19. Dealing

1.1K 169 16
                                    

Sarah duduk di kursi yang berjejer di sepanjang lobi Reverie. Gadis itu tengah asik membaca buku saku kecil biologi sambil sesekali menutup mata untuk menghapalkannya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring sejak sepuluh menit lalu. Banyak murid sudah memilih meninggalkan gedung, termasuk Ori dan Kesha yang juga pulang lebih dulu. Kesha duluan karena harus datang ke acara di rumah sang sepupu, sementara Ori dan pespa jadulnya pulang sebab Sarah hari ini tidak menumpang.

Sarah akan dijemput papa, itu mengapa ia masih setia duduk di sekolah karena hingga sekarang sang papa belum kunjung tiba. Sarah menoleh kiri kanan, bosan juga terus-terusan menatap tulisan di buku saku biologinya. Ia menyentuh tengkuknya, dan memberi pijatan ringan di sana. Pegal karena terus menunduk.

Mata Sarah memicing ketika ia melihat koridor di sebelah kanan. Arkan sedang berada di sana dan tampaknya akan mendatangi Sarah. Kali ini, ia melihat Arkan tidak sendirian. Ada seorang lelaki lagi yang belum pernah Sarah lihat sebelumnya. Dahi Sarah perlahan mengernyit, kepalanya bertanya-tanya mengapa seorang di sebelah Arkan memasang cengiran padanya.

"Halo, Sarah," sapa teman Arkan ketika sudah berada di dekat Sarah.

"Siapa, Ar?" tanya Sarah memandang Arkan menuntut jawaban. Tiba-tiba disapa oleh seorang yang secara terang-terangan mengenal namanya, siapa yang tidak penasaran.

"Gue Zafran, temennya Arkan," balas Zafran menjawab pertanyaan Sarah. "Arkan banyak cerita tentang lo."

"Hah?" Sarah kaget. "Cerita banyak?"

Arkan menoleh dengan tatapan membunuh pada sohib pecinta biskuat di sebelahnya. Mulutnya Zafran memang seperti ember bocor, susah diajak kerja sama kalau disuruh menyimpan rahasia. Dilihatnya lagi Sarah dengan senyum bersalah, merasa tertangkap basah. Kedua tangannya diangkat, kemudian melambai seraya mengatakan itu semua tidak benar.

"Ra, kok belum pulang?" tanya Arkan cepat mengalihkan percakapan. Walau ia sempat gagap sebentar, tapi lelaki itu tidak mau suasana kian hancur hanya karena ulah mulut Zafran.

Sarah menunjukkan senyumnya pada pertanyaan Arkan. Gadis itu sendiri paham, dia juga tidak ingin Arkan merasa terpojokkan. Menurut Sarah, kalaupun lelaki itu mencoba membicarakan Sarah kepada sahabat karibnya itu, paling yang dibicarakan hanyalah hal-hal tidak penting. Arkan sendiri pun tidak mengenal Sarah jauh, jadi bagi Sarah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Hari ini gue dijemput papa," jawab Sarah sesekali melirik ke arah Zafran yang sampai sekarang masih terang-terangan menatapnya.

"Wah, mau jalan bareng bokap lo, ya?"

Sarah mengerjap, "Eh? Adadeh."

"Eh, Sar, gue baru tau loh kalau di Reverie ada lo." Zafran menyuarakan pendapatnya. Sarah di tempat ia duduk kembali bingung, apa maksudnya ucapan Zafran?

"Emang selama ini gue dimana?" Sarah balik bertanya dengan nada polos.

Zafran cengengesan, gagal sudah niatnya untuk menggoda Sarah lebih jauh. Sementara Arkan di sampingnya lagi-lagi memberikan tatapan membunuh. Zafran menyerah, daripada dia mati di tangan Arkan hari ini, lebih baik mencari jalan aman. "Bukan gitu, Sar, gue selama ini cuma nggak pernah liat lo di sekolahan."

"Masa, sih?" Nada suara Sarah terdengar merendah. Kalimat yang Zafran lontarkan entah mengapa menyentil Sarah. Selama ini Sarah sadar, bahwa yang dia lakukan hanyalah berkeja dan terus bekerja keras demi jalannya event di sekolah. Dia hanya crew yang tidak akan dilihat oleh siapapun. Karena sebagai crew belakang layar, maka sudah seharusnya ia berada di belakang tanpa pernah merasakan teriakan kagum teman-temannya. Selama ini, apresiasi selalu saja diberikan pada mereka yang dilihat, giliran ada kesalahan dalam acara, orang seperti Sarah-lah yang tentu akan dihujat habis-habisan.

SakanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang