Segala hal terjadi secara dinamis. Hari terus berganti, kisah hari ini dan esok lusa belum tentu sama. Itulah jawaban dari esensi mengapa Tuhan menyuruh umatnya untuk bekerja keras.
Seorang pria muda yang hampir memenuhi syarat untuk disebut 'karyawan teladan' begitu bersemangat menyapa rekan-rekannya yang tengah bekerja di sepanjang jalan yang ia lewati di kantor besar itu. Tak lupa, senyum secerah matahari yang tak pernah ia lewatkan barang sedetik pun.
Langkah lebarnya berhenti pada sebuah ruangan yang di depan pintunya berpahatkan Vice President. Jung Hoseok -pria matahari itu sempat memperbaiki dasinya yang miring lima derajat, sebelum mengetuk pintu dengan semangat.
"Bonjour, Pak Kim" Sapa Hoseok riang, pada pria tak kalah muda yang tengah menatap dinding kaca besar di ruangan itu.
"Ini dokumen yang diperlukan" Hoseok meletakkan map hitam yang sejak tadi ia bawa.
Pria muda dengan setelan rapi itu mulai berbalik dan menampakkan wajahnya yang tampan.
"Terima kasih, Hyung" Kim Taehyung -si Wakil Direktur dengan posisi masih memegang sakunya kembali duduk pada kursi singgasana kebesarannya.
Sudah sepekan lamanya, sejak ia memutuskan untuk akhirnya bergabung pada perusahaan milik Ayahnya -KNT Group dan langsung didapuk menjadi Wakil Direktur, mendampingi sang kakak yang memegang kekuasaan tertinggi.
Sudah sepekan pula, Taehyung bertemu dengan orang-orang baru yang menghormati dan menyeganinya. Seharusnya ia cukup bersyukur dengan keadaannya yang sekarang. Namun, bak hati yang tak bisa berbohong, rasanya ada saja sisi lain dalam dirinya yang merasakan kekosongan.
Begitu hampa.
Sejak kejadian itu, hidup Taehyung tak pernah tenang. Otaknya selalu memikirkan satu nama yang sangat dicintainya. Bae Irene, gadis itu tak ingin melihat Taehyung lagi, dan itu membuat Taehyung frustasi.
"Tak usah sungkan, ini memang tugasku"
Taehyung terdiam, lantas menghela nafasnya.
"Ada apa dengan ekspresimu?" Tanya Hoseok terheran.
"Tak apa Hyung, hanya saja aku belum terbiasa dengan ini semua" Jawab Taehyung yang memang tak sepenuhnya bohong. Dua tahun bekerja sebagai karyawan biasa membuatnya masih beradaptasi dengan kursi Wakil Direktur.
Hoseok mengangguk paham, bagaimanapun juga ia tahu bagaimana perasaan adik sahabatnya itu, "Ini tak akan lama, bersemangatlah. Namjoon akan sedih jika melihatmu seperti ini"
Kali ini, Taehyung yang mengangguk. Perkataan Hoseok -Sekretaris sekaligus sahabat sang kakak memang ada benarnya. Ia harus bersikap profesional dan tak boleh bermalas-malasan, apalagi jika hanya menyangkut urusan pribadi.
"Baiklah"
Hoseok mengangkat dua jempolnya lalu segera kembali pada mode formal mereka. Ia pun memberi hormat sebelum berpamitan dari sana.
"Hyung..." Panggil Taehyung pelan dengan nada ragu. Sebenarnya banyak hal yang tengah mengganggu pikiran Taehyung sekarang, termasuk keinginannya untuk mengetahui keadaan Irene.
Bagaimana kabar Irene? Bagaimana gadis itu tanpa dirinya? Apakah bahagia atau malah sebaliknya?
Untuk pertanyaan terakhir, Taehyung buru-buru menghapus pemikiran konyolnya itu.
"Ya? Ada yang bisa Hyung bantu?"
Taehyung terdiam sejenak, pikirannya sedang berkecamuk.
Bae Irene, tolong cari tahu info tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frenemy || Vrene ✔
أدب الهواةlet's not fall in love. [complete] cr by pinterest/on pic.