VIII

36 5 0
                                    

Preview

Preview

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ada luka yang tidak pernah terlihat di tubuh yang lebih dalam dan lebih menyakitkan daripada apapun yang berdarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada luka yang tidak pernah terlihat di tubuh yang lebih dalam dan lebih menyakitkan daripada apapun yang berdarah. Hal ini yang menggambarkan Dorothy kemarin, tapi tidak hari ini. Ia kembali pada peran aslinya sebagai malaikat pencabut nyawa yang arogan dan menyebalkan. Ia bahkan tak mau mengakui apa yang kemarin ia perlihatkan kemarin.

“Bertingkah seperti kau tak pernah melihatnya.”

Konyol. Kemarin saat kutanya kenapa, dirinya malah menghilang selama beberapa jam sebelum kembali dengan wajahnya yang seperti sedang memakai topeng. Aku dapat melihat topeng yang dikenakannya sangat tipis sehingga aku masih dapat melihat bekas-bekas emosi yang tak sengaja ia tinggalkan. “Maaf tapi aku tahu semuanya.” Kataku kemudian.

“Agak menyesal.”

Angin sore ini berhembus sedikit kencang, tapi tak mampu menghilangkan gelak tawaku untuk pertama kalinya setelah semua ini terjadi. Benar sekali, aku dan Dorothy memilih atap rumah sakit untuk sekadar dijadikan tempat bertengkar. Aku sepertinya mulai terbiasa dengan Dorothy dan segala ancamannya seakan menjadi makanan keseharianku. Sekarang bahkan aku tak sungkan mengajaknya bicara seperti manusia. Yah, walaupun aku tak mengerti mengapa ia menunjukannya padaku namun kurasa akan menemukan jawabannya nanti. Bagaimanapun, aku berbicara pada Dorothy sekarang.

Sedikit bayangan konversasi sebelum dia berceletuk “Mimpimu malam itu bukan ulahku.”

Aku tak ingat kalau aku pernah bilang padanya? Bahkan itu hanya sekelebat bayangan yang mungkin muncul dari bunga tidurku. Aku hampir melupakan poin penting yang kudapatkan karena sepertinya itu bukanlah sekelebat bayangan biasa.

“Oh, mari lupakan itu.”

“Tidak, apa maksudmu?”

Dorothy hanya diam. Sepertinya sesuatu yang berat sampai ia harus berpikir panjang untuk mengatakannya. Padahal biasanya ia hanya akan mengataiku seperti "Manusia tolol sialan." sembari mengelak dan melupakannya dibanding diam tak berkutik untuk beberapa waktu. Untuk saat ini aku ingin melupakan fakta bahwa Dorothy akan melakukan sesuatu yang ajaib kalau-kalau aku mengatainya bodoh konyol dan segalanya.

GWTN II; Phantom ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang