Lima bulan sudah berlalu. Hubungan Yoojung dan Jaemin juga semakin intens. Keduanya memutuskan untuk mengenal satu sama lain lebih dalam sebelum memasuki jenjang pernikahan.Setelah pembicaraan panjang, Jaemin akhirnya menyetujui permintaan Yoojung yang ingin menjalani proses penjajakan terlebih dahulu, karena tidak mungkin mereka menikah hari itu juga. Tidak ada persiapan dan belum ada pertemuan diantara kedua keluarga.
Semuanya berjalan lancar, kehidupan percintaan mereka tidak menemui banyak kendala.
Mereka juga masih tinggal bersama, di unit apartemen Yoojung yang kini menjadi tanggungam Jaemin sepenuhnya. Pria itu memaksa Yoojung untuk tetap tinggal meski masa kontraknya telah habis. Dan Yoojung yang tak kuasa menolak, akhirnya memilih mengalah pada sifat keras kepala Jaemin.
Walaupun sebenarnya dia merasa tidak senang akan keputusan tersebut. Karena sekarang hanya Jaemin lah yang membayar sewa, sedangkan dirinya tinggal di sana dengan percuma. Yoojung tak pernah suka jika menikmati sesuatu tanpa harus berusaha . Tapi Jaemin terus meyakinkan bahwa itu kewajibannya , untuk bertanggung jawab atas segala kebutuhannya.
Kini walau masih sedikit terpaksa, dia sudah mulai terbiasa. Menyesuaikan diri dengan semua tingkah Jaemin dan mencoba bertahan dari semua perlakuan manis si pria.
Seperti sekarang ini, Jaemin tengah menemani Yoojung memasak nasi goreng di dapur sembari menyesap kopinya. Duduk di meja makan dengan mata yang tak henti menatap ke arah Yoojung.
"Hei, Jaem"
Panggilan dari sang kekasih membuat alisnya sedikit terangkat, dia menggumam singkat untuk menjawab.
"Bisa tolong ikatkan rambutku sebentar? Ikat rambutnya ada di saku celanaku", Yoojung yang sedang meracik bahan masakan terlihat kesulitan melakukannya dengan rambut tergerai, tangannya yang berbau bawang membuatnya enggan untuk sekedar menyentuh rambut panjangnya yang notabenenya baru dia cuci beberapa saat lalu. Oleh karenanya dia memilih meminta bantuan Jaemin.
Tanpa diminta dua kali, Jaemin berdiri dan langsung berjalan menghampiri Yoojung, berhenti tepat di belakangnya.
"Di sini? ", tanyanya sembari merogoh saku celana Yoojung sebelah kanan. Celananya yang berbahan denim dan sedikit ketat membuatnya kesulitan. Yoojung hanya menggumam pelan sebagai jawaban, terlalu sibuk dengan kegiatan memasaknya.
" Tidak ada ", ucap Jaemin saat tidak menemukan apa-apa di dalam sana.
" Coba saku yang satunya "
Jaemin beralih pada saku di sebelah kiri . Membuat Yoojung menggeliat kegelian karena dia merogoh terlalu dalam. Tangannya tak sengaja menggelitik paha Yoojung melalui kain tipis yang berfungsi sebagai kantong penyimpan di saku celananya.
"Aow, ah"
Jaemin mendelik menatap Yoojung dari belakang, melihat gadisnya yang mendesah pelan sebelum akhirnya dia mendengar tawa cekikikan tidak jelasnya.
"Jangan mendesah . Aku bahkan tidak melakukan apapun padamu", dia memprotes dengan tangannya yang masih sibuk mencari.
"Tapi ini geli", Yoojung membalas , masih menggeliat merasakan tangan Jaemin menggerayangi pahanya.
"Di sini juga tidak ada ", Jaemin kembali menarik tangannya saat tidak menemukan benda yang dicarinya.
Yoojung menengadahkan kepala , mencoba berpikir, " Lalu dimana ya? Seingatku aku meletakkannya di sana"
Jaemin menyeringai , melihat ada satu tempat lagi yang belum dia gerayangi.
" Mungkin di saku kemejamu, biar aku cari di sa-"