ONCE IN A BLUE MOON
Bagian tiga
"AH hyung, kau sengaja kalah untukku?" Jungkook mendorong pelan kursi putarnya, melirik kearah Taehyung yang sekarang tengah bertepuk tangan dwngan pandangan lurus menatap komputer bersama yang disediakan oleh agensi mereka. Pria yang dua tahun lebih tua darinya ini sejatinya sangat jago dalam bermain game Kart Rider. Pokoknya, setahu Jungkook, hyung nya ini sangat handal dalam merebut posisi pertama dalam setiap ronde yang dimainkan, tak peduli siapapun lawannya. Seolah memiliki trik tersendiri yang dapat mengangkutnya sebagai pemenang utama dalam permainan balap-balapan dengan karakter menggemaskan ini. Sebagai catatan, Taehyung hanya jago dalam bermain permainan ini. Sedangkan untuk permainan berat lainnya, Jungkook masih bisa menyombongkan diri karena berada satu tingkat diatas kemampuan Taehyung.
"Tidak. Hanya saja jariku sedang keseleo. Membuatku harus berada di posisi keempat," Taehyung menoleh, tersenyum penuh arti kearah Jungkook. Pria itu meletakkan kedua telapaknya di atas meja, kemudian beranjak dari kursi putar yang sudah ia duduki selama tiga puluh menit yang lalu. "Jangan berbohong, hyung. Mana mungkin selama tiga ronde ini jarimu selalu keseleo!" Jungkook berceletuk. Ia suka menang, menjadi juara pertama. Tapi ia tidak suka jika kemenangannya adalah kemenangan sumbangan. Terlihat sangat menyebalkan, seolah Taehyung benar-benar meremehkan kemampuan bermain game nya.
"Jadi adik yang manis, kau ingin aku belikan minuman apa di vending machine?" Tanya Taehyung sembari mengacak-acak rambut Jungkook. Walaupun kesal, tapi Jungkook tetap masih menjawab apa yang hendak ia minum. Sebenarnya ingin meneguk sekaleng americano dingin. Tapi berhubung di depannya tengah ada biskuit, Jungkook jadi menginginkan untuk mengkonsumsi susu pisang. "Susu pisang saja, hyung. Tapi aku ingin dua, bukan satu," katanya, memberi kode angka lewat jari kanannya. Bagi Jungkook, mengkonsumsi satu susu pisang saja rasanya kurang cukup. Ia ingin dua, jika boleh, ia ingin lebih dari angka dua. Rakus? Tidak! Jungkook hanya menyukai minuman tersebut, apalagi yang berperisa pisang dan stroberi.
"Call! Hyung akan kembali secepatnya," sahut Taehyung lalu segera berlalu pergi meninggalkan ruangan yang sering digunakan para artis untuk menyapa penggemar lewat VLIVE ataupun menyambut tamu sampai wawancara dadakan. Sebut saja sebagai ruang multifungsi.
Biasanya Taehyung akan turun ke lantai dasar menggunakan lift. Namun kali ini, ia tak bisa mengontrol keinginannya untuk menggunakan tangga darurat. Banyak yang ingin ia pikirkan, seolah ingin menghabiskan waktunya di jalan menuju cafetaria agensi. Memang, Jungkook tidak salah tebak. Kali ini ia sengaja mengalahkan diri, membuatnya terlihat seperti seorang pecundang. Sebab jika ia menang, maka sekarang tungkainya tidak akan melangkah ke cafetaria. Sesuai kesepakatan di awal, yang kalah akan membelikan minuman lewat vending machine. Dan Taehyung tak akan membiarkan Jungkook yang membeli minuman untuknya atau pertemuannya dengan Sakura hari ini akan gagal total. Pria itu ingat betul, hari ini adalah hari dimana ia dan Sakura bertemu untuk pertama kalinya. Singkat memang, namun sukses menarik perhatian seorang Kim Taehyung.
Dimasukkannya selembar uang won yang dapat memberikannya dua susu pisang sekaligus beserta kembalian dalam bentuk uang koin. Sekitar beberapa detik setelahnya, dua susu pisang menggelinding dari dalam vending machine, menghampirinya seolah memanggil untuk segera diambil. Tak menunggu lama, dengan senyuman yang mengembang, Taehyung segera mengambil uang kembalian terlebih dahulu pun memasukkannya ke dalam saku celana, dan setelah itu barulah mengambil dua susu pisang di bawah sana.
Ia menoleh ketika susu pisang sudah berada di dalam genggaman. Kepalanya celingukan mencari sebuah keributan. Tapi kenapa cafetaria ini terlihat sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda keributan? Mata Taehyung dapat menangkap si trainee wanita yang menjadi sumber keributan. Gadis berambut pirang tersebut terlihat santai-santai saja, memesan makanan dengan normal. Keributan tak akan terjadi jika si pemeran utama tidak ada. Yap, Sakura belum juga menampakkan batang hidungnya. Tidak, Taehyung tidak mungkin salah ingat. Jelas-jelas ia masih bisa menghitung hari dengan benar. Ingatannya pun masih terbilang cukup baik. Dirinya bukanlah kategori seseorang yang pelupa.
Kepala Taehyung akhirnya mulai memunculkan spekulasi-spekulasi aneh yang menakutkan. "Apa jangan-jangan di masa ini semuanya berubah? Apa Sakura tidak datang karena tidak berminat untuk bergabung?" Ia bertanya pada dirinya sendiri. Jika hal seperti itu terjadi, berarti, akan kecil kemungkinan Taehyung bisa terus bertemu dengan Sakura. Atau yang lebih menyakitkannya lagi, Taehyung dan Sakura tidak akan saling mengenal. Semua kemungkinan buruk tersebut tidak boleh terjadi di masa lalu yang ia jalani untuk yang kedua kalinya.
"Apa tanggalnya berubah? Ah, aku harus bertanya pada PD-nim," tidak peduli dengan apa yang Bang PD-nim pikirkan, Taehyung tetap akan bertanya kapan spesifiknya Sakura diundang untuk datang kemari. Pria itu pun mulai meninggalkan cafetaria dengan cepat. Kali ini memilih untuk menggunakan lift saja agar bisa segera sampai ke ruang PD-nim. Sepatunya mengetuk lantai, menunggu pintu lift terbuka lebar untuk menyambut kedatangannya.
TING
Taehyung segera menegakkan badannya ketika mendengar dentingan yang menandakan jika pintu lift akan segera terbuka. Rasanya seperti Tuhan tengah mengontrol dunia dengan gerakan slow motion saat maniknya menangkap sosok yang sedari tadi ia tunggu kehadirannya. Taehyung benar-benar membeku ketika Sakura berjalan keluar dari lift tanpa menoleh kearahnya. Ingin rasanya menghentikan langkah si gadis. Membawanya ke dalam pelukan dan mengatakan jika ia sangat merindukannya.
Tapi... apakah dengan menghentikan laju si gadis, kecanggungan antara keduanya tidak akan berlaku? Disituasi ini hanya Taehyung yang mengingat Sakuraㅡsepertinya. Sedangkan si gadis mungkin saja tak mengenal siapa dia. Setelah bergulat dengan hatinya sendiri, Taehyung pun mulai mengepalkan kedua tangannya sebagai usaha untuk mengumpulkan keberanian. "Tu-tunggu!" Teriaknya sembari berbalik badan. Perlahan ia membuka kedua matanya, dan
WOOSH
Tidak ada lagi sosok Sakura di belakangnya. Yang ada hanyalah angin yang meniupi ruang kosong. Taehyung langsung celingukan sekaligus kelimpungan. Gadis itu menghilang dengan cepat atau ia yang terlalu lama bergulat dengan batinnya? Tak menunggu lama, ia mulai melangkahkan kakinya. Awalnya sangat pelan, namun lama kelamaan menjadi cepat dan mulai menyusuri satu lorong yang akan membawanya menuju cafetariaㅡ lagi.
Dan benar saja, gadis itu tengah ditahan oleh si pembuat onar yang memiliki attitude sangat buruk. Tentu ia harus menghampiri Sakura sebagaimana yang pernah ia lakukan. Namun, langkahnya terhenti ketika ia kalah cepat dari seseorang yang sangat familiar. Seseorang yang telah menghabiskan banyak waktu bersamanya.
Park Jimin.
Bagaimana bisa pria itu menggantikan posisinya? Takdir macam apa ini?
Ah benar. Jika saja Taehyung tetap mempertahankan dirinya untuk menunggu sebentar lagi di depan vending machine, semuanya tidak akan berubah seperti ini. Bukan Jimin, tapi dirinyalah yang ada disana.
Bagaimana... bagaimana jika Sakura justru jatuh hati pada Jimin?
ONCE IN A BLUE MOON
Bagian tiga
KAMU SEDANG MEMBACA
ONCE IN A BLUE MOON
FanfictionJika kau bisa memutar balikkan waktu, kesalahan apa yang ingin kau perbaiki?