'Alingga' #2

156 19 12
                                    

Katanya sudah tidak peduli, tapi jika ada yang terjadi, akan langsung datang mendahului

*****

"Ya biarin aja sih." Aku berkata setelah melihat ponsel yang baru saja Reta sodorkan padaku.

"Tapi gue perhatiin ya Shen. Diantara cewek-cewek yang pernah digosipin deket sama si mantan doi, menurut gue yang paling spesial itu lo."

"Apanya coba yang spesial?"

"Lo beneran nggak tau?" Serobot Vanya yang sejak tadi entah sedang berebut apa dengan Milly.

Aku menaikkan sebelas alisku seolah bertanya. "Lo kan yang paling bego," sahut Vanya dengan polosnya.

"Enak aja. Babi lo pada," umpatku

"Yaelah bercanda. Nih ya gue bilangin. Selama sejarah dia deket sama cewek, cuma elo yang sering diajak pergi keluar, dikenalin tantenya, diajak ketemu mamanya, fotonya di posting di medsos..."

Aku hanya mendengkus mendengar Vanya yang terus berceloteh berbicara tentang hal yang katanya menjadi keistimewaanku. Aku sebenarnya heran kenapa sahabat-sahabatku (minus Milly) itu suka sekali membicarakan tentang Lingga dan antek-anteknya, ya meskipun membuatku cukup terhibur juga sih.

"Spesial tapi akhirnya juga ditinggal. Ya nggak ada bedanya," gerutuku pelan.

"Ehm,ehm, test..test... Pengumuman buat semua anggota Ander buat kumpul ke belakang sekolah sekarang. Kita bakal fight karena SMA Saraswati udah stay di luar gerbang dan nantangin kita."

Setelah ada pemberitahuan dari speaker sekolah tadi yang kuyakini dalangnya adalah Dewa yang notabenenya wakil geng Ander, yang kulihat adalah Jordhi dan Wisnu yang langsung berlari keluar menuju arah belakang sekolah.

Kalau kalian mau tahu, geng Ander itu adalah geng cukup berpengaruh di SMA ku, bahkan ketenarannya melebihi pamor anak OSIS. Geng yang diketuai oleh Lingga itu sebenarnya sudah hampir dibubarkan oleh kepala sekolah, tapi karena bantuan mereka beberapa waktu lalu saat ada SMA lain yang menyerang sekolah, akhirnya mereka mendapat kompensasi dengan syarat harus diuji coba dulu dalam sebulan ini.

Tapi untuk masalah kali ini aku yakin pasti yang berbuat ulah duluan pasti anak SMA Saraswati. Mereka itu orangnya nekat! aku dulu bahkan pernah dijadikan sandera waktu mereka mengajak SMA Garuda duel. Hal itu juga yang membuatku sedikit parno jika ada tawuran.

Mereka benar-benar banci!

"Gue pergi dulu." Milly berucap seraya bangkit tapi langsung ditahan oleh Reta.

"Mau kemana sih?" Reta bertanya dengan cemas.

"Gue di whatsapp Gara katanya butuh tenaga tambahan."

**Alingga**

Kalau bukan karena khawatir pada Milly, aku pasti sudah menolak ajakan Mareta dan Vanya untuk menuju Warung belakang sekolah tempat anak-anak Ander sering berkumpul.

Tapi apa kamu pikir aku bakal setega itu melihat sahabatku yang kurang waras itu babak belur sehabis baku hantam dengan anak Saraswati tadi.

Nggak lah!

"Makanya bego jangan dipelihara! Udah tau lo tu cewek masih nekat aja ngedusel anak cowok tawuran!" Aku melihat Milly meringis saat luka di sudut bibirnya sengaja kutekan dengan keras.

Anak satu ini jika ku nasehati pasti akan menjawab begini. "Ini tuh salah satu wujud bela negara kita sebagai perempuan emansipasi."

"Udah Shen mending lo obatin Lingga sana. Daritadi ngeyel terus kalau temen-temennya belum ditangani semua."

Meski masih agak jengkel, aku tetap menuruti perkataan Milly tadi untuk membantu Lingga yang sedari tadi malah tenang saja dan sibuk bermain ponsel.

Heh! Apa dia tidak merasakan sakit sama sekali karena lukanya yang kelihatan cukup parah itu?!

"Luka lo obatin dulu."

Dengan agak canggung dan bermodal muka tembok aku mulai mengobati lukanya dengan memegang dagunya agar lebih memudahkanku.

Aku melihat dia menghela nafasnya kasar lalu malah menurunkan kedua tanganku yang berada di sisi wajahnya.

"Arkan!" Panggilnya pada salah satu anak buahnya.

Kulihat Arkan mendekat ke arah Lingga dengan tatapan bertanya, "Kenapa bos?"

"Tolong obatin gue."

Aku jelas bingung dengan tingkahnya barusan. Hey! Apa bedanya coba diobati olehku? Apa karena takut gebetannya nanti marah?

Really fuckboy!!

"Biar Arkan aja yang ngobatin."

Aku memandangnya dengan sinis setelah dia berkata begitu lalu dengan kasar kuletakkan kotak p3k yang semula berada di pangkuanku ke meja di sebelahku.

Dengan hati benar-benar dongkol aku pergi menjauh dari Lingga dan segera berpamitan pulang pada teman-temanku yang masih mengobrol dengan teman-teman Lingga yang lain.

*****

Tbc

Dahlah jadi males juga akunya:/

@malebillu

AlinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang