ONCE IN A BLUE MOON
Bagian delapan
TAEHYUNG menekan kata sandi untuk membuka pintu dorm dengan malas. Tidak ada sesi latihan dimana BTS diharuskan untuk datang dan terkurung di dalam ruang latihan sampai jam delapan malam. Hanya briefing yang anggota BTS lakukan dengan Bang PD-nim, lalu setelah ini ketujuh anggota mulai sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Sebagian ada yang memilih untuk menyelesaikan pekerjaan terkait musik baru yang akan dirilis tahun depan. Jangan kira satu buah lagu yang diproduksi hanya memakan waktu singkat, sekitar beberapa minggu. Faktanya, proses pembuatan sebuah lagu sama halnya dengan menyusun skripsi. Banyak kesalahan yang harus direvisi guna mencapai hasil akhir yang terlampau maksimal. Penggemar ingin idolanya mengeluarkan lagu secepat mungkin, tapi idola mereka ingin memberikan sebuah karya yang sempurna untuk penggemar. Dalam masalah ini, idola dan penggemar tidak bisa sehati.Begitu pintu dorm terbuka, ia langsung disuguhi pemandangan ketiga temannya yang saat ini tengah membiarkan televisi ruang tengah menyala dan kulit kacang yang berhamburan di atas meja kayu mengkilat. Terlihat Seokjin yang kini tengah menepuk-nepuk bahu Jimin, bibirnya pun mengeluarkan sebuah pujian yang sama sekali tidak bisa Taehyung dengar dengan jelas. Taehyung ingin istirahat, ingin langsung melecos ke kamar tanpa menyapa. Namun, langkahnya dihentikan paksa oleh perkataan Seokjin yang seolah menusuk telinga serta hatinya secara bergantian. "Taehyung-ah, lihatlah! Jimin mengajak salah satu trainee perempuan di agensi kita untuk menonton bioskop bersama," anggota tertua BTS tersebut memperlihatkan Taehyung sebuah tiket bioskop yang dipesan secara online beberapa menit lalu oleh Jimin. Seokjin merasa bangga terhadap Jimin yang nampaknya telah menunjukkan perkembangan akan perasaan malu-malunya. Ya, diantara mereka Jiminlah yang paling pemalu. Tidak memiliki keberanian untuk berdekatan dengan orang yang disuka, hanya bisa memperhatikannya dari jauh ataupun diam-diam.
"Kudengar dia trainee yang paling cantik dan akan menjadi visual grup saat debut," Seokjin bergumam, sengaja merendahkan suaranya agar Yoongi yang baru saja keluar dari kamar tidak ikut membully Jimin. Taehyung memutar bola matanya malas, menanggapi seadanya dengan singkat, padat, dan jelas. Ya, hanya kata 'oh' yang lolos dari belah birainya. Pria itu memasukkan kedua tangannya di dalam saku jeans, berbalik, hendak pergi menuju kamar pribadinya. "Kau tidak mengucapkan selamat pada teman sejatimu ini?" Seokjin memandang tubuh belakang Taehyung dengan heran. Sementara yang dipandang lantas menoleh, mendelikkan bahunya, lalu segera berlalu pergi dan masuk ke dalam kamar.
"Apa suasana hati Taehyung sedang buruk?" Yoongi menggaruk pahanya yang terasa gatal, ikut duduk di sebelah Jimin dan melirik ponsel si pria yang menampilkan tampilan sebuah aplikasi pemesanan tiket bioskop secara online. "Sepertinya. Kita mengenalnya dengan baik," timpal Seokjin, membuat Jimin menghela nafasnya dengan lemah lalu segera mengeluarkan aplikasi tersebut dan menggelapkan layar ponselnya.
Sementara di dalam kamar, Taehyung segera menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan sedikit kasar, membuat tubuhnya memantul sekali. Ia mengacak-acak rambutnya, lalu mulai mengusap wajahnya dengan begitu kasar. Dirinya kira, tak akan pernah ada yang mendahuluinya dalam hal mengajak Sakura untuk menonton film bersama di bioskop saat tengah malam. Namun faktanya, Jimin berhasil mendahuluinya. Pria itu bergerak dengan sangat lembut, seperti ular.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONCE IN A BLUE MOON
FanfictionJika kau bisa memutar balikkan waktu, kesalahan apa yang ingin kau perbaiki?