XI ; last page

54 5 2
                                    

Preview

Preview

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Yes, this is the final chapter.



Langit sore masih terlihat mendung dan murung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sore masih terlihat mendung dan murung. Hanya ada cahaya matahari oranye yang menyelip diantara awan. Bahkan semesta tak terlihat indah. Bagaimana ketika aku membuka mataku dan masih mendapati diriku memandang langit mendung kelam dan sebentar lagi terlihat ingin menangis? Sangat buruk.

Semua kejadian berada di luar kendaliku, semuanya meleset pada rencanaku. Aku tak seharusnya masih bisa membuka mata memandang langit sore yang tertutup gumpalan awan hitam, tak seharusnya angin musim panas di kota Seoul terasa meniup rambutku, tak seharusnya aku melihat landasan helikopter dengan warna kuning mencolok, tak seharusnya aku melihat Dorothy terbaring di sampingku dengan mata tertutup.

Mataku melotot dan segera beringsut menjauh dengan posisi akhir telungkup. Menggosok hidungku gelisah karena tadi hidungku bersentuhan dengannya. Benar-benar posisi aneh. Tak sampai situ, keanehan lain datang ketika buku Dorothy kalau pada biasanya mengeluarkan cahaya kuning terang mendekati putih, kini cahaya itu berubah merah dan redup.

Kemudian bangkit berdiri ketika Dorothy juga membuka matanya. Ia dengan cepat bangkit, tangannya meraih buku itu dan membukanya ketika melihat cahaya merah itu dengan mata terbuka lebar.

Tak bermaksud mengintip, tapi dalam buku itu terlihat jelas olehku. Aku dan seseorang disana masih menjadi gambaran disana sebelum kertas itu seperti terbakar-membakar potret disamping potretku-dan berubah menjadi potret Jung Daehyun, tapi tidak dengan potretku, ia terbakar bukan menghilang, melainkan sebuah tulisan muncul disana.

"Jiwa yang hilang."

Setelah suaraku terdengar, Dorothy mengangkat kepalanya seakan ia lupa bahwa aku masih berada disini. Ia melotot, mata kelamnya kini terlihat lebih jelas karena menatapku kembali seakan ingin membuat lubang di kepalaku. Bukunya melebur bersama dengan asap hitam, Dorothy bangkit menghampiriku. Tangannya terulur, jari telunjuk lentiknya dengan kuku hitam itu terjulur meraih puncak hidungku. Telunjuknya bergeser menelusuri pipiku dengan perlahan, semakin kebawah hingga ia menaruh telapak tangannya di dadaku. "Kehidupan." Saat ini banyak pertanyaan yang terkumpul di benakku.

GWTN II; Phantom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang