Bahagiaku sederhana, cukup ada kamu dan semuanya akan menjadi lebih baik dari sebelumnya
*****
Aku berjalan menuju kelasku dengan lesu dan mata yang masih terkantuk-kantuk. Kalau saja tadi pagi bunda tidak mengomel dan mengguyurku dengan air dingin karena aku susah dibangunkan, pasti sekarang aku masih bergelung dengan selimutku yang hangat.
Bunda memang kadang kejam.
"Gue buat salah?" Ujarku bertanya karena begitu mendaratkan bokongku di bangku, teman-temanku memelototiku seakan aku adalah santapan pagi mereka.
"Kemarin habis dari rumah Reta lo kemana?"
"Balik rumah, lah. Kenapa?"
Kulihat teman-temanku hanya memandangku datar seakan tidak percaya dengan yang kuucapkan barusan.
"Eh, tau nggak azab buat orang yang suka ngebohongin sahabatnya?" Seloroh Milly
"Wah, banyak. Apalagi kalau dijadiin ftv azab di Indosiar, pasti udah jadi beratus-ratus episode."
Aku memutar bola mataku malas mendengar penuturan mereka yang berusaha memojokkanku.
"Fine, gue ke tempat nyokapnya Lingga." Dengkusku kesal. Mereka ini kenapa sih sebenarnya. Sudah seperti detektif saja.
"Tuhkan bener. Lo ada apa-apa lagi sama dia." Aleta yang kebetulan sedang berada di kelasku berteriak heboh.
"Gine deh, Shen. Lo nganggap kita sahabat, kan?" Aku mengangguk untuk menjawab.
"Kalo gitu sekarang jujur sama pertanyaan gue waktu itu."
"Yang mana, nyet?"
Vanya mengetuk-ngetukkan tangannya ke meja di depanku dan berlagak seperti polisi yang sedang mencoba memecahkan kasus pembunuhan. "Lo masih suka Lingga, kan?"
"Gue bakal mogok ngomong sama lo kalo bohong." Aleta mengancamku sebelum aku sempat menjawab.
"Siapa sih yang bisa nolak pesona fakboi satu itu?" Aku balik bertanya.
"Jadi suka?"
Aku menghela nafasku pelan. "Perlu gue jelasin lagi?"
Bukannya lega aku malah merasa ada yang tidak beres dengan senyuman yang diberikan oleh teman-temanku setelah pengakuanku beberapa saat tadi.
"Tuhkan, bos. Gue bilang juga apa."
Aku menoleh ke arah belakang dan menemukan Jordhi dan Wisnu yang ternyata sedang mengarahkan kamera belakang ponselnya kearahku. "Lo berdua lagi ngapain kucrut?"
"Enggak ngapa-ngapain. Cuma bantuin lo mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam."
Aku mengerutkan keningku bingung dengan pernyataan mereka berdua barusan. "Jangan digangguin. Cepetan ke basecamp sini!"
"Bentar, bos. Lima menit lagi."
Mendengar Jordhi menjawab perintah seseorang dari ponsel yang digenggamnya semakin meyakinkan asumsiku jika ada yang tidak beres di sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alingga
Teen FictionTentang rasa yang masih saling terikat, tetapi terhalang ego yang selalu berhasil menorehkan jarak.