Di tengah kepadatan kota Seoul yang semakin hari semakin meningkat, kantor Lunar Corp nampak begitu sibuk di pagi hari, para karyawan yang berlalu lalang dengan urusannya masing-masing termasuk wanita yang kini tengah terburu-buru melangkahkan tungkainya menuju ruangan yang berpahatkan meeting room.
Bae Irene –wanita itu begitu merutuki nasibnya yang tertimpa kesialan beruntun bahkan sejak ia membuka mata pagi ini, dari mulai kehabisan bahan makanan yang membuat Irene melewatkan sarapan pagi, sol sepatu kesayangannya lepas atau yang baru saja ia alami tadi yakni ketinggalan bus hingga mengakibatkan Irene harus membuang uangnya lebih banyak untuk memesan taksi.
Masih dengan posisi di depan pintu ruangan, mulut kecil Irene mulai berkomat-kamit merapalkan doa atau barangkali mantra agar dosa-dosanya di ampuni Tuhan pagi ini dan sekiranya Tuhan akan berbaik hati mengangkat kesialan dari hidupnya dengan tidak mendapatkan sanksi apapun atas keterlambatan yang ia lakukan. Irene sempat menarik nafasnya begitu panjang sebelum benar-benar masuk ke ruangan yang horrornya melebihi film the Conjuring yang pernah ia tonton.
CKLEK
Irene mungkin sekarang boleh saja sedang menutup matanya seraya menunduk memberi hormat hingga tak bisa melihat apapun -kecuali rambut bergelombangnya yang menghalangi pandangan, namun demi koleksi sepatu mahal Kang Seulgi, ia sangat tahu bahwa pandangan mata semua orang yang ada disana sedang tertuju padanya. Rasanya Irene ingin menenggalamkan dirinya hidup-hidup di lautan merah menyusul Raja Firaun sekarang juga.
“Bae Irene”
Langkah Irene membeku mendengar suara yang sangat ia hapal. Tanpa diperintah, Irene segera membalikkan tubuhnya menghadap si pemilik suara yang tak lain adalah suara Direkturnya. Dalam hatinya Irene menjerit, apa ini menjadi akhir hidup seorang Bae Irene?
“Ne, Direktur Kim” Irene yang kini sudah berani membuka matanya memberi hormat kepada lelaki yang kini tengah duduk di kursi paling tinggi di perusahaan itu. Mata Irene kemudian mengedar dan benar saja drama keterlambatannya kini menjadi tontonan gratis bagi teman satu divisinya yang berjumlah kurang lebih 15 orang. Dari posisinya sekarang ia bahkan bisa melihat Seulgi yang kini tengah menatapnya dengan gurat khawatir.
“Kau tau apa kesalahanmu Nona Bae?” Tanya Direktur Kim menatap tepat pada hazel Irene hingga membuat manik mereka bertemu. Huh bolehkah ia jujur ia begitu benci mata meingintimidasi yang tengah dilayangkan Direkturnya.
“Maafkan aku Direktur, aku ketinggalan b-“ Irene bungkam begitu Direktur Kim memotong begitu saja kalimatnya.
“Tidak ada alasan Nona Bae, kau tau ini rapat penting untuk divisi kalian, kuharap dengan pemberian sanksi kau tidak akan mengulanginya lagi” Putus Direktur Kim bulat, Irene hanya menghela nafas, sementara bisikan-bisikan halus mulai terdeteksi di indera pendengarannya. Irene tau mereka sedang bergosip tentang dirinya.
“Sekarang kau bisa mengambil kursimu”
“Ne, Direktur” Dengan lesu Irene mengambil tempat duduknya tepat di sebelah Seulgi, wanita bermata runcing itu langsung saja menyerbunya dengan banyak pertanyaan, seperti apa yang membuatmu terlambat? Apa kau gila? Atau apa hatimu baik-baik saja?. Irene begitu pusing dengan rentetan pertanyaan yang dilayangkan sahabatnya itu. Irene tentu saja sedikit pun tak berniat menjawab, apalagi pertanyaan nonsense yang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frenemy || Vrene ✔
Fanfictionlet's not fall in love. [complete] cr by pinterest/on pic.