Lovely Bad Boy

320 18 20
                                    

TAK TAK TAK

Suara tapak kaki terdengar keras.

Seorang gadis mungil tengah berlari menaiki tangga dengan tergesa. Tubuhnya basah kuyup entah karena apa . Lelehan air matanya sedikit tersamarkan oleh tetesan air yang masih mengalir dari rambut basahnya. Menetes turun dari wajah hingga ke ujung kakinya .

Gadis itu mempercepat langkahnya setelah mendekati tempat tujuannya . Tangannya menggapai gagang pintu dan membukanya dengan cepat .

BLAM

Dia membanting pintu atap dengan cukup keras . Menimbulkan suara menggema yang sedikit memekakkan telinga . Untung saja ruangan yang merupakan tingkat tertinggi dari gedung tersebut jarang dikunjungi orang , jadi bisa dipastikan tidak ada yang mendengarnya .

Sebuah pemandangan taman yang indah menjadi hal pertama yang dilihatnya . Sangat sepi , seperti biasanya . Tempat paling nyaman baginya untuk menenangkan diri dan menuangkan segala keluh kesahnya. Saksi bisu dari semua airmata yang tertumpah di sana .

Gadis itu merosotkan tubuhnya begitu saja. Kaki lemahnya sudah tidak sanggup bertahan setelah berlari dalam jarak yang lumayan jauhnya. Dia menumpukan punggung lelahnya pada pintu di belakangnya, menekuk kedua kakinya dan meringkuk di sana. Menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya yang bertumpu di atas lutut.

Suara tangis yang sebelumnya tertahan kini mulai terdengar , makin lama semakin keras . Seiring dengan luka yang mulai menyambangi hatinya . Rasa sakitnya sudah tak terbendung lagi . Dari sekian banyak perlakuan buruk yang teman-temannya lakukan padanya , hari ini adalah yang paling kejam .

Dari yang sebelumnya hanya caci maki dan hinaan tanpa henti , kini ia harus menerima serangan fisik dari mereka . Dengan sengaja menumpahkan air kotor padanya saat dia sedang berada di toilet . Entah air apa yang mereka gunakan , yang jelas aromanya sangat tidak sedap . Gara gara bau tubuhnya , dia harus menanggung banyak hinaan dalam perjalanan ke atap tadi .

​​​Entah apa kesalahannya sampai dia harus menerima perlakuan sekejam ini . Masuk ke sekolah ini juga bukan keinginannya . Terkadang dia menyesal menjadi anak yang terlalu pintar , karena otak jeniusnya itulah yang membawanya pada keadaan yang menyedihkan sekarang ini . Tapi jika tidak pintar , bagaimana caranya membanggakan kedua orang tua yang sangat berharap banyak padanya. Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya serasa mau pecah .

"Hiks . . hiks ", tanpa sadar suara tangisannya semakin tidak terkendali, menggema keras memenuhi penjuru ruangan , air matanya mengalir turun dengan derasnya . Dadanya terasa begitu sesak sampai rasanya tak bisa berhenti menangis .

Gadis itu tak peduli . Toh hanya dia sendirian di sini. Seberapa kerasnya dia menangis , tak akan ada yang merasa terganggu , begitu pikirnya .

"AISH, BERISIK SEKALI ", hingga sebuah teriakan mengejutkannya dan membuatnya bungkam seketika.

Gadis itu fokus mencari asal suara. ​​​​​Sampai sesosok tubuh laki-laki muncul dari balik tanaman bunga di depannya . Tidak terlihat karena tertutupi dedaunan yang rimbun .

Seorang kakak kelas, terlihat dari warna kain di kerahnya yang berbeda dengan miliknya.

" Bisakah kau menangis di tempat lain saja ? Apa kau tidak lihat aku sedang mencoba untuk tidur? ", bentak lelaki itu sedikit kasar.

Sedangkan gadis itu hanya diam membeku di tempatnya . Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang tak kunjung hilang .

Si lelaki yang tidak mendapatkan respon memutuskan untuk melompati dedaunan rimbun yang menghalangi mereka dan berjalan mendekat .

Choi Yoojung Oneshot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang