21. Sabina dan Sagara

1.4K 191 53
                                    

Sarah Kaleela joined the group.

Arkan yang sedang berbaring manja di tempat tidurnya sontak langsung terduduk. Jantung anak lelaki itu berdegub kencang karena tidak percaya terhadap apa yang dia baca di grup angkatan sekolahnya. Arkan mengusap matanya beberapa kali, memastikan bahwa ia tidak salah. Benar, itu memang nama milik Sarah. Hanya saja gadis itu masih membiarkan bagian photonya kosong sehingga Arkan tidak dapat sepenuhnya yakin. Tetapi 99 persen, Arkan percaya bahwa pemilik kontak itu memang benar adalah Sarah.

Lelaki itu beringsut ke bagian tepi tempat tidur, mulai bergulat dengan isi kepalanya sendiri. Hati Arkan memerintahkan agar ia menghubungi Sarah segera, tetapi kepala gantengnya kerap menginterupsi dan mengingatkan Arkan soal harga diri sebagai lelaki.

"Ah, bodoamat soal gengsi. Ntar kalau keburu digigit mantan lagi gimana?" celoteh Arkan sembarangan. Dia lantas berdiri, berjalan menuju jendela yang terbuka dan membiarkan sejuknya angin dari luar membuat kepalanya ringan untuk berpikir.

Arkan menunduk, menatap ponsel yang tengah menampilkan roomchat bersama kontak Sarah. Tinggal mengetik sesuatu dan mengirimnya pada gadis itu, maka menang atau kalah dapat dipikirkan setelahnya. Lagipula, ini bisa menjadi win-win solution. Tidak masalah kalau sambutan Sarah tidak seperti yang Arkan harapkan, karena yang penting ia sudah mencoba. Apabila respon Sarah sesuai harapannya, maka itu bonus luar biasa.

Baiklah. Arkan mencoba mengetikkan dua kata di sana. Dia kemudian menatap lagi langit gelap lewat jendela, meminta restu semesta adalah bagian terpenting. Setelah berdoa, Arkan menekan bagian kirim dan bubble chat mulai terlihat.

Arkana Caesar: Hallo, Ara.

Rasanya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Deg-degan hanya karena mengirimkan pesan singkat kepada seorang perempuan. Bahkan ketika pdkt bersama Alessia, tingkat ketakutan Arkan tidak sampai seperti ini. Dia bahkan terlampau santai sebab seperti sudah ada pemberitahuan lebih awal saja di kepalanya kalau Alessia pasti akan memberikan respon baik. Nyatanya memang begitu. Bahkan Alessia sendiri yang blak-blakan soal perasaannya terhadap Arkan. Namun cerita soal Sarah, kali ini jelas berbeda. Gadis yang ia lawan dengan tatapan dingin di gerbang dan kantin sekolah itu, hari ini nyaris membuatnya ketar-ketir kebingungan. Arkan juga tidak mengerti. Dia sama sekali tidak paham akan sesuatu yang tengah bergumul di dalam dirinya.

Ketika pertama kali menatap dalam manik mata gadis itu, Arkan tahu bahwa ia langsung terbawa hanyut di dalamnya. Bola mata cokelat terang dengan bulu mata lentik khas gadis timur tengah. Bukan soal indahnya saja karena itu sudah hal yang tidak perlu lagi diragukan, melainkan cahaya yang keluar dari sana secara otomatis membuat Arkan teringat akan seseorang.

Lamunan Arkan sukses buyar disebabkan ponselnya yang bergetar. Mata Arkan sukses melotot ketika mendapati pesannya dibalas. Buru-buru ditekannya pemberitahuan yang masuk, membaca balasan dari Sarah dengan senyum yang terbit di seluruh wajah. Arkan terlihat benar-benar bahagia.

Sarah Kaleela: Iya, Ar.

Tiba-tiba bingung mau membalas apa. Tidak mungkin juga kalau Arkan meninggalkan roomchat tanpa memberikan balasan apapun. Kurang asam sekali. Sudah dia yang memulai, lalu dia pula yang memutuskan pergi. Tidak, Arkan bukan tipikal lelaki semacam itu. Kalau sudah memulai sesuatu, maka dia harus belajar untuk mengambil tanggung jawab. Arkan kemudian mencoba memikirkan balasan yang cocok untuk Sarah. Yang santai, namun tidak terkesan bahwa dirinya sedang modus.

Arkana Caesar: Gue kaget waktu baca notif lo gabung di grup angkatan. Gue kira becandaan tadi.

Sarah Kaleela: Hehe enggak, kok.
Sarah Kaleela: Finally papi percaya buat kasih gue hape.

SakanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang