Kagura menghela napas, seperti sedang berpikir keras saat nyemil takoyaki di dekat stasiun. Ia bahkan tidak sadar saat orang yang ia kagumi, Okita Sougo lewat di depannya.
Sougo sendiri tadinya tidak sadar kalau saja tidak ada para pelajar laki-laki yang berjalan melambat gara-gara melihati Kagura. Sougo pun memelototi para pelajar laki-laki itu dan mendekati Kagura, membuat mereka berjalan cepat menjauh.
“Takoyaki satu, Danna,” ucap Sougo, membuat Kagura yang berdiri di sebelahnya terperanjat.
“Okita-senpai,” sapa Kagura kaget.
“Yo,” Sougo menyapa datar.
Hening. Kagura agak terlambat memasang wajah datarnya, dan akhirnya segera menghabiskan takoyakinya yang tinggal satu.“Rambutmu, gaya baru?” tanya Sougo.
Kagura yang kesal karena dari pagi ditanyai hal yang sama pun mengerutkan alis dan membalas dengan judes; “Cuma salah potong poni, Senpai. Sudah cukup tolong jangan ditanyai lagi.”
Sougo tertawa kecil. “Baru pertama kali memang aku melihatmu dengan poni sependek itu. Kukira gaya baru,” gumam Sougo.
“Sudahlah. Aku pulang dulu, Senpai,” ucap Kagura yang menyesal tidak bertingkah imut memanfaatkan poninya.
Sougo menghalangi Kagura dengan berdiri tegak di jalan Kagura.
“Kau,” panggil Sougo. “Tahu, kan, kalau aku kuliah jurusan hukum?”
Kagura diam, mengobservasi apa yang ingin Sougo sampaikan padanya.
“Ya, kenapa?” tanya Kagura.
“Kalau kau mau mengikutiku ke Kampusku, kau mau jadi Jaksa, Pengacara, atau... polisi sepertiku?” tanya Sougo.
Kagura menatap Sougo dalam-dalam.
“Senpai suka padaku, ya?” tanya Kagura datar.Sougo mengerutkan alis dengan kesal. “Bukannya kau yang suka padaku?”
“Lalu kenapa Senpai menanyakan pilihan masa depanku?” Kagura menghela napas sambil mengedik.
Dengan semakin kesal, Sougo berkata; “Kau itu yang seenaknya mengikuti jejak kehidupan orang—”
“Entahlah,” potong Kagura. “Meskipun aku sudah warga negara Jepang, Papiku di China mungkin memanggilku setelah aku lulus SMU. Mungkin juga aku kuliah di sana,” jelas Kagura.
Sougo terdiam, seolah lidahnya tercuri.
“Dan siapa bilang aku mengikuti jejak kehidupanmu, memangnya aku penerusmu apa?” tanya Kagura.
“Lalu Shinpachi?” tanya Sougo, dengan suara datar dan dingin, lirih juga, seperti putus asa.
Kagura menangkap kesempatan ini dan melirik Sougo tajam. “Patsuan?” Kagura memiringkan wajah. “Memangnya kenapa dengan Patsuan?” tanya Kagura.
“Bukannya kalian pacaran? Tidak apa-apa kau meninggalkannya sendirian?” tanya Sougo yang entah mengapa tidak bisa menyembunyikan suara sinisnya.
Kagura tersenyum dengan sedikit rona merah, membuat Sougo merasa sesak, meski sebenarnya Kagura sedang merasa senang mengetahui Sougo cemburu.
“Patsuan dan aku tidak pacaran, tuh,” ucap Kagura polos.
Sougo tersentak, tapi bisa menyembunyikan kekagetannya dengan cepat. Hanya saja Kagura sadar kalau Sougo salah paham.
“Kami teman masa kecil, sih. Rasanya Patsuan tidak terlalu memikirkanku sebagai perempuan dan hanya menganggapku seperti adik,” gumam Kagura sambil menunduk.
Sougo terlihat bingung.
“Takoyaki satu,” ucap pemilik warung.
Sougo terperanjat dari lamunannya dan merogoh sakunya untuk mengambil dompet. Saat ia menyerahkan uang pada pemilik warung, Kagura berjalan melewatinya untuk pergi.
“Aku pulang, Senpai,” ucap Kagura datar.
Sougo menoleh pada Kagura, akan mengatakan sesuatu untuk menahannya, tapi Kagura terus berjalan tanpa terlihat akan menoleh.
Mulut Sougo terbuka tanpa bisa mengucapkan apapun. Sementara Kagura tersenyum, merona, berjalan menjauhi Sougo.
.
Yep Author boong. Sebenernya mau up hari ini :p
KAMU SEDANG MEMBACA
Kataomoi
RomanceOkita Sougo-senpai. Adalah seorang Senpai yang Kagura sukai. Senpai yang sekarang akan lulus kuliah dan Kagura kagumi sejak SD. Masalahnya, jarak umur mereka 4 tahun dan jarak tinggi mereka lebih dari 20 cm. Kagura jauh lebih muda dan lebih pendek...