'Alingga' #9

56 9 6
                                    

Untuk saat ini aku hanya ingin menyenangkan diri sendiri dengan berharap jika rasa kita masih ada di titik yang sama

*****

"Bantuin gue ya, Van."

Aku terus menggoyang-goyangkan lengan Devan yang masih saja asik bermain game di ponselnya.

"Aduh, mbak Shena jangan ganggu ya gue bisa kalah nanti."

"Pliss."

Aku tersenyum lebar begitu Devan akhirnya menyerah dan memasukkan ponsel ke dalam saku celananya.

Bukan tanpa sebab aku mengganggu Devan yang sedang fokus bermain game online tersebut. Apalagi mengganggu cowok yang sedang mabar itu adalah salah satu hal terlarang yang tidak bisa diganggu gugat. Tapi ada suatu hal penting tentang Lingga yang harus kuketahui. Apalagi aku belum melihat Lingga lagi sejak dia menggendongku ke UKS tempo hari.

"Soal bos lagi?"

Aku mengangguk karena tebakan Devan tepat sasaran.

"Ngomong sendiri aja sono. Biasanya juga bar-bar."

"Lagian bos juga dari kemarin nggak berangkat."

Aku menautkan kedua alisku mendengar jawaban Devan. "Kemana emang?"

"Jagain Anggi di rumah sakit."

Mendengar itu aku cukup tersentak dan merasa seperti apa yang menikam dadaku. Ah, aku baru sadar jika belakangan ini aku tidak pernah melihat Anggi lagi.

"Van. Kasih alamat rumah sakitnya."

~Alingga~


Aku tidak tahu mengapa aku repot-repot ke rumah sakit jika tujuannya hanya untuk meredakan rasa penasaranku. Tapi ini adalah saat yang tepat untuk menentukan apakah aku harus melanjutkan perjuanganku atau lebih baik melepaskannya.

Setelah bertanya kepada resepsionis letak kamar yang tadi sudah diberitahu Devan aku bergegas menuju kamar inap tempat Anggi dirawat.

Aku membuka pintu kamar inap Anggi pelan karena takut jika mungkin akan mengganggu waktu istirahatnya. Tapi nyatanya perkiraanku salah karena yang kulihat adalah Lingga yang tengah menyuapi Anggi makan.

"Shena. Masuk aja."

Aku hanya tersenyum canggung begitu Anggi rupanya menyadari keberadaanku.

"H-hai, Nggi. Gue bawain buah nih."

"Makasih loh. Nggak usah repot-repot."

Aku meletakkan buah yang kubawa di atas nakas dan mendekat ke samping ranjang Anggi.

"Gue keluar bentar." Lingga berkata dan langsung berbalik menuju pintu keluar.

"Lo sakit apa, Nggi?"

Bukannya menjawab pertanyaanku kulihat Anggi malah menutup wajahnya dengan kedua tanganya. Anggi mulai terisak dan bahunya bergetar hebat setelah itu dia menggumamkan kalimat yang tidak kumengerti. "Ja-jangan. Aku nggak bakal ngrusak semua lagi."

"T-tolong lepasin aku."

Karena merasa bingung, yang kulakukan adalah memeluk Anggi dan mengusap punggungnya agar lebih tenang. Aku bernapas lega begitu melihat Anggi sepertinya sudah mulai tenang sampai tiba-tiba dia mendorong tubuhku hingga aku terjatuh dan punggungku menghantam meja yang ada di ruangan itu.

"Ja-jangan sentuh aku."

"Aku minta maaf."

Tepat saat aku ingin berdiri kulihat Lingga datang dan langsung memeluk Anggi seperti yang kulakukan tadi.

"Tenang, Nggi. Selama ada gue nggak bakal ada yang bisa nyakitin lo lagi."

"G-gue takut. Nanti bang-"

"Dia nggak bakal bisa sentuh lo seujung kuku pun." Kulihat Lingga masih mencoba menenangkan Anggi dengan menggenggam kedua tanganya.

Sepertinya Anggi kelelahan karena terbukti dia yang kini telah terlelap di pundak Lingga. Setelah Lingga membenarkan posisi tidur Anggi dan menyelimutinya aku memutuskan untuk berpamitan saja.

"Gue pulang duluan ya, Ngga. Titip salam buat Anggi."

Lingga menjawab perkataanku dengan anggukan kepalanya yang membuatku hanya bisa pasrah.


Aku hanya termenung di halte yang berada di depan rumah sakit sendirian. Kamu tau rasanya kehilangan kesempatan bahkan sebelum kamu sempat mencobanya.

"Hp lo ketinggalan."

Aku mengangkat pandanganku begitu melihat ada tangan yang menjulurkan ponsel padaku.

Kulihat Lingga hanya menatapku datar dengan salah satu tangannya yang dimasukkan ke saku jaketnya.

"Udah kebayar kan rasa penasaran lo?" Ucapnya sarkas yang membuatku cukup terkejut.

"Anggi itu terlalu baik, Shen. Jadi kalo lo nggak ikhlas buat temenan sama dia mending nggak usah."

"Gue udah nggak ada kesempatan sama sekali ya, Ngga?" Aku memberanikan diri bertanya begitu Lingga sudah beberapa langkah menjauh dariku.

Lingga hanya menghela napasnya kemudian berkata padaku tanpa membalikkan badannya.

"Jangan pertahanin sesuatu yang akhirnya cuma bakal nyakitin lo, Shen."

*****

Tbc

Cuma mau bilang maaf karena suka ngilang-ngilang nggak jelas kaya doi

Saya sadar kalau update an saya itu nggak teratur. Dan 2 minggu kemarin itu bener-bener lagi kehilangan mood buat nulis yang alhasil baru bisa update sekarang

Saya cuma berharap setelah ini bisa lebih rajin dan cepet bisa nyelesain ceritanya.

Jangan lupa juga vote dan comentnya

With love,
@malebillu

AlinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang