Taehyung menggeliat dalam tidurnya ketika merasakan sinar matahari yang menyilaukan menerobos dengan tak tahu malu lewat celah-celah jendela kaca yang langsung tersambung dengan balkon. Setelah beberapa menit bernegoisasi dengan dirinya sendiri, Taehyung mulai membuka mata, lalu ia langsung disuguhkan pemandangan indah Irene yang masih terlelap dengan tubuh yang terbungkus selimut di dalam dekapannya.
Jika ditanya apa saja moment-moment terindah dalam hidup Taehyung, maka ia akan menjawab saat seperti ini, dimana ia bisa bersama dengan Bae Irene menghabiskan malam bersama, lalu esoknya terbangun dengan tubuh yang saling memeluk. Begitulah definisi sederhana kebahagiaan bagi Taehyung.
Taehyung mengecup kening Irene singkat sebelum beranjak dari sana menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan sikat gigi. Ia sebenarnya bisa saja langsung mandi, tapi otak bejadnya memikirkan ‘siapa tau setelah Irene bangun mereka akan melakukan satu ronde lagi’
Jadi bukankah disebut pemborosan air jika ia mandi sekarang, sedangkan jika mereka bercinta lagi, mereka akan mandi- lagi?
Ponsel Taehyung berdering tepat ketika sang pemilik menyelesaikan ritual rutinnya di kamar mandi, dengan hanya mengenakan boxer ia bergegas menyambar ponsel yang berada di atas nakas lalu melangkahkan tungkainya menuju balkon –agar wanitanya yang masih tertidur pulas tak akan terganggu nantinya.
Mata Taehyung menyipit karena sesampainya di balkon ia langsung disambut dengan sinar sang surya yang begitu menyilaukan mata, sesaat ia terpana dengan hamparan gedung-gedung pencakar langit yang tersaji di depan matanya, pun dengan angin pagi segar yang menerbangkan lembut surai madunya -yang begitu berantakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Taehyung terperanjat, ketika baru mengingat niat awalnya pergi ke balkon.
“Hyung” Panggil Taehyung sesaat setelah menempatkan ponselnya pada telinga.
“Taehyung-ah, bagaimana kabarmu?” Tanya sebuah suara di seberang sana, suara seseorang yang sebenarnya sangat Taehyung rindukan.
“Aku baik, Hyung sendiri bagaimana kabarmu?” Suara bariton Taehyung menggantung beberapa saat sebelum ia melanjutkan kalimatnya.
“Dan juga….Ayah?”
“Kalau kau ingin tahu kabarku dan juga ayah, mengapa tidak memastikannya sendiri dengan mengunjungi kami”
Taehyung terdiam menelan salivanya, ia sebenarnya paham dengan maksud Namjoon-kakaknya itu bermaksud menyuruh Taehyung pulang.
“Hyung, kau tau aku begitu sibuk untuk sekar-“
“Taehyung”
Perkataan Taehyung terhenti karena Namjoon memotong kalimatnya. Ia memijit pelipisnya yang berdenyut seiring nada suara sang kakak yang berubah menjadi intonasi serius.
“Bukankah dua tahun sudah cukup untukmu bermain-main?”
Tubuh Taehyung menegang tangannya memegang pembatas balkon mencoba meredam sesuatu yang bergejolak dalam dadanya karena sedikit tak terima dengan kalimat yang terlontar dari mulut sang kakak.