Vote, comment, and follow, juseyo....
🐻🐻🐻
Sebulan setengah sudah Quin disibukkan dengan soal-soal dan latihan mempersiapkan olimpiadenya, dan selama satu bulan Quin selalu disuguhi pemandangan romantis yang membuat hatinya entah kenapa.
Dua minggu kemarin dimulai latihan terpisah sesuai dengan cabang pendidikan yang diikutinya, dan selama itu pula ia berpisah dengan kakak kelas-kakak kelas yang lainnya. Quin juga sudah mulai dekat dengan peserta lainnya, yaa walaupun tidak dekat-dekat sekali.
“Dadah Quin…” Key melambaikan tangan dari dalam mobilnya.
Kali ini Quin memutuskan untuk duduk di luar. Gajebo sekolah yang sangat besar berada di bawah rindangnya pohon beringin besar, di temani beberapa sisiwa yang juga sedang menunggu jemputannya, ada pula yang hanya sekedar duduk mengerjakan tugas sembari menikmati internet geratis.
Quin sedang anteng menunggu dengan komik berbahasa Jepangnya. Ia memutuskan untuk menambah kemampuan berbahasa asingnya, dan mentornya juga sempat menyarankan untuk dirinya belajar bahasa Jepang atau Arab, dan Quin memutuskan untuk mempelajari bahasa Jepang, dan akan di sambung Arab mungkin, ketika dirinya memiliki waktu luang. Untuk bahasa Koreanya sendiri ia sudah mahir, walaupun hanya sembilan puluh enam persen saja, sisanya ia akan terus asah.
Tukk….
Quin menengok ke arah kirinya dan melihat botol minum perasa lemon berada persis di sebelahnya, lalu ia menengok mencari siapa pelakunya, dan ternyata kakak kelas dinginnya yang sudah dua minggu tidak pernah ia temui.
“Buat kamu,” Al duduk pas disebelah kiri Quin sembari meneguk minuman kalengnya.
“Makasih..” Quin membuka tutup botol, dan bibirnya cemberut seektika, melihat tutup botol itu tidak bergerak sama sekali. “Bukain…” ucap Quin dengan muka cemberutnya.
“Ckk…. Udah dikasih, minta bukain lagi.”
“Yang nyuruh kakak kasih minuman ke aku siapa?” cuek Quin sembari meneguk minumannya.
“Gimana persiapannya?”
“Udah lumayan banyak, kakak juga gimana persiapannya?”
“Biasa aja, saya kan udah ikut beberapa kali di sekolahan ini, jadi engga kaget-kaget amat, kalau kamu kan baru pertama kali di sini.”
“Kakak belum pulang?”
“Saya mau latihan,”
“Latihan apa?”
“Bola,”
“Bola apa?” tanya Quin lagi.
“Kamu kok cerewet,” dengus sebal Al.
“Yaa abisnya kalau mau jelasin sesuatu itu yang lengkap, jadi engga pakai nanya lagi,”
“Mau kamu, saya latihan apa?”
“Bola kaki, kan kakak udah pakai sepatu bola, sama baju tim bola” Quin menunjuk sepatu bola yang sudah menempel di kaki Al.
“Yaa itu kamu tahu, terus kenapa tanya,” gemes Al.
“Hehehe….” cengir Quin tanpa dosa.
Lalu mereka terus mengobrol. Bukan mereka sih, lebih tepatnya sperti biasa hanya Quin yang aktif, sisanya, Al hanya menjadi pendengar.
…..
Quin menggeliat dari tidurnya. Dilirik jam beruang di atas meja kecil sebelah tempat tidur yang menunjukkan angka sepuluh malam. Ia mengeratkan selimt tebalnya dengan suara menggigil yang keluar dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Althafandra
Teen Fiction[Cerita keempat yang dipublikasikan] !DON'T COPY MY STORY! Welcome pembaca baru. Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap cerita... __________ Lika-liku drama picisan SMA. Mampukah mereka mempertahankan cintanya sampai jenjang lebih serius? Mamp...