21. play arcade games

143 39 14
                                    

Sebenarnya Hana tak ada niat menginap, dan untung saja Minhyuk tidak membuatnya menjadi canggung. Mereka memang berteman dekat, tapi tidak sedekat itu sampai bisa dengan leluasa bermalam di tempat tinggal satu sama lain.

Selama perjalanan pulang, Hana berharap setibanya di rumah nanti, orangtuanya tidak akan menginterogasi mengenai di mana dia tidur tadi malam.

Ketika jam menunjukkan angka tiga sore, Minhyuk dan Hana bertemu di tempat yang sudah mereka sepakati. Setelah melewati berbagai perdebatan, akhirnya Minhyuk setuju menemani Hana jalan-jalan. Tumben sekali gadis itu mengajaknya pergi, dan mau tidak mau Minhyuk mengiyakan, lagipula dia tak punya alasan untuk menolak.

"Kayak kenal topinya," ujar Hana kala melihat Minhyuk datang dari arah berlawanan darinya. Dia memakai topi berwarna merah, yang merupakan pemberian Hana beberapa tahun lalu.

"Iya nih, waktu itu ada orang yang ngasih ke gue. Awalnya buat hadiah ulang tahun pacarnya, tapi ga jadi karena mereka putus duluan."

Bukannya merasa tersindir, Hana malah tertawa. Dia tidak mengelak, apa yang dikatakan Minhyuk memang benar. Dia membeli topi tersebut untuk Daehyunㅡmantan pacarnyaㅡnamun mereka putus sebelum Hana sempat memberikannya.

"Kirain ga bakal lo pake," ada nada bahagia dalam ucapan Hana. Dia tidak menyangka Minhyuk masih menyimpan barang pemberiannya hingga saat ini.

Tidak berniat melanjutkan pembicaraan mengenai topi, Minhyuk melirik Hana yang melangkah beriringan dengannya, "Ini kita mau ke mana?"

"Tadinya gue mau ngajakin main skuter, tapi ternyata mataharinya masih lumayan tinggi."

Sekarang matahari hampir sejajar dengan arah pandang mereka, menyilaukan penglihatan. Berkali-kali Minhyuk mendapati Hana menutupi mata dari cahaya matahari menggunakan tangan. Dia terkekeh, menganggap tingkah temannya itu lucu, hingga tanpa sadar ia membuka topi dan memakaikannya kepada Hana.

"Apaan nih, lo kesambet apa kok jadi baik gini?"

Minhyuk mendengus, "You can really find every possible way to ruin something sweet."

"Ga ada sweet-sweet nya padahal," cibir Hana.

"Seenggaknya hargai usaha gue untuk bersikap romantis."

Mendengar perkataan Minhyuk, Hana memutar bola matanya malas, lantas mempercepat langkah supaya mereka tidak berjalan berdampingan.

"Pengen beli minum," Hana menunjuk gedung tak jauh dari mereka, "Ke mall dulu sih, ntar kalau udah agak adem baru kita keluar buat nyewa skuter."

Minhyuk mengangguk sebagai jawaban, dia membiarkan Hana mendahuluinya memasuki gedung pusat perbelanjaan. Karena tidak merasa haus, dia hanya menunggu sembari memainkan ponselnya selagi gadis itu mengantre untuk membeli minuman.

Namun Hana justru kembali dengan dua gelas plastik di tangannya, dia memberikan salah satunya kepada Minhyuk.

"Gue ga pesen apa-apa loh?"

"My treat," kata Hana seraya mengedikkan bahu.

Minhyuk memasang ekspresi terharu yang dibuat-buat, "Temen gue yang satu ini emang perhatian banget ya."

Ketika Hana sedang melihat-lihat boneka di etalase toko, tiba-tiba Minhyuk menarik ujung lengan pakaiannya, "Han, main itu yuk."

Hana mengikuti arah pandang Minhyuk yang tertuju pada arcade game tepat di seberang mereka.

"We are 26, Lee Minhyuk. Udah ga pantes main gituan."

"Who cares? Lagian kita umur 26, tapi jiwa masih kayak anak 16 tahun," sahut Minhyuk sambil menarik lengan baju Hana menuju arcade game.

"Di saat orang-orang seumuran kita ke sini buat nemenin anaknya, kita malah.." Hana menarik napas panjang, memperhatikan Minhyuk yang menggesekkan kartu di salah satu mesin.

"Bersenang-senang," celetuk Minhyuk, melanjutkan ucapan Hana, "Dulu gue sama Seola suka main ini, terus yang kalahㅡ"

Sebelum Minhyuk berbicara lebih banyak, Hana segera memotongnya, "Stop, jangan lanjutin."

Minhyuk tertegun, mesin permainan di depannya ia biarkan begitu saja. Dia baru menyadari apa yang barusan ia katakan.

"Gue tau lo pasti susah buat ngelupain dia, gue ngerti. Tapi seenggaknya kalau lagi bareng gue, please jangan bawa-bawa kenangan lama kalian."

Tetap tidak ada jawaban dari Minhyuk. Kini lelaki itu menatap Hana yang buru-buru menghindari tatapannya agar mata mereka tidak bertemu.

"Kok gue jadi kayak cewek protes ke pacarnya yang keseringan ngomongin mantan sih," keluh Hana.

"Iya emang," balas Minhyuk.

"Maksud gue, lo boleh cerita tentang dia, tapi jangan di saat kayak sekarang. Gue ga mau kenangan kalian malah ngerusak mood lo."

Seulas senyuman terlukis di bibir Minhyuk. Entah kenapa mendengar kata-kata Hana membuatnya ingin tersenyum.

"Soalnya kalau mood lo jelek, gue yang ribet," sungut Hana, kemudian ia mengacungkan jari kelingkingnya, "Janji ya, pas sama gue jangan bicarain Seola."

"Pinky promise? Kayak bocah," meskipun begitu, Minhyuk tetap melingkarkan kelingkingnya pada jari Hana, "Janji, gue ga akan bikin lo cemburu karena Seola."

"Min, ga gitu.."

how to deal with a breakup | hana, minhyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang