Prolog

108 3 0
                                    

"Zahra pokoknya kamu harus sekolah sekaligus mondok!" tegas seorang pria paruh baya.
Gadis yang baru beberapa hari menyelesaikan ujian nasional SD itu sudah malas memperdebatkan masalah yang akhir-akhir ini sering dibahas oleh orang tuanya.
"Kan aku udah pernah bilang ke Mama sama Papa kalo aku nggak mau mondok! Aku maunya sekolah dideket rumah aja! Lagian aku juga mau fokus ngelanjutin latian bulutangkisku!" ucap Zahra dengan nada sedikit kesal.
"Sudahlah ra kamu ikutin aja maunya papa kamu, mama pusing ngedengerin kamu tiap hari ributttt terus masalah ini nggak selesai-selesai"

"Tapi Zahra nggak mau maa :( mama tau sendiri kan kalo Zahra nggak bisa jauh dari mama. Zahra juga masih kecil, baru aja lulus SD masa mau tinggal sendiri di pondok"
"iya mama tau, tapi ini demi kebaikan kamu juga, biar kamu mandiri nak"
"pokoknya Zahra nggak mau, titik!" sambil berlinangan air mata, Zahra lari menuju kamarnya.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu

Tok tok tok

"Zahraa, jangan nangis, maafin papa ya nak, ini semua demi kebaikan kamu" papa Zahra merasa bersalah telah memaksa anaknyauntuk bersekolah di pondok. Namun itu sudah menjadi keputusan orangtua Zahra untuk menyekolahkan anaknya karena Zahra terlalu fokus berlatih bulutangkis hingga lupa belajar tentang agama.
Sambil menangis, Zahra pun membukakan pintu kamarnya.
"hiksss hiksss Zahra nggak ingin sekolah disana pa, Zahra takut disana sendirian"
"Disana Zahra bakalan punya banyak teman, tenang aja papa sama mama pastisering nyamperin kamu disana"
"janji pa yaa, kalo gitu Zahra mau deh sekolah disana" Zahra pun menyerah dan memilih setuju sekolah sekaligus mondok
"Alhamdulillah, kalo gitu siapin barang-barang kamu, Papa udah daftarin kamu,tinggal berangkat aja"
"iya paaa"

Zahra MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang