❄❄❄Kringg!!!…..
‘Jam weker berbentuk beruang coklat berbunyi nyaring.’Gadis cantik sudah siap dengan alat sholatnya. Selepas melaksanakan kewajibannya, ia memutuskan untuk menyiapkan keperluan sekolahnya.
Di lihatnya hujan turun dengan derasnya pagi ini, berarti tandanya ia harus menyiapkan mantel dan topi untuk berlindung dari guyuran hujan.
Semua sudah siap, ia juga sudah cantik dengan seragam putih abu-abunya. Balenciaga Hoodie berwarna hitam pemberian abang pertamanya beberapa hari yang lalu telah melekat, membungkus tubuh mungilnya, ditambah topi kupluk berwarna senada dengan hoodienya juga telah bertengger manis di kepalanya, menutupi rambut hitamnya yang tergerai.
Tap…tap…tap…
‘Satu persatu anak tangga di pijak dan sampailah di lantai dasar tempat dimana biasanya semua keluarga berkumpul.’“Pagii….” Sapa Quin sembari berjalan menuju ruang makan.
“Morningg too cantik….” Suara renyah khas seorang pria gondrong memenuhi indra pendengaran Quin.
“Aaa!…. Abang Gavin….” Teriak Quin heboh melihat kakak pertamanya sudah anteng duduk di kursi makannya.
Gavin tertawa melihat tingkah adik bungsunya, lalu tangannya membentang menandakan agar sang adik masuk ke dalam pelukannya. Quin berlari pelan, lalu masuk ke dalam pelukan hangat kakak pertamanya.
“Miss you, abangg….” Ucap Quin di dalam pelukan.
“Miss you too… sorry yaa, abang engga ada pas kamu sakit,” rasa bersalah menghinggap di diri laki-laki berperawakan tinggi besar itu.
“It’s oke, aku juga udah sembuh. Btw makasih yaa kak hoodienya.”
“Sama-sama cantik, itu tanda permintaan maaf kakak, karena engga bisa temenin kamu waktu masuk rumah sakit,” ucap Gavin sembari melihat hoodie pemberiannya di pakai sang adik. “ Suka engga hoodienya?”
“Suka dong, Balenciaga… Btw, butuh berapa bulan untuk abang nabung buat beli hoodie ini?” jahil Quin mengingat harga hoodie dengan merk ternama ini pasti mahal.
“Kamu pikir abang engga punya uang, ini mah satu kali job abang syuting survival,” bangga Gavin sembari menaik turunkan kedua alisnya.
“Cihh… sombong banget,” decih Quin, lalu duduk di kursi makannya.
“Morning anak mamah, gimana tidurnya, pasti sweet deram,” wanita paruh baya datang dari arah dapur sembari membawa nasi goreng di mangkuk ukuran besar.
“Morning mah… engga sweet dream, soalnya papah dan Abang Av engga ada,” cemberut Quin yang mendapat kekehan dari mamah Irin dan Abang Gavin.
“Udah yuk sarapan, nanti kamu di antar Abang ke sekolahnya,” pada akhirnya ibu dan kedua anaknya menyantap sarapan paginya bersama. Papah sedang tugas di luar kota untuk beberapa minggu dan baru berangkat kemarin, sedangkan Abang Av sedang ada kegiatan awal perkuliahannya.
Sekarang, kita mampir sejenak di kediaman keluarga ‘Syam’, melihat seperti apa aktivitas pagi keluarga kaya raya itu.
“Kamu ikut olimpiade tahun ini? kan udah kelas tiga, biasanya engga dibolehin kalau udah kelas tiga, karena sibuk mempersiapkan serentetan ujian nanti?” tanya Bunda Anda sembari menuangkan susu ke dalam mangkuk sereal dan di berikan kepada si bungsu.
“Kan ini masih awal bun, mungkin pertengahan smester udah engga di bolehin lagi,” Al melahap roti selai nanasnya. Bunda ngangguk mengerti.
“Jadi, olimpiadenya kapan di adakannya?” Kak Celi bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Althafandra
Teen Fiction[Cerita keempat yang dipublikasikan] !DON'T COPY MY STORY! Welcome pembaca baru. Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap cerita... __________ Lika-liku drama picisan SMA. Mampukah mereka mempertahankan cintanya sampai jenjang lebih serius? Mamp...