Beacuse I...

1.2K 177 26
                                    

Curi-curi waktu di tempat kerja. Ada laptop nganggur langsung hajar nerusin part ini, dan jadilah bisa update sekarang.
Mohon dimaklumi bila mungkin saya lama updatenya, karena kerja masuk jam 9 plg jam 6, Dan harus berangkat dari rmh min jam8 karena jaraknya lumayan jauh.
Oke sudahi curcolnya.

Vote and comment jangan lupa gengs.

Happy reading ceunah...

💜💙💜💙💜

Quin sudah cantik dengan celana jeans hitam yang melekat di kaki jenjangnya, tak lupa ia lengkapi denga sweter putih garis biru, senada dengan sepatu yang ia pakai, ada pula tas selempang kecil sudah ia ambil dari persembunyiannya tadi.

Tinn..tin... ‘suara telakson mobil terdengar.’

“Bibi.. Quin berangkat yaa....” Quin agak berteriak, pasalnya sang asisten rumah tangganya sedang berada di dapur.

Bibi datang dengan tergesa-gesa, lengkap dengan serbet bertengger di bahunya. “Ia non, hati-hati...”

Dilihatnya Althaf yang sudah menunggu di depan Pajero Sport hitamnya. “Saya mau pamit,”

“Engga usah, engga ada orang di rumah, Cuma ada bibi, mamah pergi nemenin papah,” Al mengangguk paham.

Mobil perlahan berjalan menjauh dari komplek perumahan elit tersebut.

“Mau kemana sih,” Quin masih dengan rasa penasarannya, tetapi hanya ada kebisuan di dalam mobil tanpa ada jawaban yang keluar dari bibir tebal itu.

Mobil terus berjalan membelah jalanan Ibu Kota.

Entah sudah berapa lama berada di dalam mobil, akhirnya mobil terparkir rapih.

Quin membaca dengan teliti apa yang ada di pintu masuk “Taman Wisata Alam Angke Kapuk”

“Kita ngapain kesini?” bingung Quin.

“Maling.. yaa jalan-jalan lah,” Al berjalan lebih dahulu, diikuti Quin dibelakangnya, masih dengan keadaan linglung.

Mata hazel itu berbinar melihat objek yang disuguhkan di taman hiburan itu. “Aku baru pertama kali loh masuk sini, ternyata di Jakarta ada tempat wisata kayak begini juga yaa...”

“Kamu kebanyakan liburan diluar kota, di luar negri, engga sadar di daerah sendiri punya objek wisata bagus,” sindir Althaf, sedangkan yang disindir hanya sebodo amat. Quin masih asik menikmati pemandangan dengan senyum cantik yang menghiasinya.

“Wahh banyak banget pohon mangrovenya..” Quin masih asik dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan seseorang yang mengajaknya kesini.

Masih terus berjalan di jembatan kayu dengan pohon mangrove di sekelilingnya. Setelah puas berkeliling, Al menuntun Quin menuju wahana wisata air. Disana sudah ada petugas yang menunggu disamping perahu dayung.

Al naik terlebih dahulu keatas perahu. “Aku gimana?” cicit Quin takut yang melihat perahu berkapasitas dua orang itu sedikit bergerak karena air.

“Sini..” Al menggenggam tangan Quin dan menariknya pelan agar memudahkan Quin naik di atas perahunya. Setelah itu petugas menyerahkan sepasang dayung kayu untuk mengayuh perahu mereka.

“Wahh... kakak tahu, ini sudah seperti di dalam film hart series tahu,” Quin sudah menguasai suasana sepertinya. Sedangkan Al terus mengayuh perahu sampai perahu kayu itu berada di tengah-tengah.

Sedang asik-asiknya melihat, tiba-tiba Quin terdiam melihat perahu yang ia naiki tidak berjalan. “Kok berhenti?”

“Udah sampai, kita disini aja, nikmati pemandangan,” Quin mengangguk paham.

Althafandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang