Mate

306 28 20
                                    

Yoojung menghempaskan tubuh lelahnya ke sofa. Lembur seharian membuat tenaganya terkuras habis.

Dia menyalakan televisi untuk menonton acara favoritnya.

Mengambil toples cemilan di meja dan meletakkannya di atas pahanya. Memakan cemilannya sambil menonton serial drama kesukaannya.

Tapi karena kelelahan, tidak sampai sepuluh menit, dia sudah jatuh tertidur dengan posisi duduk dan menjadikan sandaran sofa sebagai tumpuan kepalanya sambil memeluk toples cemilannya.

Tanpa mematikan televisinya dan membiarkannya tetap menyala.
Latar musik dalam drama yang ditontonnya seakan menjadi lagu pengantar tidur yang membuatnya semakin terlelap dan membawanya ke alam mimpi.

*

Yoojung terbangun saat merasakan sentuhan di pipinya.
Tapi saat matanya terbuka, dia tidak menemukan siapapun di dekatnya.

Padahal dia yakin sekali, yang menjamah pipi kirinya tadi adalah sebuah tangan. Tangan seseorang yang sangat dingin.

Yoojung menggelengkan kepalanya. Berpikir bahwa dia hanya berhalusinasi saja karena terlalu kelelahan.

Lagipula siapa yang bisa memasuki apartemennya disaat pintunya sudah tertutup rapat dengan pengamanan yang sangat ketat.

Tapi anehnya, rasa dingin yang tadi sempat menyentuh kulitnya, masih bisa dirasakannya,bahkan sampai sekarang

Belum hilang rasa penasarannya, Yoojung dibuat bingung saat menyadari bahwa televisinya sudah dimatikan.

Padahal seingatnya dia tertidur dengan keadaan televisi yang masih menyala. Remote yang tadinya berada di samping tubuhnya juga sudah berpindah tempat menjadi di atas meja.

Toples berisi keripik kentang yang sebelumnya dia letakkan di pangkuannya dalam kondisi terbuka, kini juga sudah tergeletak di samping remote dengan tutupnya yang sudah terpasang rapat.

Yoojung menggelengkan kepalanya sekali lagi. Mencoba berpikir positif. Mungkin dia memindahkannya tanpa sadar.

Dia melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul satu malam. Itu artinya, dia tertidur di sofa selama hampir tiga jam dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Pantas saja lehernya terasa pegal.

Yoojung bangkit dari sofa dan beranjak ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya.

Tapi sebelum itu, dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Walaupun sebenarnya ini sudah terlalu larut untuk melakukan kegiatan tersebut. Tapi dia tidak akan bisa tidur nyenyak dengan tubuh lengket penuh keringat.

Dia segera naik ke ranjangnya setelah memakai piyama. Mematikan lampu sebelum merebahkan diri di kasur empuknya. Membiarkan hanya lampu kecil di atas nakas yang menerangi ruangan.

Tanpa sadar bahwa di kamar gelap tersebut, seorang lelaki tengah mengamatinya dalam diam.

*

Yoojung memasuki bus dengan tergesa-gesa, berdesak-desakan dengan calon penumpang yang lainnya. Dia tidak ingin kehabisan tempat duduk.

Tapi karena tubuhnya yang kecil, dia kesulitan menerobos antrian. Tenaganya kalah dengan orang yang berbadan lebih besar darinya dan membuatnya harus masuk terakhir.

Dan seperti dugaannya, semua kursi sudah penuh. Dia harus berdiri lagi seperti hari-hari sebelumnya.

Yoojung menghembuskan napasnya kasar. Dengan terpaksa dia melangkahkan kakinya menuju ke bagian belakang bus tersebut. Area yang selalu dia pilih karena tidak akan terlalu terhimpit jika penumpang yang berdiri semakin banyak.

Choi Yoojung Oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang