OIABM ㅡ Empat

1.1K 137 2
                                    

ONCE IN A BLUE MOON
Bagian empat

BAGI sebagian besar orang, terlempar ke masa lalu dan menjalani hidup yang pernah dilalui sekali lagi adalah sebuah berkat yang teramat besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGI sebagian besar orang, terlempar ke masa lalu dan menjalani hidup yang pernah dilalui sekali lagi adalah sebuah berkat yang teramat besar. Siapapun pasti ingin kembali ke masa lalu, sebab dengan begitu mereka bisa memperbaiki kesalahan dan menjalani masa depan dengan damai tanpa beban. Taehyung pun merasakan hal yang sama. Sangat bahagia apalagi ketika tahu jika dirinya punya kesempatan untuk mengulang momen bersama dengan Sakura yang dimasa depan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Taehyung bisa berkaca dan memperbaiki kesalahannya. Setidaknya ia tidak akan pernah melakukan kesalahan sebanyak dua kali. Anggap saja keberkahan ini adalah sebuah hukuman untuknya juga. Tapi semuanya mendadak berubah menjadi kekhawatiran saat tahu jika skenarionya dan Sakura bisa berubah. Bagaimana jika mereka tidak punya waktu untuk saling mengenal? Atau bagaimana jika Sakura tidak akan pernah menaruh perasaan padanya lagi? Semua spekulasi buruk terlintas begitu saja di pikirannya.

Runyam sekali. Dan Taehyung benar-benar merasa buruk. Dirinya dilingkupi dengan perasaan bersalah. Andai saja ia memperlakukan Sakura dengan baik, dirinya tak mungkin terlempar ke masa lalu dan Sakura tak mungkin meninggal. Taehyung tidak tahu ada berapa banyak masalah yang Sakura sembunyikan. Yang pasti, jika saja dirinya tidak terlambat, ia bisa menyelematkan Sakura dengan kata-katanya.

Taehyung menoleh ketika merasakan jika sofa yang tengah ia tempati sekarang mulai memantul, menandakan jika ada orang lain yang mengisi ruang hampa disisi sofa yang kosong. Malam ini tidak ada jadwal, membuat keempat dari ketujuh anggota BTS bisa pulang ke dorm lebih awal untuk beristirahat. Tiga dari mereka masih berada di agensi, masih fokus membuat musik untuk dimasukkan ke album yang akan datang. Comeback masih terlampau lama, tapi semua lagu bagus di dalam album tak bisa dibuat secara instan. Semua yang turut andil dalam pembuatan lagu harus bekerja dua kali lebih keras agar musik yang mereka buat dapat memberikan pesan yang membangun untuk para penggemar maupun penikmat lainnya.

Taehyung menoleh. Mendapati Jimin yang sekarang tengah duduk dengan satu kaki yang terangkat. Dua kancing piyamanya terbuka pun surai pirangnya agak berantakan. Tangan kanannya menggenggam sebuah minuman bersoda yang telah terbuka. "Kau mau?" Jimin menawarkan cola yang tengah ia genggam, menggoyangkannya sejenak guna menggoda Taehyung. Pria ini penyuka cola dan hampir dari seluruh cola di kulkas adalah milik Kim Taehyung.

Diluar dugaan, Taehyung memberinya sebuah gelengan. "Tidak, terima kasih, Jim," tak lupa juga menyuarakan sebuah tolakan halus. Jimin mendelikkan bahunya, berusaha untuk tak ambil pusing lalu mulai meminum cola miliknya. Rasa aneh sempat terlintas, tapi tak semua ketidakmauan disangka aneh, kan? Bisa saja Taehyung sedang tidak ingin mengkonsumsi minuman bersoda. "Kau sedang memikirkan sesuatu?" Jimin mulai penasaran. Biasanya Taehyung selalu berbagi kisah dengannya, jadi ia tidak ragu untuk bertanya.

Taehyung menggeleng. Lagi-lagi berkata tidak. Jimin mengangguk-anggukkan kepalanya, berusaha untuk tidak ikut campur lagi. Ada kalanya seseorang tidak ingin menceritakan masalahnya pada orang lain. Jimin menghargainya. Tiba-tiba saat ia tengah meneguk cola, dirinya teringat akan sesuatu. "Oh ya, tadi aku bertemu dengan gadis yang waktu itu pernah kau aku-akui sebagai kekasihmu," Jimin teringat dengan kejadian di Cafetaria. Dimana saat ia baru saja masuk untuk membeli sekaleng kopi, ia melihat sebuah pertikaian yang didominasi oleh salah satu gadis. Setelah diperhatikan dengan saksama dan mengecek kondisinya, Jimin sadar jika wajahnya sangat mirip dengan gadis yang waktu itu Taehyung tunjukkan secara tak langsung padanyaㅡ bukan malam itu, tapi besoknya, di ruang tunggu airport.

ONCE IN A BLUE MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang