Preview
Tak ada yang lebih tak masuk akal daripada diriku yang baru saja bertemu dengan wanita yang mengaku sebagai malaikat maut, bahkan menyebut ku sebagai arwah. Ternyata mimpi burukku belum juga berakhir, ketika dia menyebutkan bahwa aku akan segera mati, mimpi burukku terus berlanjut hingga terhitung sudah semalaman aku berada di dalam mimpi yang tak masuk akal ini, tak kunjung sadar dan menemukan diriku berkeringat di atas kasur bersama soonshim.
Diriku yang disebut-sebut sebagai arwah menatap tubuh asli ku yang terbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Aku menopang tanganku di samping ranjang. Sesekali aku melirik ke samping, wanita bergaun hitam ala pemakaman itu duduk di atas alat EKG dengan santainya menatap kearahku yang terlihat frustasi dan tersesat.
“Apa aku bisa mempercayaimu kalau kau benar-benar malaikat pencabut nyawa, dan semua yang kualami ini bukanlah mimpi semata?” Ucapku pada akhirnya pada wanita berbaju pemakaman itu.
Wanita itu mendengus dan memutar bola matanya. “Aku sudah bilang panggil aku Dorothy.”
Aku tertawa meringis, masih tak percaya bahwa wanita yang sepertinya orang labil adalah malaikat pencabut nyawa yang akan segera menjemput ajalku. “Aku baru tau kalau malaikat pencabut nyawa memiliki nama manusia.” Saat itu aku benar-benar melihatnya menjentikkan jari dan melihat sebuah buku yang entah dari mana sudah dipegangnya. Bukunya terlihat tebal dan sangat tua dengan sampul coklat yang terlihat kusam dan sangat tua tentunya. Aku tak yakin pernah melihat buku itu sebelumnya karena buku itu terlihat garis-garis yang bersinar di setiap ujungnya dan juga gambar aneh di depan buku itu.
“Kim Taehyung, aku yakin wajah dan namamu itu sama dengan yang di dalam bukuku. Oh, bukan mungkin tapi memang benar kau. Aku berada disini bukan tanpa alasan,” Dorothy menutup bukunya dan seketika bukunya itu lenyap bersama dengan debu yang hilang di udara.
“Semua orang dalam mimpi bisa saja mengatakan itu jadi aku belum mempercayaimu.”
“Apa yang ingin kau lihat?”
Punggungku seketika tegak melihat senyum miringnya Dorothy yang sangat terlihat jahat dan menyeramkan. Sesuatu yang aneh dapat kurasakan ketika bulu kudukku berdiri merasa hawa di sekitar tak lagi bersahabat.
“Rasa sakit?”
Ketika Dorothy selesai mengucapkan dua patah kata tersebut, seluruh tubuhku terasa seperti di hujami pisau sehingga aku mengerang kuat dan terjatuh di lantai yang dingin, tanganku memeluk tubuhku yang sakit tak tertahan. Ketika suara dengungan di telinga ku hilang dan pandanganku kembali dari kabur aku mendengar banyak suara keributan di sekitaran ranjang pesakitan tubuh asliku.
“Astaga, apa itu tadi?”
“Tiba-tiba saja kondisinya menurun, tapi baiknya dia segera stabil lagi.”
Aku bangkit dengan segera dan melihat Dorothy yang tersenyum puas duduk di atas alat EKG yang mengangkat alisnya seperti menantangku secara tersirat. Aku mengusap seluruh tubuhku, Sial, apa itu tadi? Rasa sakit yang muncul secara tiba-tiba padahal tubuhku sedang tidur dengan nyenyak. Beberapa perawat yang tadi ribut di sekitar ranjang pesakitan tubuh asliku satu persatu keluar ruangan hingga menyisakan seorang perawat wanita yang setengah baya itu memeriksa kondisiku dan terdiam di sisi ranjang.
Aku terlonjak kaget ketika Dorothy tiba-tiba berada disampingku. Dia menatap lurus ke depan yang bukan lain adalah perawat setengah baya itu, hal itu berhasil membuatku ikut menjatuhkan pandangan yang sama.
“Hey nak, Apa yang sedang kau impikan? Pasti sangat sakit ya? Terima kasih telah berjuang selama ini, kau telah berjuang keras hingga saat ini,” Suster itu terdiam sebentar hingga melanjutkan kata-katanya. “Tapi tolong berjuanglah terus dan jangan sampai menyerah, tak ada yang lebih membahagiakan dari melihatmu kembali kepada keluarga dan sahabatmu. Dan selalu Ingatlah bahwa banyak yang mengharapkanmu kembali.” Dan ketika itu perawat paruh baya itu tersenyum sangat hangat sebelum pergi dari ruangan menyisakan aku dan Dorothy.
Mataku terbelalak ketika Dorothy kembali dengan senyuman picik dan jahatnya. "Orang ini, sangat cerewet ya?" Tangannya terangkat ketika pentagram yang bersinar merah muncul di telapak tangannya dan seketika wanita paruh baya itu mencengkeram dadanya sambil menopang tubuhnya agar tak jatuh.
"Hentikan!" Aku meraih pergelangan tangan Dorothy hingga pentagram itu menghilang dan wanita paruh baya itu mulai tenang kembali. Dorothy menepis tangannya hingga terlepas dari cengkramanku.
Seperti ada api hitam yang keluar dari sekitaran Dorothy, dengan tatapan tajam dan suara rendahnya membuatku kembali bergidik ngeri dan mengambil langkah mundur. “Apa yang ingin kau lihat lagi? Keputusasaan? Penderitaan? Atau ketakutanmu?”
Aku sedikit terhuyung ketika di tempatku berpijak berubah menjadi pantai yang luas. Sungguh aneh karena tiba-tiba saja saat aku mengedipkan mata aku sudah berada di sini. Tapi yang menjadi atensi adalah kedua orang yang saat ini saling menatap dengan tajam. “Apalagi ini?” Ucapku seraya masih kebingungan di antara situasi.
Dorothy masih berdiri di sampingku tanpa ekspresi. “Ketakutan terbesarmu.” gumamnya.
Dan ketika mataku bergetar dan kembali mengalihkan pandangan kepada dua orang yang sedang menatap disana, aku menyadari bahwa dia adalah temanku, Park Jimin. Orang yang berhadapan dengannya adalah Min Yoongi, kakak angkatnya yang menjadi buronan besar Gewetensvol. Mereka mengambil langkah yang semakin lama semakin cepat dengan pisau di tangan Min Yoon Gi dia menusuk tepat di jantung ji-min yang membuat sang Empu terjatuh dengan darah yang keluar tak henti-hentinya.
“TIDAK!”
Namun saat aku ingin menggerakkan tubuhku, seakan semua sendiku telah direkatkan sehingga menolak untuk bekerja, aku tak dapat bergerak sama sekali, bahkan hanya untuk menggerakkan jari-jariku.
“Kim Taehyung, ketakutan terbesarmu adalah ketika melihat rekanmu terluka atau gugur dan mati di hadapanmu. Dan dia adalah orang yang paling kau takuti untuk mati.”
Sedetik kemudian tempat terkutuk itu berubah kembali menjadi kamar rawatku yang sepi. Dan saat itu aku kembali bisa menggerakkan seluruh tubuhku, dan lagi-lagi aku sangat lemah aku terjatuh begitu saja di lantai. Nafasku terengah-engah dan setitik air mata jatuh.
Dorothy duduk menyilangkan kakinya dihadapanku yang sedang berusaha mengatur nafasku sambil menunduk dalam. Seperti senyum yang santai dan tak tahu apa saja yang baru terjadi, dia menopang tubuhnya dengan kedua tangan di sisi kanan kirinya, mengangkat dagu dan berkata dengan entengnya, “Apalagi yang ingin kau lihat?”
Aku terlonjak kaget saat ia mengucapkan sederet kalimat itu, bokong ku mencium lantai dan punggung menabrak tembok. Lucu sekali. Apakah ini yang dinamakan malaikat pencabut nyawa tidak mempunyai perasaan sama sekali? Tak memiliki perasaan dan benar-benar kejam walaupun tubuhnya tak lebih dari seorang gadis yang baru saja memasuki masa pubertasnya. “Sudah cukup. Aku mengakuimu sebagai malaikat pencabut nyawa dan ini bukanlah mimpi semata.” []
KAMU SEDANG MEMBACA
GWTN II; Phantom ✔
Fanfiction𝗣𝗵𝗮𝗻𝘁𝗼𝗺 /ˈfan(t)əm/ (n). a figment of the imagination. Apa yang akan kau pilih antara mati dengan tenang atau hidup dengan penderitaan? Kim Taehyung mengambil keduanya; hidup untuk temannya dan mati untuk Dorothy, tetapi ternyata malaikat mau...