'Alingga' #1

228 35 32
                                    

Yang bersalah sebenarnya adalah kita. Karena dengan egoisnya mencoba sudah tidak peduli padahal masih berharap dapat kembali.

*****

Aku sebenarnya tidak tau kenapa tadi langsung menyetujui ajakan Mareta untuk menemaninya menuju ke lapangan basket tempat anak cowok sedang bermain skateboard. Apalagi di sana ada orang yang selama beberapa bulan ini aku coba hindari. Siapa lagi kalau bukan cowok jangkung dengan gelang hitam dan seragam acak-acakannya itu, Lingga.

Selama Reta berbincang dengan Lingga dan Dewa aku hanya mencoba menyibukkan diri dengan bermain ponsel yang sebenarnya tidak ada notifikasi apapun yang masuk.

Aku juga cukup kenal dengan teman-teman Lingga. Tapi berbincang dengan mereka padahal ada Lingga disini. Entah kenapa aku merasa agak segan.

"Shen, ayo buruan," kata Reta yang telah berdiri di sebelahku dan mengajakku pergi karena urusannya telah selesai.

"Shena. Uang kamu jatuh."

Setelah meraba-raba kantung rokku yang ternyata memang sudah tidak ada uangnya, dengan kikuk aku berbalik badan dan mengambil uangku yang sudah berada di tangannya.

Setelah tersenyum singkat padanya aku langsung menarik tangan Mareta agar segera pergi.

Samar-samar aku mendengar Gandhi dan Devan menyorakinya sambil menyebut-nyebut namaku entah apa maksudnya.

Ah, setelah hampir beberapa bulan ini kami hanya melewatinya dengan kebisuan dan ketidakpedulian, hari ini malah dilewati dengan percakapan kecil yang sebenarnya tidak cukup berarti.

Aku tau sebenarnya dia juga tidak nyaman dengan hubungan kami yang sekarang. Tapi aku sendiri juga bingung bagaimana cara untuk sedikit memperbaikinya.

Lagipula, setelah perpisahan itu tidak ada banyak hal yang berubah. Selain hilangnya chat konyol yang setiap malam memenuhi notifikasi ponselku.

Begitu spesialnya dia dulu.

**Alingga**

"Woi! minuman gue!" teriakan Jordhi memenuhi ruang kelas saat aku dan Mareta telah sampai di dalam.

Aku bingung apa yang sebenarnya direbutkan Jordhi dan Wisnu, dua biang onar kelas itu. Tapi akhirnya aku menyadari juga apa yang diperebutkan mereka. Botol minuman warna hitam yang terdapat bandul jangkarnya.

Dan itu, punyaku!

Melihat ada kemoceng tergeletak di samping meja Milly, tanpa pikir panjang aku menghampiri kedua orang tadi dan memukulinya dengan kemoceng yang kubawa.

"Heh! Minuman gue balikin sini!"

"Bentar, Shen," katanya sambil menahan kepalaku." Ini minuman apaan sih kok seger banget."

"Itu kiranti bego! Buat ngurangin nyeri haid."

Mendengar itu mereka berdua langsung mendelik dan berlagak seperti orang sakit perut.

"Shen, pantat gue tembus nggak?" Wisnu berkata sembari mencondongkan bokongnya ke arahku dan tentu saja kuhadiahi pukulan kemoceng lagi.

"Kenapa?" tantangku. "Mau ngadu sama bos lo?"

Wisnu memegang dadanya bak orang tersakiti dan langsung menggandeng Jordhi yang sejak tadi menahan tawa di sebelahnya.

"Gue udah disakitin, Jord. Gue nggak kuat."

Mengerti dengan suasana yang terjadi Jordhi langsung menyambung.

"Ayo. Kita cari papa."

Aku hanya memutar bola mataku malas mendengarnya. Papa yang mereka maksud di sini itu bukan orang tua sungguhan Jordhi dan Wisnu. Tapi siapa lagi kalau bukan bos besar mereka, Alingga Barra Adinata.

Orang itu memang memiliki aura tersendiri yang membuat teman-temannya selalu merasa segan terhadap.

Ah! Sialan!

Aku jadi mengingatnya lagi kan.

"Hai Milly CTT," sapanya saat melewati meja Milly. CTT alias cewek tukang tonjok.

Dasar. Mereka memang benar-benar cari mati dengan sahabatku satu itu.

"Sini lo berdua!"

"Eh,eh kabur buruan."

"Mereka emang gila akut kayaknya, ya." Vanya tertawa setelah mereka telah pergi dan meninggalkan Milly dengan tampang yang siap membunuh orang.

"Lihat dulu dong bosnya. Gesrek kaya gitu. Ya nggak, Shen?" Reta dengan isengnya menyenggol bahuku.

"Bosnya mah bukan cuma gesrek. Tapi bangsatnya juga jangan lupa," tambah Vanya.

"Kampret ya kalian emang," kataku saat mengerti arah pembicaraan mereka yang sedang membahas hubungan kedekatanku dulu dengan Lingga.

*****


Tbc

Halo semua....
Ini cerita Alingga setelah aku rombak.
Dan sudut pandangnya aku ubah jadi POV 1 ya. Yaitu sudut pandangnya Shena.
Happy reading semuanya.
Jangan lupa vote dan comentnya

@malebillu

AlinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang