Sahabat Kecil

1.2K 171 30
                                    

Vote and comment ceunah...

🌼🌼🌼🌼🌼

Pagi yang cerah secerah hati Quin.
Melangkah dengan senyum yang mengembang menuruni satu anak tangga ke anak tangga lainnya.

“Papah..good morning..” Quin memeluk Mahardi dari belakang yang sedang membaca koran paginya. Mahardi hanya tersenyum melihat tingkah manja sang anak.

“Morning too, Sleeping Beauty! I thought you’d never wake up!” tak lengkap rasanya bila Mahardi menjahili si bungsu.

“Ahh papah mah...” cemberut Quin.

“Yaa sapa tahu aja kan, namanya juga lagi Falling in Love,” Quin menegakkan tubuhnya mendengar ucapan papahnya barusan, lalu bergegas duduk di samping sang papah.

“Papah engga marah?” Mahardi menggeleng sembari tersenyum sebagai jawabannya. “Cius?” tanya Quin lagi.

Mahardi mengecup kening anak gadisnya masih dengan senyum yang mengembang. “Asalkan pacaran masih dalam batas wajar, its oke.”

“Akhh!... makasih papahku,” girang Quin memeluk sang papah.

“Sudah sana sarapan, biar papah yang antar nanti,” Quin nurut dan bergegas menghampiri sang mamah yang sudah pasti sedang berada di dapur.

......

Brakk... ‘suara pintu mobil di tutup.’

Quin menunggu sang papah meninggalkan sekolahnya, lalu berjalan menuju kelasnya yang sudah seminggu lebih tidak ia kunjungi.

Berjalan santai sembari membawa beberapa paper bag yang berukuran lumayan besar, sudah pasti berisi oleh-oleh untuk teman sekelasnya, kalau untuk sahabat-sahabatnya, biar mereka ambil kerumah sendiri.

Langkah Quin terhenti melihat geng bar-bar menghampirinya.

“Sini paper bagnya” Aurel merebutnya begitu saja dari tangan Quin dan berjalan lebih dahulu.

Quin menggaruk kepalanya yang tak gatal melihat tingkah salah satu personil geng bar-bar itu. Matanya menangkap sosok laki-laki yang sedang berdiri menyender di tiang tembok depan ruang pusat informasi.

Mata itu saling berpandangan.

Tersadar akan perbuatannya, cepat-cepat Quin menundukkan kepalanya dengan pipi yang sudah bersemu.

Siapakah laki-laki itu? Jawabannya pasti kalian sudah tahu dan rasanya tidak perlu dijelaskan.

“Quinn.... i miss you baby!” teriakan Kana menggelegar di dalam kelas, membuat semuanya menutup telinganya.

Lalu lima sekawan itu berpelukan bagaikan teletubies.

Quin melihat paper bagnya selamat tanpa cacat suatu apapun di atas meja, membuatnya bernafas lega.

.....

Quin berjalan menuju perpustakaan untuk mencari berbagai macam buku paket guna menyusul ketertinggalannya selama ia tidak berada di kelas dan tidak mengikuti pelajaran. Ia berniat menghabiskan waktu istirahatnya di sana, setelah beberapa menit ia habiskan untuk membagi oleh-oleh bersama teman-teman sekelasnya.

Berjalan dengan tenang, tangan kanannya menenteng bekal makan siangnya. Quin diuntungkan dengan perpustakaan yang mengijinkan muridnya membawa makanan di dalam. Namanya juga sekolah elit, kotor sedikit jangan takut, ada puluhan petugas kebersihan yang selalu stay selama kegiatan sekolah sedang berlangsung.

Tujuh tumpukan buku tersusun rapih din atas meja perpus, meinggalkan si empunya yang sedang asik menyantap sandwich dengan kuping yang tersumpal earphone.

Althafandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang