"Junmyeon lepaskan, hikss"
Irene terisak disaat Junmyeon terus mencumbunya secara paksa. Pria itu melumat bibir Irene dengan kasar dengan tangan yang menyulusup ke dalam blazer motif kotak yang dipakai Irene.
"Kenapa Rene? Kau tak ingin aku sentuh? Bahkan bajingan itu bisa menyentuhmu sesuka hatinya"
Ada sesuatu yang menjerit dalam hati Irene membuatnya begitu sakit. Irene juga tak paham dengan dirinya sendiri mengapa begitu menolak sentuhan Junmyeon yang notabenenya adalah kekasihnya. Apa itu berarti perasaannya pada Junmyeon memang tak setulus itu?
Butiran kristal terus mengalir dari kedua pelupuk Irene. Ciuman Junmyeon turun menuju leher jenjangnya, menyesap dan menjilatnya layaknya Ice cream. Irene terus membuat gerakan menghindar sebisa mungkin walau dengan posisi yang terjepit.
Tak sampai disitu, tangan Junmyeon yang lain mulai menjelajah kaki Irene yang saat itu masih tertutup celana panjang dengan motif senada -yang mau tak mau membuat Irene mendesah ditengah isakannya.
"Bagus Rene, mendesahlah. Kau tau? Betapa aku menahannya selama ini namun kau malah dengan senang hati menyerahkan tubuh jalangmu ini pada brengsek Kim Taehyung"
Mendengar nama Kim Taehyung disebut, sesuatu dalam diri Irene seolah menghidupkan kembali kesadarannya. Ia merasa Taehyung sudah memberikan dirinya kekuatan, hingga membuat Irene menjadi lebih berani.
Tangannya yang bebas kini mendorong tubuh Junmyeon -yang masih menindihnya- dengan sekuat tenaga.
Usahanya berhasil saat lelaki itu tersungkur ke lantai. Kesempatan itu tak disia-siakan Irene untuk segera pergi dari sana. Beruntung saat itu pintu tak terkunci, hingga membuat Irene bisa leluasa beranjak dari ruangan itu tanpa ada yang menghalangi.
Irene berlari sejauh mungkin dari gedung dimana tempatnya bekerja itu, tak peduli dengan keadaannya yang mungkin berantakan atau orang-orang aneh yang memandang dirinya. Ia hanya ingin segera pulang ke apartement dan menumpahkan segalanya disana.
"Taksi" Irene berteriak dengan suara yang parau mencoba menghentikan mobil biru itu.
Sesampainya di apartement, Irene menangis sejadi-jadinya menumpahkan segala sesak yang ia rasakan. Tentang apa yang terjadi hari ini, atau fakta yang baru ia dengar. Sungguh, Irene sangat kacau sekarang.
Bukankah ia sudah keterlaluan dengan Taehyung? Ia bahkan menampar pria itu dengan tangannya sendiri. Seketika rasa bersalah membuncah di dalam dadanya.
Jangan mengambil keputusan saat kau dalam pengaruh orang lain.
Tampaknya Irene baru mengerti setelah mengalaminya sendiri. Beberapa hari lalu, ia begitu terburu-buru ketika mendengar kabar bahwa Taehyung sudah membohongi dan memanfaatkannya selama ini tanpa mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ia mengakui semua kesalahannya, walau itu semua tak pernah berguna lagi. Taehyung sudah pergi dan pandangannya terhadap Junmyeon pun telah berubah.
Tentang Junmyeon, rasanya hanya dengan mengingat nama lelaki itu saja membuat dada Irene semakin sesak apalagi jika mengingat adegan-adegan yang sudah seperti sebuah percobaan pemerkosaan -yang baru saja ia alami di kantor. Membuatnya sampai pada satu kesimpulan.
Ia begitu trauma dengan hari ini.
Irene kembali menangis menenggelamkan wajahnya di bantal, terus menangis hingga membuatnya lelah dan mulai memejamkan mata. Mencoba melupakan hari buruk ini dan sekiranya saat ia terbangun, apa yang ia alami semuanya adalah mimpi.
Semoga saja.
-
Pagi ini dengan suasana hatinya yang belum kunjung membaik, Irene menikmati teh chamomile di balkon apartemennya, berharap dengan aroma yang lembut itu bisa sedikit menenangkan hati dan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frenemy || Vrene ✔
Fanfictionlet's not fall in love. [complete] cr by pinterest/on pic.