'Alingga' #5

89 13 2
                                    

Bukan orangnya yang harus kita waspadai, tapi sikapnya!
Bisa membuatmu jijik atau malah semakin mencintai.

*****

"Tante Alya?" Aku menghentikan motor scopyku di samping seorang wanita yang umurnya sepantaran dengan ibuku ini.

"Eh, Shena? Darimana kamu?"

"Shena dari rumah Reta. Tante sendiri mau kemana? Tumben nggak bawa mobil?"

"Ini Tante mau jenguk mbak Sandra. Bisa tolong anterin tante nggak? Mobil tante baru masuk bengkel soalnya."

Tanpa pikir panjang aku langsung mengangguk menyetujui permintaan tante Alya barusan.

"Boleh tante."

Rasanya cukup menyenangkan dapat kembali mengobrol seintens ini bersama Tante Alya. Dulu, aku sering sekali mampir ke kafe miliknya sehabis pulang sekolah. Tentunya tidak sendirian ya, jika kalian bertanya dengan siapa aku pergi, menurutmu bersama siapa lagi selain dengan cowok fakboi yang sialnya akhir-akhir ini sepertinya kembali mengalihkan perhatianku.

"Kok nggak pernah ke kafe tante lagi sih, Shen?" Tanyanya tiba-tiba

Aku yang sedang mengendarai motor hanya tersenyum canggung meski tau tidak dapat dilihatnya karena posisiku yang berada di depannya "Lagi banyak tugas, tan."

"Hmmm, banyak tugas atau lagi marahan sama Lingga?"

Aku mengurungkan niatku untuk menjawab pertanyaan tante Alya tadi karena telah sampai di pelataran sebuah rumah tempat ibu lingga dirawat.

Ya, kamu benar. Mbak Sandra yang dimaksud tante Alya adalah ibu Lingga.

Brak

Mendengar ada suara bantingan pintu di dalam, aku dan tante Alya bergegas masuk kedalam rumah itu. Tapi begitu masuk yang kulihat adalah lingga dan ayahnya yang sedang terlibat adu pukul dan ibunya yang meringsek di pojokan dengan bahu bergetar.

"Satya! Kamu mau bunuh anak sendiri?!" Tante Alya berteriak begitu melihat Lingga yang kondisinya cukup parah.

Kulihat om Satya meludah tepat di depan tante Alya. "Kamu selalu saja menghancurkan rencana saya."

"Saya bakal lindungin keluarga saya dari orang biadap seperti kamu!"

"Cih, kamu akan menyesal Alya." Ucap om Satya lalu pergi.

Setelah itu aku bergegas membantu Lingga untuk mendudukkan tubuhnya di sofa yang berada di ruang tengah tersebut.

"Kamu obatin Lingga ya, Shen. Biar tante yang urus mbak Sandra."

Setelah menjawab 'iya' aku bergegas kebelakang untuk mengambil kompresan untuk lukanya dan tak lupa bertanya pada suster yang merawat tante Sandra dimana letak kotak obat. Setelah mendapatkannya aku bergegas kembali ke ruang tengah untuk membantu Lingga.

Sesampainya di sana aku melihat Lingga berbaring di sofa dengan ringisan kecil yang sesekali keluar dari bibirnya. Tanpa mau mengganggunya aku duduk tepat di bawahnya kemudian mulai mengompres mukanya yang memar.

"Kali ini nggak ada anak buah lo yang bisa dijadiin alesan buat ngehindarin gue." Ucapku sarkas saat melihat gelagatnya.

"Aw, pelan-pelan."

"Tahan dikit. Ketua geng kok lemah."

Lingga tiba-tiba saja mencengkeram erat lengan bajuku untuk meredamkan rasa sakitnya. Aku sesekali meringis sendiri melihat keadaannya. Setauku kemarin Lingga tidak jadi ribut dengan anggota geng lain. Jadi, dia masih beruntung karena tadi dihajar ayahnya. Kalo tidak, mungkin dia sudah tidak akan ada di sini.

Melihat Lingga begini, aku jadi teringat percakapanku dengan Anggi waktu itu.

"Halangin kalo emang nggak mau kenapa-napa." Aku memperhatikan seorang gadis yang tiba-tiba sudah berada di depanku ini.

Setelah perkataan Vanya tadi, aku langsung pergi dengan alasan ingin ke kamar mandi, padahal kenyataannya aku termenung sendirian di taman belakang sekolah.

"Gue Anggi." Dia menyodorkan tangannya hendak mengajak berjabat tangan.

"Dan lo pasti Shena, kan?"

Aku hanya mengangguk menjawabnya tanpa membalas uluran tangannya barusan. Entah darimana sebenranya dia bisa tahu namaku, dari Lingga mungkin.

"Boleh duduk?"

"Duduk aja, sih. Kosong juga kan bangkunya."

Entah kenapa juga aku jadi bersikap agak ketus padanya. Pasti ini karena aku terpengaruh perkataan Vanya tadi, 'cewek kalau khawatir itu, tandanya suka'. Sialan! Dia memang pintar sekali jika memprovokasi seseorang. Teori darimana coba kalau orang nggak mau ngomong malah dipikirnya lagi khawatir.

"Lingga itu orang yang cukup tertutup sama kehidupan pribadinya." Aku menoleh pada Anggi yang bercerita padaku tanpa kuduga.

"Nggak banyak yang tahu gimana kondisi dia sebenarnya. Mungkin orang-orang berpikir dia itu cuma ketua geng yang suka bikin kerusuhan, buat onar, bikin malu keluarga. Tapi sebenernya dia orang paling rapuh yang pernah gue tahu. Tanpa gue jelasin, lo pasti udah tahu kondisinya kan?"

Kulihat Anggi menghembuskan nafasnya perlahan. "Nggak semua orang bakal Lingga izinin buat masuk dan tahu semua hal tentang kehidupannya. Nggak terkecuali temen-temennya sendiri. Cuma orang yang Lingga anggep penting yang bakal bisa ikutan masuk dalam lingkaran hidup dia."

"Dan lo termasuk dalam daftar orang yang dia anggep penting." Ucapku tiba-tiba

"Lo juga, Shen." Ucapnya disertai senyum tipisnya.

'Cantik' pujiku. Aku jadi tahu sekarang alasannya kenapa Lingga mungkin memang menyukai gadis di sebelahku ini. Dia cantik, dengan lesung pipi dan rambut panjang bergrlombang miliknya. Dan yang terpenting, menurutku dia orang yang tulus dan pemberani.

"Lo deket sama Lingga ya?" Aku berkata tanpa sadar dan secara reflek langsung menutup mulutku sendiri.

Bukannya merasa agak tersinggung, kulihat Anggi malah kembali tersenyum padaku. "Masih sepeduli itu lo ya sama dia?"

"Eh?" Aku hanya tersenyum agak canggung dengan pertanyaan tak terduga yang dia lontarkan barusan.

"Mau saingan secara sehat sama gue nggak?" Tawarnya tiba-tiba

"Maksudnya?" Ucapku heran

"Ya saingan aja."

Aku melihat tepat ke wajah Lingga yang tiba-tiba terkekeh kecil di depanku. "Kenapa ketawa?" Tanyaku.

Bukannya menjawab dia malah kembali tertawa dengan sedikit ringisan karena ujung bibirnya yang ternyata sobek. "Gue yang sakit, kenapa lo yang meringis kaya gitu sih ngobatinnya?"

Aku memutar bola mataku mendengar pertanyaannya barusan. "Yaiyalah. Emang lo nggak ngerasain sakit sedikitpun?"

Kulihat dia menggeleng pelan mendengar pertanyaanku barusan. "Nggak waras."

*****

Tbc

@malebillu

AlinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang