Hargai penulis abal-abal ini, wahai pembaca yang Budiman.
Vote dan comment sangat berpengaruh untuk keberlangsungan story ini.
Sekian.
🍃🍃🍃
Hari minggu Quin habiskan dengan berjalan-jalan bersama mamah tercinta.
Gavin menurunkan dua wanita tersayangnya di depan pusat perbelanjaan, meninggalkan ibu dan anak gadisnya berdua saja, dan akan disusul oleh sang kepala keluarga nantinya.
Ada setengah jam Quin mengelilingi rak berisi cemilan-cemilan, dan kini giliran troli besar itu menuju tempat sayur dan buah. “Mamah, aku mau ke toko buku yaa mah?”
“Yasudah, nanti kalau mau ketemu sama mamah, kamu telfon aja,” Quin mengangguk lalu pergi meninggalkan mamahnya sendirian, akan lama bila menemani ibu ratu itu memilih sayur dan buah-buahan, makannya Quin berniat kabur menuju tempat yang menurutnya menarik.
Quin sedang berada di toko buku yang ada di dalam mall besar itu. Berjalan menuju tempat dimana menjual kaset-kaset drama Korea, ia berniat mengasah kemampuan berbahasa Koreanya dengan menonton beberapa drakor baru.
“Kakak ngapain?” tanya Quin syok melihat kakak kelasnya berada di tempat yang sama dengannya.
“Cari kaset lah, masa cari beras,” ngawur Al, Quin mendengus sebal mendengar jawaban yang membuat telinganya sakit.
“Kak…
“Apa?”
“Bisa engga kalau aku engga ikut olimpiade?” tanya Quin takut-takut.
Althaf memandang adik kelasnya dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. “Kalau kamu maunya seperti itu, kamu harus lapor dulu dengan kepala sekolah.”
Quin memanyunkan bibirnya. Ini tidak akan mungkin terjadi sepertinya.
Althaf tersenyum miring melihat reaksi adik kelasnya, didalam hati ia berucap. “Tidak semudah itu Ferguso…”
“Yaudah deh kalau gitu, aku mau lanjut cari lagi,” Quin pamit, berniat meneruskan kegiatannya.
“Kamu sama siapa kemari?” Althaf menghentikan kaki Quin yang baru berjalan dua langkah.
“Sama mamah…” Althaf mengangguk mengerti. Tanpa permisi, malah ia yang meninggalkan Quin duluan.
…..
Quin tersenyum gembira melihat keranjangnya yang sudah terisi dengan beberapa kaset drama korea yang menurutnya bagus, ia juga menyempatkan diri membeli beberapa novel baru. Setelah semuanya cukup, Quin berjalan menuju kasir untuk membayarnya, mamah tercintanya tadi menelfon dan sudah menunggunya di restoran langganannya.
“Berapa semuanya mba?” Quin mengeluarkan dompetnya.
“Semuanya sudah dibayar kak,” Quin membulatkan matanya seketika.
“Siapa yang membayarnya?” bingung Quin.
“Tadi ada laki-laki, mungkin usianya diatas kakak.”
Kakak kelasnya? Itulah nama yang menghinggap di otaknya sekarang. “Total belanjaan saya semuanya berapa yaa mba?”
“Enam ratus delapan puluh lima ribu lima ratus.” Quin mengangguk lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari toko buku itu.
“Apa dia yang bayar belanjaanku?” gumam Quin sepanjang perjalanan.
…..
KAMU SEDANG MEMBACA
Althafandra
Teen Fiction[Cerita keempat yang dipublikasikan] !DON'T COPY MY STORY! Welcome pembaca baru. Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap cerita... __________ Lika-liku drama picisan SMA. Mampukah mereka mempertahankan cintanya sampai jenjang lebih serius? Mamp...