25. Sarah Ngamuk

827 133 10
                                    

Sarah Kaleela: Hugo.
Sarah Kaleela: Mana file contohnya?

Hugo: Gue kira lo lupa buat nanyain ini.

Sarah Kaleela: Buruan, gue mau kerjain sekarang biar selesainya juga cepet.

Hugo: Bentar.
Hugo: Hugo has sent a file.
Hugo: Tuh, simak baik-baik ya, Ra. Jangan sampai ada yang kelewat atau waktu lo bakalan abis buat ngurus ginain doang.

Sarah Kaleela: Iya, Pak, nggak usah khawatir.

Sarah baru saja mencoba membuka file yang Hugo kirimkan, tetapi notifikasi yang masuk dari Hugo membuat dahi Sarah mengernyit. Hugo mendadak jadi out of topic.

Hugo: Lo udah makan belum?
Hugo: Perlu gue pesenin pizza buat temen lo ngerjain tugasnya?

Sarah Kaleela: Pertama, lo nggak usah oot.
Sarah Kaleela: Kedua, gue bisa order sendiri.

Gadis dengan dress rumahan berwarna hitam itu tengah memasang ekspresi sebal pada tawaran Hugo. Malam ini lelaki itu bisa begitu manis, kemudian besok hari ketika mendapatkan tugas Sarah tidak seperti yang ia inginkan, maka sudah pasti Sarah akan habis oleh sisi kejam lelaki itu. Jadi untuk Sarah, dia tidak akan pernah mau repot-repot menerima segala bentuk kebaikan Hugo sebab perempuan itu sudah tahu akan seperti apa endingnya. Menyesakkan. Sarah tidak berbohong kalau setiap saat dia berdebat dengan Hugo, hatinya begitu sesak bahkan dia sampai ingin menangis. Tapi itu semua ditahannya jauh di dalam dirinya sebab sekali saja ia kalah, ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Hugo, lelaki yang sudah memutuskan Sarah dengan alasan paling konyol itu seharusnya sadar diri untuk tidak terlalu melewati batas.

Sarah mulai mempelajari file yang Hugo berikan dengan serius sembari menyalakan laptop, dia mencoba untuk lupa pada rasa sebalnya daripada moodnya berujung hancur. Sarah meninggalkan ponsel setelah file yang ia perlukan sukses dipindahkan ke laptop. Sarah masih sedikit kaku menggunakan benda pipih itu, wajar saja karena seumur hidup tidak pernah punya. Tidak salah kalau Ori dan Kesha menghinanya manusia purba.

"Ara!" Panggilan sang papa membuat Sarah berhenti sesaat dari kesibukannya. Tampaknya makan malam mereka sudah siap. "Turun, Ra, makan malam dulu." Sarah lantas menjentikkan jarinya karena merasa benar.

Ia membawa laptop itu bersamanya untuk turun ke bawah. Papanya bisa saja mengomel, tetapi Sarah juga ingin segera menyelesaikan tugas ini dan melemparkan hasilnya pada Hugo. Jadi Sarah sudah siap mental kalau nanti harus berdebat bersama sang papa. Ketika menuruni anak tangga, gadis itu mendapati lampu ruang tamunya yang menyala terang. Tidak biasanya seperti itu karena hanya akan baru dinyalakan kalau memang ada tamu yang datang. Ia membawa langkahnya untuk terus menuju ruang makan dan setibanya di sana tubuh Sarah mendadak beku.

Dia terpaku melihat pemandangan di depannya karena Hugo sudah asik bercengkerama dengan papa Sarah. Ada kotak pizza di atas meja beserta minuman favorit Sarah. Ketika dua laki-laki beda generasi itu melihat Sarah, mereka serentak tersenyum seakan Sarah sama sekali tidak tersinggung dengan situasi ini. Belum lagi dia juga malu karena Hugo harus mendapati dirinya membawa laptop ke meja makan. Sarah benci kalau mantannya harus melihat sisi ambisiusnya karena acap kali gadis cantik yang tengah menahan emosinya itu akan ditegur. Bisa dibayangkan? Ditegur papanya saja sudah cukup, dan nanti Hugo pasti ikut-ikutan.

Sarah mencoba menguasai dirinya dengan baik. Dia berjalan seakan dua manusia di hadapannya tidak ada dan mengambil tempat duduk di sebelah papanya. Sarah meletakkan laptop, menambah penuh meja makan yang sudah diberkahi oleh tiga kotak pizza. Tanpa basa basi, Sarah mengulurkan tangan untuk mengambil salah satu slice pizza secara acak. Dia kemudian fokus melihat layar laptop dan tidak memperdulikan papa dan Hugo. Menyebalkan sekali, begitu teriak batin Sarah terus menerus.

SakanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang