Magnet

1.5K 200 10
                                    


🌼🌼🌼


Satu-persatu murid berdatangan, sekolah semakin ramai, semakin sesak dengan siswa-siswi membuat pagi terasa sempurna di ruang lingkup sekolah.

Quin berjalan dengan riang menuju kelasnya.
Hari ini, ketiga sahabatnya akan kembali masuk ke sekolah setelah libur melebihi waktu yang ditentukan.

Quin berjalan santai, sesekali senyum ia tebar ketika ada yang menyapanya, tak terketinggalan kakak kelas laki-laki yang selalu jahil bila bertemu adik kelasnya, apa lagi kalau adik kelasnya wanita.

“Quinturay….” Lihatlah, benar-benar pagi yang sempurna, ditemani teriakan cempreng sahabat sejatinya.

“Key….” Senyum cantik itu terbit melihat sahabat dari jaman tknya sudah ada di dalam kelas.

“Hay bep… apa kabar lu?, sorry yaa gue engga ada pas elo sakit kemarin.”

Quin tersenyum menanggapi ucapan sahabat karibnya. “Engga apa-apa, namanya juga lagi nikmatin masa liburan, lagian kan ada papah sama mamah yang selalu menemani Quin yang cantik,” pede Quin dengan menaik turunkan kedua alis tebalnya.

“Morning cintaya Sila….” Suara lembut khas wanita berdarah Aceh dengan kulit putihnya terdengar.

“Hai Sila… wahh kalian tanggung banget masuknya, besok weekend, bukannya hari senin aja masuknya kan sekalian.”

“Engga apa-apa dong, kitakan udah kangen berat sama anaknya Papah Mahardi,” goda Sila.

Obrolan-obrolan itu kembali tersambung seiring berjalannya waktu, ditambah sahabat ceriwis satunya lagi yang pasti akan mendambah cerita obrolan mereka.

Lima sekawan itu sedang menghabiskan waktu satu kelasnya puas-puas, pasalnya bila sudah masuk kelas sebelas dan sudah mengambil jurusan berbeda, sudah pasti mereka akan pisah kelas, hal yang wajar bukan, ini juga bukan kali pertama sebenarnya bagi lima sekawan untuk pisah kelas.

…..

Pelajaran kedua sedang berlangsung dengan khidmatnya, murid sedang serius-seriusnya mendengar Mrs. Manda berbicara yang menurut teman-temannya menggunakan bahasa pelanet. Yaa, bahasa pelanet yang dimaksud adalah bahasa China. Ini akan menjadi pelajaran paling penting bagi tahun ajaran kali ini, mengingat tahun angkatan Quin and the genk ini dapet giliran pertukaran pelajar dengan Negara China, maka dari itu mulai dari kelas sepuluh, pelajaran bahasa China di wajibkan untuk melatih kemampuan bahasa para muridnya.

Kalau kalian tanya, bagaimana dengan Quin? Jawabannya sangat-sangat mudah. Quin merupakan gadis yang mahir berbahasa China, ini dikarenakan nenek dari mamahnya adalah asli orang China. Itu juga bisa ditandai dengan nama panjangnya. Acacia Lie Quinturay, “Lie” sendiri diambil dari bahasa Tionghoa yang memiliki arti ‘Pucuk Bunga’, nama tengahnya diberikan sang nenek bertujuan untuk mengenalkan kepada sang cucu bahwa ia memiliki keturunan China. Sama juga dengan nama sang mamah “Shuwan Kairina”, “Shuwan” merupakan bahasa China yang memiliki arti “Berhati mulia dan periang”.

Bahasa China sudah menjadi bahasa kesehariannya ketika sedang berkunjung ke rumah sang nenek. Sejak kecil Quin dibiasakan berbahasa China oleh sang nenek, malahan mamahnya sendiri tidak bisa berbahasa China, jauh sekali dengan dirinya yang sangat-sangat mahir berbahasa China.

“Tes… Panggilan kepada Acacia Lie Quinturay, untuk hadir di ruang guru sekarang. Sekali lagi, panggilan kepada Acacia Lie Quinturay untuk datang dan sudah di tunggu di ruang guru sekarang.”

Quin menengok kearah Kelyn, mereka berpandang-pandangan setelah mendengar pengumuman dari pusat informasi itu.

“Kenapa lo dipanggil?” tanya Key, Quin menggedikkan bahunya tanda tak tahu.

Althafandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang