Kim Taehyung memantung di tengah anak tangga, tubuhnya benar hanya berdiri dengan kedua tangan menyelip di kantung jaket. Bola matanya tak lepas dari sosok wanita yang berada di ruang makan berbincang dengan Ibunya, terlihat akrab tanpa menyadari keberadaannya. Lee Soo An, ya?
Taehyung tak pernah ingin menyakiti perasaan orang lain terutama pada perempuan. Namun, bagaimana jika ia mulai lelah dengan usaha-usaha mereka untuk memancing ingatannya kembali? Seperti “Taehyung dia pacarmu dulu.” “Kau dulu tergila-gila dengan Lee Soo An.” “Soo An yang mengurus majikanmu Soonshim saat kau tak ada.” Taehyung tahu mereka berniat baik tetapi bagaimana perasaannya? Ia hanya akan merasa bersalah pada wanita itu karena tak bisa mengingat hal-hal manis yang terjadi diantara mereka. Mereka tak bisa memaksanya untuk menjalani hal yang hilang dari di lubuk hatinya.
“Maaf, sepertinya aku akan makan di luar. Hoseok memanggilku untuk datang lebih cepat.” Maaf. Hari ini aku tak ingin bertemu denganmu, Lee Soo An.
Dalam hening, Taehyung mengambil kunci mobil dan memakai coat hitamnya yang selali menggantung di ruang gantinya.
“Ini bukan kebetulan, mereka selalu menempatkan kita berdua di satu tugas.” Jimin memutar pistol andalannya dan menaruhnya dikotak besi di depan ruang arsip. Dirinya melepas sarung tangan dan melakukan scanning sidik jari di pintu besi ruang arsip.
Taehyung menyipit;menaruh pistolnya, membuntuti Jimin. “Cuma kebetulan, lagipula tadi hanya mengawasi yang berpatroli biasa.”
“Kau akan terus bersamaku tak lama setelah lisensi elit outdoormu kembali, bet.” Jimin membawa tungkainya lebih dalam ke ruang arsip. Diantara rak-rak yang debunya semakin tebal, ada pintu besi lain disana. Ia mengeluarkan kunci di sakunya dan membuka pintu walau sedikit sulit.
Taehyung masih membuntuti. Ia masuk ke dalam ruangan itu dan menutup pintu di belakangnya. Pandangannya menerawang sekitar, bertemu dengan brankas besi, rak dengan arsip yang tersusun rapi, dan kertas-kertas yang mulai menguning terselip di antaranya. “Namjoon hyeong harus membuatnya lebih cepat kalau begitu.” Ia menaruh bokongnya di ujung meja diantara rak buku-buku catatan kriminal yang sudah agak lawas. Tangannya menyilang memandang sekitar sekali lagi.
Jimin menelusuri jarinya diantara boks yang tersusun di rak. “Jangan menunggu. Namjoon hyeong takkan membuatnya cepat, percayalah. Ngomong-ngomong kau tak ada rencana besok malam? Bagaimana kalau segelas wine di apartemenku?”
“Dengan gadismu?”
“Dia akan datang saat dia mau. Kalau tidak ya tidak.” Jimin akhirnya menemukan boks yang ia cari dan menariknya keluar dari rak.
“No kissing.” Taehyung iseng mengambil satu buku di rak sampingnya dan membukanya secara acak.
Jimin terkikik. Tangannya menyelip di amplop cokelat dalam boks dan mengambilnya, memeriksa data yang diambil. “No kissing.” Ia mengeluarkan ponselnya, memotret serta mengetik sesuatu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GWTN II; Phantom ✔
Fanfiction𝗣𝗵𝗮𝗻𝘁𝗼𝗺 /ˈfan(t)əm/ (n). a figment of the imagination. Apa yang akan kau pilih antara mati dengan tenang atau hidup dengan penderitaan? Kim Taehyung mengambil keduanya; hidup untuk temannya dan mati untuk Dorothy, tetapi ternyata malaikat mau...