
Habin, ditinggal appa nya yang meninggak sejak ia berusia sembilan tahun. Saat itu ia belum terlalu mengerti apa yang harus ia lakukan, yang ia tahu hanya appa nya yang tidur dan tidak akan pernah kembali. Belum juga selesai kesedihan karna kepergian sang appa. Hanbin harus kembali merasakan sedih yang sangat mendalam. Tepat setalah empat bulan kepergian sang appa, eommanya, satu-satunya orang yang ia miliki juga turut pergi meninggalkannya, dan juga sang adik yang baru lahir.
Eomma Hanbin meinggal sehari setelah melahirkan Hanbyul adik perempuanya. Adiknya itu saat ini berusia 15 tahun, dan masih duduk dibangku sekolah menengah pertama di seoul sendiri.
Mari kita tengok kisah Hanbin setelah ditinggal kedua orang tuanya yang kurang lebih lima belas tahun lalu.
.
.
.
.
Saat itu, usia Hanbin masih 9 tahun dan mempunyai adik bayi yang baru lahir. Hanbin terpaksa harus putus sekolah karna tak memilik biaya. Sanak saudaranya bahkan dengan tega membuang dirinya dan adiknya kepanti asuhan.
Baru dua bulan dipanti, bukan nya tercukupi pangannya, Hanbin malah disuruh pergi meminta-minta oleh ibu pantinya untuk membiayai panti, bahkan adiknya yang tak terrawat dengan baik. Berminggu-minggu Hanbin dengan iklas dan menurut melakoni apa yang si ibu panti suruh. Mengamen, meminta-minta, bahkan sampai yang terparah mencuri.
Suatu sore, entah memang sedang apes atau memang bukan hari keberuntungan Hanbin saat itu, dirinya yang akan mencopet itu ketahuan oleh orang lain disekitar. Dan seketika Hanbin merasa nyawanya akan melayang sebentar lagi. Dengan sekuat tenaga Hanbin melarikan diri dari kejaran beberapa orang dewasa yang memergokinya tadi. Namun sialnya, ia tak bisa menjaga keseimbangannya saat tak sengaja tersandung batu. Dan hal itu membuat Hanbin oleng, lalu tersungkur kejalanan, membuat dirinya tertangkap dan dihakimi orang-orang dewasa itu.
Hanbin tak bisa melindungi dirinya sendiri. Untuk berteriak meminta ampun pun sulit. Saat itu yang ada dalam pikirannya hanya sang adik. Jika dia mati, bagaimana nasib adiknya nanti. Hanbin tidak sanggup membayangkan.