ONCE IN A BLUE MOON
Bagian lima belasTAEHYUNG tak sengaja berpapasan dengan Sakura di lorong lantai tiga. Keduanya saling diam sesaat dengan mata yang bertemu, lalu Sakura mulai membungkuk untuk memberi salam. Bagaimanapun juga, hoobae harus menghormati sunbae nya. "Jimin bercerita tentang Americano yang kau berikan kemarin," Taehyung memulai pembicaraan, membuat jarak keduanya semakin mengekis sebah Sakura terlalu bersemangat untuk mendengarkan kisah dari pria itu. Ia menatap Taehyung dengan penuh binaran, secara tak langsung ingin tahu lebih banyak tentang kisah selanjutnya. Apa Jimin menyukai Americano pahit pemberiannya? Atau justru tak menyukai minuman berkafein tersebut dan malah membuangnya? Sakura benar-benar penasaran.
"Dia bilang, dirinya akan membalas traktiranmu lain kali. Dan juga, segelas americano mu diseruput hingga bersih tak bersisa," Taehyung mengingat-ngingat apa yang Jimin lakukan terhadap Americano pemberian Sakura. Dia bahkan memamerkannya di twitter dengan caption yang menyuarakan kebahagiaannya. Tentu penggemar tidak tahu siapa orang yang memberi Jimin kekuatan berupa americano. Justru menebak-nebak jika Jungkook lah yang memberi hyung nya kopi pahit tersebut.
"Ah, benarkah?" Sakura tersenyum malu, tak bisa menyembunyikan rona merah pada kulit wajahnya yang putih pucat. Rasa sakit yang memukul hati Taehyung semakin menjadi-jadi ketika ia yakin jika Sakura benar-benar sedang jatuh cinta dengan Jimin. Ingin rasanya ia berteriak guna menyuarakan isi hatinya. Mengatakan pada Sakura jika pria dihadapannya ini memiliki perasaan cinta dan sayang terhadapnya. Namun semua itu tidak bisa Taehyung lakukan, hanya bisa menyimpan semua kesakitannya sendirian.
"Kalau begitu, kau menyukai makanan atau minuman apa? Biar kusampaikan pada Jimin nantinya," Taehyung mulai bertanya. Sebenarnya tidak sepenuhnya ia melakukan ini untuk Jimin. Tapi ini juga untuk konsumsi dirinya sendiri. Selama tiga tahun, ia tidak pernah tahu apa saja makanan atau minuman favorit si gadis. Semua itu terjadi karena Taehyung tak pernah menganggap Sakura ada, selalu mengabaikan dan tak ingin tahu banyak tentangnya. Saat itu ia tak bisa mengerti tentang dirinya sendiri. Kenapa jantungnya berdegup kencang setiap berada di dekat Sakura, atau senyumannya yang terkulum saat melihat keceriaan si gadis. Terlalu bodoh untuk tahu jika yang Taehyung rasakan adalah cinta.
Sakura melihat spidol hitam yang dikeluarkan Taehyung dari dalam sakunya, tapi tidak dengan selembar kertas sebagai wadah untuk menulis. Taehyung menarik-narik pelan rambut belakangnya yang pendek dan tajam. Dan setelahnya segera menjulurkan tangan kirinya pada si gadis. "Kau bisa tulis di telapak tanganku sebagai pengganti kertas," ujarnya yang membuat Sakura terkesiap.
"Tidak apa-apa jika aku menuliskannya disini?" Sakura menunjuk telapak tangan kiri Taehyung yang terbuka. Tentu si pria langsung membalasnya dengan sebuah anggukan penuh keyakinan. Tidak apa selama Sakura yang mencoretnya, hati Taehyung menggumam. Setidaknya itu akan jadi tato selama tiga hari penuh, tak akan Taehyung basuh dengan air bersih di rumah.
Sakura mulai meraih telapak tangan Taehyung yang ukurannya dua kali lebih besar dari tangannya. Mulai menulis sambil bergumam makanan dan minuman apa saja yang dirinya sukai. Mulai dari sprite dan berakhir dengan tteokguk, tersenyum ketika berhasil mengukir setidaknya lima makanan dan minuman yang berhasil menarik perhatiannya. "Kau menyukai tteokguk?" Tanya Taehyung dengan kedua bola mata yang hampir keluar dari kandangnya. Tak menyangka jika mereka berdua memiliki makanan favorit yang sama persis.
Gadis itu lantas menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. "Aku belum pernah memakannya. Tapi ketika melihat iklan tentang tteokguk di televisi, aku langsung memasukkan nama makanan tersebut ke dalam jejeran makanan favoritku," gadis itu berceletuk dengan riangnya. Pertama kali ia melihat iklan tteokguk di televisi yaitu dua bulan lalu. Tapi sebenarnya, bukan hanya karena iklan komersil di televisi saja, melainkan karena ia sering bermimpi tengah makan tteokguk dengan seorang pria tanpa wajah. Baiklah, ini bukan tentang hantu berwajah rata, tapi karena mimpinya tak mengizinkan Sakura melihat siapa pria yang selalu masuk ke dalam dan menjadi bunga tidurnya.
"Tteoguk adalah makanan terbaik saat musim dingin. Aku akan merekomendasikanmu gerai tteokguk terenak di dekat sini," Taehyung segera menimpalinya dengan tak kalah semangat. Bahagia itu ketika kau menemukan seseorang yang memiliki setidaknya satu kesamaan denganmu.
"Kalau sunbaenim sendiri suka makanan dan minuman apa?" Sakura mulai bertanya, dan kali ini giliran Taehyung yang terkejut. Tidak menyangka saja jika Sakura akan bertanya juga tentang dirinya.
"Kau ingin tahu?" Tanyanya diselingi senyum tipis. Gadis itu menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan jika dirinya memang ingin tahu. Siapa tahu, ia punya rencana untuk membelikan makanan atau minuman untuk sunbaenim yang sudah baik terhadapnya ini.
"Kemariㅡ" Taehyung memberi instruksi agar Sakura mendekat kearahnya. Membuat si gadis yang penurutpun mulai mengikuti arahan Taehyung. Pria itu merebut spidol yang masih berada dalam genggaman Sakura, bersamaan dengan tangan kirinya mulai menangkup pipi si gadis dan membawanya mendekat. Tak lama, ia mulai menuliskan satu makanan kesukaannya di pipi kiri Sakuraㅡ tepat di bawah mata.
Lagi-lagi kedua manik mereka bertemu tatap, membuat Taehyung menahan nafasnya sementara jantungnya berpacu cepat. Ia sudah selesai menulis satu makanan kesukaannya, tapi belum berniat untuk menjauhkan wajah. Hatinya menangis ketika melihat bola mata si gadis, yang otomatis membuatnya segera mendorong punggung Sakura, menabrakkan tubuh keduanya dan mulai memeluk erat.
"Maafkan aku," kalimat itu keluar dari mulut Taehyung. sebuah kalimat yang sama sekali tidak dimengerti oleh Sakura. Kenapa meminta maaf?
"Sunbaenim, bukan masalah besar, kok. Aku tidak marah jika sunbaenim menulis di wajahku," tanpa tahu apapun, si gadis menimpali. Ia pikir, Taehyung merasa bersalah karena ia telah menulis tentang makanan kesukaan di pipi si gadis. Benar sekali, penyesalan selalu terletak di akhir. Jika letaknya di awal, namanya adalah pendaftaran.
"Maaf. Aku benar-benar minta maaf," Sakura semakin bingung saat kalimat penuh penyesalan tersebut kembali terdengar. Apa yang harus ia katakan dan perbuat? Dengan apa lagi dirinya harus mempertegas jika ia tidak marah hanya karena coretan di pipi?
Lantas, yang Sakura lakukan adalah menepuk-nepuk punggung Taehyung pelan dan kemudian mulai menggosoknya. "Aku memaafkanmu, sunbaenim," timpalnya tanpa tahu masalahnya.
"Kau benar-benar memaafkanku?" Taehyung mengakhiri pelukannya dengan cepat. Menatap Sakura seolah yang berdiri di hadapannya sekarang adalah Miyawaki Sakura yang pernah ia sakiti hatinya. Walau masih bingung dan tidak mengerti, Sakura segera menganggukkan kepalanya.
"Jangan bohong! Aku tidak percaya kau memaafkan orang jahat sepertiku," Taehyung menggelengkan kepalanya. Sekarang ia tidak bisa membedakan dua kehidupannya. Gadis itu mengerjap, menunjuk pipinya yang baru saja dicoret oleh Taehyung. "Aku tidak bohong, sunbaenim. Lagipula ini hanya coretan yang bisa hilang jika terkena air," balasnya.
"Ini bukan masalah coretanㅡ" Taehyung mengepalkan kedua tangannya. "Tapi hatimu," lanjutnya dan setelah itu segera melegang pergi meninggalkan Sakura dengan sejuta kebingungan.
ONCE IN A BLUE MOON
Bagian lima belas
KAMU SEDANG MEMBACA
ONCE IN A BLUE MOON
FanfictionJika kau bisa memutar balikkan waktu, kesalahan apa yang ingin kau perbaiki?